Ada hati yang terluka di sini. Kepergianmu ... sangat menyakiti hatiku.
♥♥♥
Suasana hati Alena yang buruk, malah bertambah buruk dengan kehadiran Dirjan. "Gak usah. Gue udah pesan taksi."
"Taksi bayar, lho, Ra. Kalau sama aku gratis, ditambah orangnya juga ganteng banget," kelakar Dirjan.
Merasa jurus yang satu ini kurang berhasil, Dirjan kemudian memutuskan untuk memakai jurus yang satunya lagi.
Laki-laki berhidung mancung serta memiliki alis yang tebal itu perlahan mulai mengetuk-ngetuk dagunya. Sesekali Dirjan melihat jam, membuat Alena merasa risih sendiri.
"Gue tadi sempat dengar, kalau biola klasik yang ada di toko antik itu ramai peminatnya. Kali aja udah laku ya?"
"Eh? Jangan laku dulu, dong! Gue juga mau beli," pekik Alena tiba-tiba. Dia bahkan tidak menyadari, bahwa sekarang dirinya tengah berbincang dengan Dirjan--cowok banyak bacot yang dari dulu ingin dihindarinya.
"Makanya sini, biar gue anterin. Kalau lo nunggu taksi gak bakalan ke buru." Haha ... Dirjan memberikan modus yang paling ampuh agar Alena termakan hasutannya.
"Oke. Anterin gue ke sana, Dirjan."
Entah Alena harus senang, atau malah menderita karena pilihannya. Vespa Dirjan memang dibawa dengan kecepatan tinggi, tapi mulut Dirjan yang tidak bisa disuruh untuk berhenti.
Memang benar kata Alena bahwa Dirjan itu banyak bacotannya. Sedari tadi, dia tidak mau berhenti bicara. "Ra, lo masih pacaran ya sama Bang Damian?" tanya Dirjan setengah berteriak.
"Iya," jawab Alena pula.
"Rencana putusnya kapan?"
Plak!
"Aduh, sakit ...." Alena meringis karena tanpa sadar telah memukul kepala Dirjan dan melupakan bahwa laki-laki iti juga memakai helm seperti dirinya.
Dirjan tertawa seraya melirik wajah Alena dari kaca spionnya. "Kualat sama calon pacar, sih."
"Pacar dari Hongkong?!" dumel Alena tak santai.
"Coba liat tangannya." Dirjan meminta sambil mengulurkan satu tangannya ke belakang.
"Bu--buat apa?" tanya Alena bingung.
"Pinjam bentar, Ra. Gak bakalan aku sakitin, kok," ucap Dirjan melembut.
Pasrah, akhirnya Alena menyerahkan tangannya ke Dirjan. Seperti kata Dirjan, ia memang tidak menyakiti tangan Alena. Malahan Dirjan menggenggam tangan Alena, lalu mengelusnya.
"Eh!?" Alena hendak menarik tangannya, tapi Dirjan sama sekali tidak membiarkan hal itu terjadi.
"Gini dulu bentar ya, Ra," pinta Dirjan pelan. Tak ada lagi wajah becandanya. Yang ada sekarang, hanyalah wajah serius Dirjan.
Untuk pertama kalinya, Alena akui bahwa Dirjan tak sereceh yang ia kira.
"Soalnya kamu aku suruh buat peluk juga gak mau," lanjut Dirjan yang mengembalikan ekspresinya ke asal mula.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall in Love Again? ✔ (TAMAT)
RomancePengalaman adalah guru yang paling baik. Tentu saja Alena tahu itu. Gadis yang sangat menyukai biola ini pernah gagal dalam menjalin cinta dengan Damian. Hatinya pernah dirusak, membuat Alena terus-terusan menolak cintanya Dirjan. Namun, bukan Dirja...