Sakit hati itu sembuhnya susah. Jadi kalau bisa, rawat baik-baik ya hati yang udah aku titipkan ke kamu.
♥♥♥
Pergi.
Gadis dengan rambut tergerai itu seketika membawa tubuhnya berlari dengan keadaan hati yang porak-poranda. Hingga tiba di persimpangan antara tiolet dengan tangga lantai dua, Alena tidak sengaja menabrak dada seseorang. Untung saja dirinya tidak jatuh. Karena orang tersebut langsung memegang bahu Alena guna menahan tubuhnya.
"Eh, sorry-sorry," lirih Alena kepada Damar. Yap, ia baru saja menabrak sebongkah es yang bernyawa.
"Eh, Alena. Mau ke mana? Buru-buru amat," tukas Fendi penasaran.
"Um, gue mau ke pustaka. Duluan yah," undur Alena berlalu dari sana.
"Mukanya merah, kaya mau nangis," gumam Fendi saat tadi tidak sengaja memerhatikan wajah Alena.
"Lagi marah kali," celetuk Alex.
"Au ah, gelap," lanjut Fendi kemudian, "kuy, ke UKS! Jumpain Dirjan sama Mona." Fendi langsung berjalan di depan seperti seorang ketua yang tengah memimpin barisan.
Sesampainya di UKS, mereka menemukan Dirjan dan Mona yang tengah bersiap-siap untuk keluar. Pandangan mereka langsung tertuju ke arah dahi Mona yang ditutup dengan perban. Gadis itu menunduk, tak kuasa jika diberi tatapan nyeleneh seperti itu.
"Udah, kan, Jan? Kantin, yuk!" ajak Fendi langsung ke intinya.
"Duluan aja kalau udah laper, Fen. Gue anterin Mona ke kelas dulu," sahut Dirjan. Tak tega juga dia jika harus meninggalkan Mona sendiri, sementara dirinya malah ke kantin.
"Kenapa harus dianterin? Emangnya lo gak tau jalan pulang?" tanya Alex yang beraksi untuk menyudutkan Mona.
"Amnesia kali. Kan, yang kena dahinya," tambah Fendi menyindir Mona.
"Fen, Lex," panggil Dirjan guna untuk menegur kedua temannya.
"Yaelah," cibir Alex, "kuy, Fen, ke kantin. Gerah gue di sini."
"Heum. Males liat muka sok polosnya dia. Padahal aslinya munafik." Fendi itu sebenarnya anak baik, tapi jika sudah berhadapan dengan Mona, mulutnya tiba-tiba berubah tajam dan pedas.
Tidak menunggu detik berikutnya, Fendi dan Alex pun langsung berlalu dengan saling berangkulan.
"Gue juga ke kantin. Laper." Damar angkat bicara. "Lo?"
Merasa dilirik, Dewa hanya tersenyum tipis. "Duluan aja," ucapnya kepada Damar sebelum akhirnya laki-laki itu berlalu dari sana.
"Jan, udah gapapa. Gue bisa sendiri, kok, ke kelasnya. Susulin aja si Fendi, kayanya dia ngambek." Mona berkata halus. Sedikit meninggalkan jejak senyum di sudut bibirnya.
"Iya, Jan. Biar Mona gue yang temenin. Mendingan lo cari si Alena, tuh. Tadi gue liat dia kaya lagi gak baik-baik aja."
Dirjan tersentak. Kaget dengan perkataan Damar. Benar saja, apa kabar dengan Alena ya usai tadi pagi ia tinggalkan?
"Thanks, Bro. Gue cari Misora dulu," pamit Dirjan sekilas menepuk pundak Dewa.
"Nyarinya ke pustaka, Jan!" teriak Dewa memberitahu nyaris saat Dirjan hampir menghilang di belokan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall in Love Again? ✔ (TAMAT)
RomancePengalaman adalah guru yang paling baik. Tentu saja Alena tahu itu. Gadis yang sangat menyukai biola ini pernah gagal dalam menjalin cinta dengan Damian. Hatinya pernah dirusak, membuat Alena terus-terusan menolak cintanya Dirjan. Namun, bukan Dirja...