"Menjadi brengsek di kalangan wanita lebih baik dari pada brengsek di depan sahabat sendiri. Tak ada tikung-menikung di kamusnya"
***
"RAFIII! DARELL!" sorak Fariz berlari menuju ke arah Rafi dan Darel yang masih setia berdiri di depan tiang bendera
"Napa?" tanya Rafi jutek.
Fariz masih berusaha menetralkan nafasnya ketika sampai di depan mereka. Ia memegangi lutut serta dadanya membuatnya seperti kakek tua yang habis dikejar setan.
"Kalian napa berantem?" tanya Fariz, lebih ditujukan kepada Darel karena ia yakin jawaban Rafi bisa ngelantur kemana-mana.
"Tadi rebutin elo" balas Rafi
"Rel? Kenapa berantem?" tanya Fariz lagi, kali ini menyebut nama.
"Udah dibilang rebutin lo!"
"Ah diem lo playboy keparat!" seru Fariz dengan wajah masih menunggu jawaban Darel
"Gue salah nonjok orang Riz" ucap Darel dengan wajah tenang, tentu saja mampu meyakinkan Fariz.
"Oh, pasti tadi lo kira Ical yang lewat ya?" ledek Fariz. Ical adalah teman kelas Fariz yang bertubuh hitam dekil, gendut, dan bahan bulian dikelas mereka.
"Haha, nah itu tau" tawa Darel tumpah sehingga membuat Pak Supirto mendengarnya dari ruang guru yang berada tepat didepan tiang bendera.
Pak Supirto baru mengingat bahwa ada yang tengah ia hukum sedari tadi, dan sekarang waktunya mencabut hukuman yang ia berikan.
Mereka bertiga terdiam ketika melihat Pak Supirto berjalan ke arah mereka. Kumis serta janggot tipis, alis tebal, ditambah jalan yang begitu tegas, memberi kesan killer ketika melihat Pak Supirto.
Tapi, mungkin itu hanya pemikiran orang yang melihat Pak Supirto pertama kali. Bagi mereka bertiga yang lumayan sering bertemu dengan Pak Supirto, mereka akui Pak Supirto adalah salah satu guru yang cukup baik berbeda dengan Pak Badar yang dijuluki Iblis Tak Bertanduk itu. Buktinya sekarang mereka hanya diperintahkan menghormat didepan tiang bendera. Pak Supirto orangnya tidak mau repot, ia tidak akan menghukum berat siswa, jika memang siswa itu tidak mengganggu pekerjaannya.
"Buka sepatu kalian!" Titah Pak Supirto dengan tegas, ketika sampai dihadapan mereka. Mereka mengerutkan dahinya, bingung dengan situasi.
"Bapak kan punya sepatu, punya kami mau dijual ya? Kenapa nggak bilang Pak? Gak usah sungkan kali Pak"celetuk Rafi
Pak Supirto tak ingin larut dengan candaan Rafi, ia tau Rafi suka bicara seenaknya tanpa pandang siapa lawan bicaranya. Dengan kasar Pak Supirto menarik telingan Rafi "Bapak tidak bercanda Rafiii"
Darel yang melihat kejadian itu reflek membuka sepatunya. Ia takut kuping lembutnya disentuh oleh Pak Supirto, yang entah berapa ribu orang yang sudah di jewer olehnya.
"Ini Pak" Darel menyerahkan sepasang sepatu hitamnya ke Pak Supirto.
"Nah gini dong, contoh Ketos kalian" ucap Pak Supirto dengan senyum puas melepaskan tangannya dari telinga Rafi, kemudian mengambil sepatu Darel.
"Pak Supirto beneran mau jual sepatu kami?" tanya Rafi heran.
Mendengar kembali suara Rafi membuat Pak Supirto memberikan tatapan sinisnya kearah Rafi seakan ingin memakannya hidup-hidup.
Menerima tatapan tersebut membuat Rafi sontak mengulum bibirnya ke dalam. Lalu dengan sigap Rafi mengikuti apa yang tadi dilakukan Darel.
Rafi mengulurkan sepatunya ke arah Pak Supirto. Namun ia menariknya kembali ketika Pak Supirto hendak mengambilnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Fake First Love
RomansaIni kisah Rafi yang telah menjadi cinta pertama seorang cewek di sekolahnya. Tapi cewek itu salah telah memilih Rafi sebagai cinta pertamanya, mengapa? apa yang dilakukan seorang Rafi yang ramah dan tampan itu?