Sebelas

205 18 1
                                    


Seorang wanita paruh baya telah mengetuk pintu kamar anak bungsunya ini sedari jam 7 pagi.
Tapi tak kunjung di buka oleh sang anak.

Hari ini adalah hari Minggu, yang tentu saja tidak akan disia sia kan oleh seorang Rafi yang notabenenya adalah seekor kebo jadi jadian.

Kali ini Rafi menggunakan hari liburnya untuk mengistirahatkan tubuhnya sejenak, melupakan semua kesibukannya disekolah.

Sekarang tepat pukul 11 siang dan entah sudah berapa kali mamanya datang ke pintu kamar anaknya ini.

"Rafiii! Buka pintunya, kamu belum sarapan!" sorak mamanya dari luar.

Tapi tak ada balasan dari dalam.

"Yaudah, kalau makanannya nanti habis, jangan harap mama mau masak lagi!" seru mamanya dengan nada ketus, pasalnya sejak pagi ia sudah dibuat kesal dengan anaknya itu.

Rafi sangat berbeda dengan kakaknya. Rafi masih terbaring malas di kamarnya sedangkan kakaknya, Alfi sudah sedari pagi berangkat ke Cafe milik mamanya. Membantu apa saja yang bisa ia lakukan disana.

Perbedaan dua sifat anaknya, yang sangat bertolak belakang itu, tidak mengurangi rasa sayang ibunya pada kedua anak tersebut. Mamanya tetap berlaku adil pada mereka.

Itulah yang sangat Rafi syukuri berada dikeluarga ini.

Trtt..trtt
Dering ponsel yang berada di bawah bantal Rafi sangat nyaring bunyinya. Dan sukses membuat mata Rafi yang terpejam rapat, terbuka sedikit demi sedikit.

Rafi mengambil ponsel itu dengan malas. Ia masih berusaha mengumpulkan nyawanya.

"RAFIII! BANGUUN!" teriak dari seberang telpon, membuat Rafi menjauhkan ponsel dari telinganya.

Rafi yang nyawanya belum kembali sepenuhnya, sontak terduduk dari tidurnya. Ia benar benar kaget.

Ia kenal suara itu, sangat kenal. Hampir setiap hari ia mendengarnya.

"Mama nggak jelas banget sih" decak Rafi ditujukan pada orang diseberang telepon. "Ma, kita ini masih satu rumah lo"

"Kamu ini. Mama sudah dari tadi ketuk pintumu. Cepat turun! Ada pacarmu datang" suruh mamanya yang berhasil membuat Rafi kaget untuk kedua kalinya.

"Pacar? Rafi baru putus semalem Ma" seru Rafi sangat jujur. Memang untuk urusan cinta Rafi tak pernah menutup nutupinya. Bahkan bisa dibilang mamanya lah yang paling tau kisah cinta anaknya itu.

"Ma? Pacar yang manasih?" tanya Rafi ketika mamanya tak kunjung bersuara. Ia sangat dibuat bingung oleh mamanya. "Ma?"

Panggilan mamanya itu ternyata sudah terputus sedari tadi.

Rafi semakin penasaran, siapa yang datang? Pacar? Rafi tak punya pacar sekarang. Mantan? Minta balikan?

Pikiran Rafi mulai melayang kemana mana, mencari jawaban atas pertanyaan yang juga muncul dibenaknya.

***

Rafi berada di ruang keluarga sekarang. Raut wajahnya yang tadi sangat segar sehabis mandi berubah menjadi pahatan yang sangat dingin.

Ia menatap mamanya sinis. Sial. Ia telah di tipu oleh mamanya.

Rahangnya mengeras. Keadaan di ruangan ini sungguh membuat emosinya muncul.

Bukan pacar atau mantan yang ia temukan sekarang. Melainkan seorang pria dengan kumis tipis dengan guratan yang sangat jelas diwajahnya. Seorang pria yang sempat menjadi bagian dari keluarganya, dulu.

Papa, itu panggilan yang pernah Rafi gunakan untuk orang itu. Namun panggilan itu telah berakhir, Rafi tak pernah memanggilnya ayah lagi sejak kejadian dua tahun yang lalu.

The Fake First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang