Aku takut.
Di saat aku telah benar-benar mencintaimu, kamu malah melukakan hatiku.♥♥♥
Pada koridor yang sepi, terlihat Dirjan melangkahkan kakinya dengan lebar dan cepat. Rahangnya keras bagaikan batu. Sedangkan wajahnya dingin seperti es.
Dengan sedikit dorongan pelan, pintu ruang UKS pun dibuka olehnya. Tampaklah Alena yang tertidur di atas brankar. Sementara pada sofa, terdapat Alex yang tengah berbincang dengan Fendi, dan Damar yang sibuk memainkan ponselnya.
"Gimana?" tanya Dirjan memecahkan keheningan yang sempat terjadi.
Damar mendongak, menatap lawan bicara yang bernotaben sebagai sahabatnya sendiri. "Udah gapapa. Lukanya juga udah diperban tadi."
"Mona gimana, Jan?"
Dirjan yang baru saja hendak melangkah sontak terdiam. Ia mendesah kasar dan melayangkan tatapannya ke arah Fendi. "Gue tinggal sama Dewa."
"Gak lo kasarin, 'kan?" tanya Alex memastikan.
Sekilas Dirjan menggeleng pelan. "Tenang."
"Mana bisa tenang, Jan. Soalnya kita tau betul kalau lo udah marah tuh sangarnya kaya gimana," beber Fendi dalam satu tarikan napas.
Dirjan mengernyit heran. Sedikit terkekeh sebelum akhirnya berkata, "Sangar? Emangnya gue singa apa?"
"Sebelas dua belaslah," sahut Damar santai.
"Terserah." Dirjan berdecak pelan, lalu kembali melanjutkan langkahnya untuk mendekati Alena.
Terlihat gadisnya yang begitu damai saat tertidur. Dari sinilah dia baru menyadari bahwa Alena adalah gadis paling manis yang pernah ditemuinya. Tangan yang nyaris menampar pipi Mona, kini dengan lembut terangkat dan mengelus pipi Alena.
"Euh ...." Alena melenguh. Perlahan, kelopak matanya terbuka. "Dirjan," panggilnya dengan suara serak.
"Hm?"
"Ke mana aja tadi?"
"Pergi bentar," jawab Dirjan tersenyum teduh.
Sesaat Alena mematung. Dirjan yang teduh begitu berbeda dengan Dirjan yang marah seperti tadi. Entah kenapa, Alena merasakan kalau mereka itu adalah dua sosok yang berbeda.
"Mau pulang?"
"Emang boleh?" Alena bertanya balik dengan kening berkerut. Pasalnya waktu untuk bel pulang berbunyi masih sekitaran dua jam lagi.
Tanpa menjawab, Dirjan malah mengangkat tas Alena yang dipegang satu bersama dengan tasnya. "Kenapa enggak? Aku udah izin tadi. Tenang aja."
"Yaudah," angguk Alena.
Kemudian, Dirjan memutar badan untuk menghadap ke arah sahabatnya. "Gue pamit pulang, anterin Alena."
"Pasti setelah ini gak balik lagi," ketus Alex memutar bola matanya ke atas. Sewaktu dibalas dengan cengiran, Alex pun hanya bisa berdecak kesal.
"Yuk, Jan!" Ajakan dari Alena kembali membuatnya memutar tumit ke si empunya suara. "Em ... Damar," panggil Alena, "makasih udah obatin luka gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall in Love Again? ✔ (TAMAT)
Lãng mạnPengalaman adalah guru yang paling baik. Tentu saja Alena tahu itu. Gadis yang sangat menyukai biola ini pernah gagal dalam menjalin cinta dengan Damian. Hatinya pernah dirusak, membuat Alena terus-terusan menolak cintanya Dirjan. Namun, bukan Dirja...