Sepuluh

231 19 0
                                        

***

"Rafi masih pdkt sama lo?" tanya Zalfa serius, pasalnya ia sudah jarang melihat Rafi mendekati Fatin.

Tapi ia masih belum yakin Rafi benar benar menuruti permintaanya.

"Sejak kapan dia pdkt?" ucap Fatin balik bertanya, ia sungguh tidak peka dengan situasi beberapa minggu ini.

Padahal Rafi jelas jelas mendekati Fatin dengan segala modal dusta yang dimilikinya itu. Zalfa saja sudah peka sejak pertama kali melihat tingkah Rafi saat perkenalan.

"Ah lupakan" Zalfa sudah tidak ingin melanjutkan pembicaraan ini, tidak akan bisa nyambung dengan Fatin yang masih sangat polos.

Sebenarnya Fatin ingin menyakan banyak hal tentang Rafi kepada Zalfa. Mungkin banyak yang Zalfa tau mengenai Rafi, mengingat Zalfa adalah salah satu dari banyak manusia di sekolah ini yang keponya di atas rata-rata. Tapi niatnya itu ia urungkan, bisa bisa Zalfa salah paham nantinya.

Ada rasa penasaran di hati Fatin sejak kejadian 3 hari yang lalu. Kejadian yang cukup mengundang rasa gelisah pada diri Fatin. Ia belum mengenal betul siapa Rafi itu, tapi mengapa Rafi dengan lancang mengungkapkan perasaannya kepada Fatin? Untungnya hanya melalui telepon. Jadi menurut Fatin itu cuma keisengan belaka dari Rafi.

"Ayo Tin!" ajak Zalfa setelah menyalin pekerjaan Fatin. Itulah salah satu dari beribu kebiasaan Zalfa yang sangat dibenci Fatin.

"Kemana?"

"Kantin lah. Lo nggak liat tuh badan lo kurus amat, di isi dikit napa Tin. Iba gue liat Lo"

"Ish, yaudah"

Sesampainya mereka di kantin, mata Zalfa menyapu pandangannya, mencari tempat untuk nongkrong yang sepertinya sudah sangat langka, melihat banyaknya siswa yang juga nongkrong di kantin.

Zalfa menemui satu tempat kosong, berada di sudut kantin.

"Sana ayo!" ajak Zalfa kepada Fatin.

Namun orang yang di ajak sudah tidak berdiri di sampingnya lagi. Zalfa menarik nafasnya panjang, lalu memukul jidatnya pelan. "Mana lagi tu anak"

Zalfa mencari keluar kantin, menerobos keramaian yang semakin memadat. Ia melihat ada gadis yang di gandeng, lebih tepatnya di tarik paksa oleh seorang pria. Dan sesuai dugaannya, ternyata gadis itu yang ia cari, Fatin ditemani pria yang juga rada rada ia kenal.

"Kenapa sih?!" bentak Fatin terdengar samar oleh Zalfa setelah tangannya di lepas oleh si pria.

"Gue nggak ada maksud buruk kok" balas pria itu menenangkan.

Zalfa yang melihat kejadian itu, tak ingin dirinya ketahuan menguping pembicaraan. Ia hanya mendengar dari kejauhan percakapan mereka yang sepertinya bakalan serius. Ia tak menghampiri dulu sebelum pembicaraannya selesai.

"Rafi nembak lo kan?" tanya pria itu to the poin membuat mata Zalfa ingin keluar dari tempatnya. Ternyata alibinya tadi tentang Rafi salah. Rafi tetap Rafi. Ganjen, genit, mungkin sudah mendarah daging dengan Rafi.

Zalfa masih setia menguping pembicaraan mereka. Ia akan keluar jika memang situasinya sudah diluar batas. Tapi sepertinya cowok itu memang tak ada maksud buruk kepada Fatin.

The Fake First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang