Gadis berambut coklat sebahu dengan mata yang juga agak coklat itu tiba tiba menghentikan aktivitas menulisnya ketika mendapati sebuah coklat dilemparkan tepat diatas buku catatannya.
Ia mendongkakkan kepalanya mencari tahu darimana asal lemparan tersebut. Dan yang ia lihat sekarang adalah seorang cowok yang duduk diatas meja paling depan tidak jauh dari tempatnya duduk.
Pemuda itu terlihat sedang menatap dirinya sembari tersenyum kearahnya, sehingga menampilkan sebuah lesung di pipi kanan pemuda itu.
Tapi gadis itu tidak peduli, ia tetap kembali melanjutkan aktivitasnya yang sempat tertunda.
"Di makan coklatnya" sahut Rafi setelah mendapat respon yang tidak sesuai ekspektasinya. Yap, dia adalah Rafi dan gadis ini adalah gadis yang ia tunjuk dikantin tadi.
"Fatin Arista Utami" ucap Rafi mengeja nama yang tertera di name tag seragam gadis itu. "Ahh. Anaknya Pak Utami ya? Gue kenal tuh" lanjutnya mengada ngada.
Namun, Fatin masih tak bergeming, masih fokus dengan catatam didepannya.
"Yang bicara gue, bukan buku lo" sergah Rafi tidak suka diperlakukan seperti itu oleh Fatin. "Di ambil woy coklatnya" lanjutnya ketika melihat coklat pemberiannya sekarang berpindah tempat ke sudut meja yang nyaris jatuh ke lantai kalau saja Fatin menggoyangkan mejanya, sedikit saja.
Sebelum Rafi kemari, ia pergi ke kelasnya dulu untuk mengambil coklat tersebut.
Ia memang sengaja membawa coklat lima bungkus setiap harinya. Karena bagi Rafi coklat adalah salah satu alat yang dapat menunjang berjalannya misinya. Ia tidak akan pernah lupa untuk membawanya. Walau tanpa coklat Rafi masih bisa menjalankan misinya, tapi tak bisa dipungkiri ia akan tetap membutuhkan coklat itu.
"Oh gue tau!" seru Rafi tiba tiba yang berhasil membuat raut wajah Fatin yang tadinya datar menjadi kaget, walau tidak terlalu nampak.
Rafi berjalan kearah Fatin seraya menjulurkan tangan kanannya hendak memperkenalkan namanya "Kenalin, gue.." perkenalannya kemudian terhenti ia malah menepuk keningnya sendiri "Oh iya, gue lupa, lo pasti udah tau nama gue. Yah secarakan gue cowok paling gan.. Aakhhh" pekik Rafi ketika mendapat sebuah pukulan ditangan kanannya. Cukup keras hingga membuat tangannya sedikit memerah.
"Ngapain disini? Fatin lo apain hah?" sergah Zalfa, teman kelas Fatin. Pukulan yang membuat tangan Rafi merah itu rupanya berasal dari tangan seorang cewek.
"Apaan sih lo. Pergi sono, ganggu aja" keluh Rafi, masih mengelus-elus tangan kanannya.
"Lo yang pergi!" usir Zalfa, lalu mengalihkan pandangannya ke arah Fatin "Tin lo nggak apa kan?"
Bukannya menjawab pertanyaan Zalfa, Fatin malah berdiri lalu beranjak dari hadapan dua orang di depannya itu. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun ia melenggang pergi, dengan sorot mata tajam yang entah ditujukan kepada siapa. Fatin meninggalkan dua orang yang diam melongo dengan mulut setengah terbuka.
"Dia temen lo?" tanya Rafi
"Iyalah"
"Kok gue nggak liat ada hawa-hawa pertemanan ya?" jujur Rafi
***
"Tin pulang bareng kami, mau?" ajak Zalfa ditemani seorang gadis berkacamata di sebelahnya. Kini mereka tengah berdiri didekat Fatin yang masih sibuk mengemasi barang-barangnya.
"Makasih" ucap Fatin.
"Yaudah ay.. "
"Tapi gue dijemput" tutur Fatin dingin dan datar, memotong ucapan Azmi, si gadis mata empat.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Fake First Love
RomansaIni kisah Rafi yang telah menjadi cinta pertama seorang cewek di sekolahnya. Tapi cewek itu salah telah memilih Rafi sebagai cinta pertamanya, mengapa? apa yang dilakukan seorang Rafi yang ramah dan tampan itu?