25. Kematian

1.5K 109 2
                                    

Di antara banyak kabar, kepergianmu adalah kabar yang sangat menyakiti hati.

♥♥♥

Telfon dari Dewa telah menjawab semua rasa penasaran kenapa Dirjan tidak mengabarinya sampai detik ini. Dirjan tengah berada di rumah sakit dari semalam. Tidak, bukan dia yang dirawat. Melainkan Furqan, bapaknya.

Buru-buru turun dari mobil yang disupiri oleh Pak Wahyu, kontan Alena berlari menuju ke ruangan operasi. Dia ikut mencemasi keadaan yang tengah berlangsung sekarang.

Namun, kepanikan Alena mendadak surut sewaktu melihat Mona juga berada di depan ruang tersebut. Gadis itu memegang kedua pipi Dirjan, seperti tengah membisikkan kalimat-kalimat penenang untuk mantan kekasih yang masih dikasihinya.

Rasa sakit di hati Alena kian menjalar ketika Mona dengan lancang menarik kepala Dirjan agar masuk ke dalam pelukannya. Parahnya, Dirjan hanya diam saja dengan wajah sedih tanpa melakukan perlawanan apapun.

Ludahnya terasa seperti batu sewaktu ditelan. Alena menggepalkan kedua tangan. Alena membenci suhu di sini yang tiba-tiba berubah panas. Ah, ia harus mencari udara segar. Mungkin dia harus keluar sebentar.

Begitu tubuhnya berbalik, Alena mendengar Dirjan memanggil namanya. Laki-laki itu kini telah menyadari kedatangannya dan langsung menghampiri Alena dengan Mona yang tertinggal di tempat yang sama.

"Misora," panggil Dirjan pelan.

Alena menatap Dirjan yang lebih dulu menatap matanya. Meringis, Alena merasa sedih sewaktu menemukan mata Dirjan yang berubah merah lengkap pula dengan wajah lelah.

"Kayanya gue datang di waktu yang gak tepat," ujar Alena usai mendapati Mona yang melirik tajam ke arahnya.

Begitu dirinya hendak pergi, Dirjan kontan menahan tangannya. "Kamu datang di waktu yang tepat, Ra," sahut Dirjan yang detik selanjutnya terus mendekap Alena. Berbisik halus di samping telinga sang gadis hingga membuat sekujur tubuhnya terasa merinding. "Aku butuh kamu, Ra. Tolong jangan pergi dulu."

Suara Dirjan bergetar. Tanpa sadar telah menuntun kedua tangan Alena untuk membalas pelukan tersebut. Alena tahu, Dirjan butuh sandaran untuk detik ini. Laki-laki itu bahkan tanpa segan mengeluarkan air mata hingga membasahi pundaknya.

Sementara di belakang sana, Mona terlihat memerhatikan kebersamaan Dirjan dan Alena yang bahkan telah jelas akan menyakiti hatinya. Rasa nyeri mulai menjalari sekujur tubuhnya. Pun tanpa sadar membuatnya cepat-cepat menggepalkan tangan untuk merendam sedikit amarahnya.

Hingga pada saat Dewa menyentuh tangannya, Mona lantas memalingkan muka. "Belum makan, 'kan, dari tadi? Sarapan dulu, yuk. Nanti kita ke sini lagi," ajak Dewa tersenyum kecil.

Mona mengiyakan ajakan Dewa dengan pasrah. Masih dengan tangan yang saling bertautan, keduanya pun langsung menuju ke kantin.

Berbeda pula dengan Dirjan dan Alena. Posisi keduanya bahkan menarik perhatian beberapa orang. Jujur, Alena sedikit risih jika menjadi pusat perhatian seperti ini. Pun sewaktu dirasa tangisan Dirjan telah reda, Alena langsung berkata, "Kita bicara sambil duduk aja ya."

Dirjan patuh seraya mengangguk singkat. Kemudian mereka pun langsung menduduki kursi tunggu yang paling dekat dengan tempat keduanya berdiri.

Fall in Love Again? ✔ (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang