46. Sebelah Tangan

1.4K 99 15
                                    

Kalau sayang, ungkapkan. Kalau bosan, kasih tau. Jangan menghilang dan menggantung perasaan.

♥♥♥

Alena melangkahkan kakinya ke toilet. Rasa penasaranlah yang membuatnya mengiyakan permintaan Mona.

Dari luar, tempat ini terlihat sepi. Dan pada saat Alena memutar kenop pintu dan masuk ke dalamnya, Alena dikagetkan dengan seseorang yang tiba-tiba membekap mulutnya dari arah belakang.

"Hmmmpph--" Alena berteriak dengan tangan yang dipental ke belakang. Kain yang menutup mulut serta hidungnya, membuat ia seakan kehabisan napas.

Dari cermin yang menghadap ke arahnya, Alena dengan jelas dapat melihat bahwa sosok yang melakukan tindak kejahatan itu adalah Mona.

What!

Jangan bilang kalau Mona ternyata telah menjebaknya.

Ah, sial! Alena merutuki kebodohannya karena telah memercayai wanita ular tersebut. Namun, Alena tidaklah bodoh. Dengan sisa-sisa tenaganya, Alena menendang lutut Mona hingga gadis itu berteriak kesakitan.

Sewaktu Alena hendak berlari keluar untuk menyelamatkan diri, saat itulah Mona menyangkal kakinya. Dan dengan nelangsanya, Alena terjatuh hingga kepalanya membentur tembok.

Ah, darah segar mengalir dari dahinya. Alena meringis, tak tahan dengan bau amis.

Dari arah belakang, tampak pula Mona yang menyengir kejam. Nyaris saat ia hendak membenturkan kepala Alena pada tembok, pintu toilet pun dibuka oleh seseorang.

Mona mematung, begitu pun dengan Dirjan yang kaget atas pemandangan di depannya.

"Dirjan ...," Alena merintih, merasa sakit sewaktu darah mengucuri pipinya.

"YA ALLAH, ALENA!" teriak Fendi yang baru saja datang bersama Dewa, Alex, dan juga Damar.

Kenapa mereka semua bisa ada di sini? tanya Mona dalam hati.

"Dirjan, gue bisa jelasin." Mona tergagu. Ia ketakutan saat menatap Dirjan yang menahan marah, Fendi dan Alex yang menatap benci ke arahnya, Damar yang datar. Dan juga ... Dewa yang terlihat sangat kecewa kepadanya.

"Kenapa, kaget lo liat kita di sini?" Dirjan selangkah ke arah Mona. Dilihatnya gadis itu yang gemetar dan tak tahu cara untuk mundur darinya.

"Maksud lo apa kirim pesan begituan ke Misora, hah? Mau ngejebak dia? Atau sekalian mau bunuh dia di sini?" Dirjan menggeleng tak percaya. Bahkan saat tadi Alena tak sengaja meninggalkan ponsel di kantin dengan ia yang juga tak sengaja membaca chat dari Mona, Dirjan telah menerka bahwa tindak seperti ini pasti akan terjadi.

"Dirjan ..., tolong." Itu suara Alena. Ia merintih kesakitan tapi tak ada peduli.

"Jan," panggil Damar, "Alena," ia memberitahu.

"Lo urus Misora dulu, Mar. Bawa dia ke UKS," jeda, Dirjan menatap dengan tatapan membunuh ke arah Mona, "sementara gue mau urusin biang yang satu ini."

Pun tanpa babibu Dirjan langsung menyeret Mona keluar dari toilet. Untungnya keadaan di luar sedang sepi. Jadinya tak ada yang melihat aksi seperti ini.

"Wa, susulin Dirjan. Takutnya dia apa-apain Mona."

Perintah Damar diterima olehnya. Dengan langkah gesit, Dewa pun pergi untuk menyusul Dirjan dan Mona.

Sedangkan Alena, ia hanya bisa menunduk lemas. Dirjan bahkan tak memeriksa keadaannya sedikit pun. Hingga saat pundaknya disentuh oleh Damar, Alena pun akhirnya mendongak.

Fall in Love Again? ✔ (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang