***
Salah satu yang dibenci oleh Fatin adalah olahraga. Bukan hanya tak suka banyak bergerak. Alasan lainnya karena pelajaran olahraga disini akan ada kelas lain yang gabung bersama. Dikelasnya saja Fatin canggung berbicara apalagi ditambah satu kelas yang lumayan rusuh anaknya.
Untungnya ada Zalfa dan Azmi yang cukup memahami kebiasaan Fatin yang tidak terbiasa banyak bicara.
Priiittt
Sumpritan berbunyi dari sisi utara lapangan menandakan guru olahraga telah datang. Pelajaran kali ini akan di isi oleh Pak Badar, mengingat guru sebenarnya belum datang dari umroh.
Dengan jalan yang saangat lesuh, Fatin terpaksa harus berbaris bersama temannya yang lain. Ia mengambil barisan paling belakang dengan Zalfa didepannya, kemudian Azmi disamping Zalfa.
Fatin menyapu pandangannya, seperti nya barisan kali ini ganjil. Hanya ia seorang yang berada dibarisan belakang. Tapi tak apalah, memang ini yang Fatin inginkan.
Pelajaran olahraganya hanya menerima teori dulu, sehingga seluruh siswa diarahkan untuk duduk dibarisan masing-masing.
Berada dibarisan paling belakang, memiliki banyak resiko. Salah satunya harus siap terkena sinar matahari. Itulah yang sedari tadi Fatin rasakan, hanya telapak tangan yang Fatin gunakan untuk menutupi terpaan sinar matahari diwajahnya. Hal itu juga ia lakukan karena matahari membuat pandangan Fatin silau ketika ingin melihat guru olahraganya. Jadi saat ingin mencatat, Fatin repot sendiri menghindari matahari.
Tiba-tiba ada bayangan yang menutupi Fatin. Lumayan membantunya. Namun sepertinya ia tidak menyadari bayangan itu berasal dari pria tinggi dihadapannya.
"Makanya bawa topi" suara bass dari sumber bayangan itu mengagetkan Fatin. Pria itu juga memasangkan topinya dikepala Fatin.
Fatin sontak mendongkakkan kepalanya, tapi tidak terlihat. Silau.
Pria tinggi tersebut kemudian berjongkok dihadapan Fatin, reflek Fatin memundurkan tubuhnya.
"Dah lihat?" tanya pria itu dengan senyum menampilkan lesung di pipi kanannya.
Fatin menautkan dahinya mencoba mengingat siapa pria dihadapannya sekarang ini.
"Oh" Fatin menganggukkan kepalanya sudah tahu siapa pria yang mengganggunya ini, kemudian ia kembali melanjutkan catatannya.
"Udah tau?" tanya pria itu lagi.
"Iya sudah tau, si resek yang suka gang-"
"Sudah tau kalau gue suka sama lo?" potong pria itu melanjutkan perkataannya tadi.
Mendengar pertanyaan pria tersebut membuat Fatin tak sungkan-sungkan memberikan raut wajah sinis nya.
Namun, hanya dibalas senyum manis oleh si pria."Et dah, nggak usah tajam tajam gitu matanya Tin" Ia dibuat ngeri oleh tatapan Fatin
"Dih, sok akrab banget" Fatin memutar matanya malas, ia tak ada waktu untuk meladeni orang seperti itu.
"Maka dari itu, gue gini suapaya kita akrab"
"Lo pasti seneng kan digangguin ama orang paling tampan disekolah "
Ia menghembuskan nafasnya keras dan mengambil kembali pulpennya. Fatin rasa pria itu sudah tidak waras. Menanggapinya bukanlah ide yang bagus.
"Eh btw, kalo nggak mau panas jangan di belakang Tin" lanjutnya lagi menasehat.
"Lah dikacangin" ucapnya sekali lagi, namun lebih ditujukan untuk dirinya sendiri.
"Rafi!! Berdiri!" teriak Pak Badar mengagetkan. Ternyata suara pria itu cukup keras hingga sampai ke telinga Pak Badar.
![](https://img.wattpad.com/cover/195163993-288-k182409.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fake First Love
RomansaIni kisah Rafi yang telah menjadi cinta pertama seorang cewek di sekolahnya. Tapi cewek itu salah telah memilih Rafi sebagai cinta pertamanya, mengapa? apa yang dilakukan seorang Rafi yang ramah dan tampan itu?