31. Pertanyaan

1.6K 105 6
                                    

Semoga kamu adalah jalan pembuka bahagiaku.

♥♥♥

"Kamu suka cokelat yang ini atau yang ini, Ra?" tanya Dirjan seraya memperlihatkan dua cokelat bermerek berbeda kepada Alena.

"Suka sama orang yang lagi milih cokelatnya, Jan."

"Haha, kamu kalau mau baperin aku jangan di sinilah, Ra. Salah tempat tau. Nanti kalau aku mau terbang, 'kan, gak bisa. Gimana, sih, kamu?" Walaupun ruangan ini ber-AC, tapi Dirjan tetap merasakan kepanasan yang tiada tara.

Sialan, Alena! Sudah tau dirinya menyukainya, gadis itu dengan sengaja menggodanya.

"Gue serius, Dirjan," sergah Alena tanpa berkedip.

Dirjan berdecak, lalu memasukkan kedua cokelat tersebut ke dalam keranjang. "Cukup, ah! Nanti kalau aku sampai baper gimana? Emang kamu mau tanggungjawab jadi pacar aku, huh?" sungut Dirjan menatap Alena dengan sebal.

"Mau," akunya Alena mengangguk sungguh-sungguh.

Gemas. Dirjan kemudian mengacak-ngacak rambut Alena hingga berantakan. "Jadian, yuk!" ajak Dirjan asal. Pasalnya dia sendiri pun yakin bahwa Alena pasti akan menolaknya lagi.

"Ayuk!"

Untuk kesekian kalinya, Dirjan dibuat kaget. Ia hendak menolak percaya, tapi sorot mata Alena mengatakan hal yang berbeda. Gadis itu tidak main-main akan apa yang barusan diucapkannya.

"Ra, ini serius atau bohongan, sih? Please, jangan buat aku kaya gini ...," lirih Dirjan terkesan miris.

"Serius, Dirjan. Gue gak lagi mainin lo," sahut Alena bersuara lemah.

"Jadi ... ini kita jadian? Kita pacaran, 'kan, Ra?"

Terlihat wajah Alena bersemu merah sewaktu Dirjan bertanya seperti itu. Gadis itu menunduk, lalu pelan-pelan menganggukkan kepalanya. "He um."

"Serius, 'kan, Ra? Kamu gak lagi prank aku, 'kan?"

Alena geleng-geleng kepala, tertawa beberapa saat. "Iya, atuh. Ini serius, bukan prank," kekeh Alena tersipu malu.

Terdengar konyol mungkin, tapi beginilah nyatanya. Alena salut akan perjuangan Dirjan yang gigih untuk memperjuangkannya. Alena mungkin pernah terluka, tapi bekasnya sudah tak lagi dilihat olehnya.

Menyampingkan beberapa pembeli yang berdiri di dekat mereka, Dirjan kontan memeluk Alena sekilas. Ia tertawa, lalu memegang kedua bahu Alena dengan erat. Matanya yang menyiratkan aneka rasa bahagia itu kemudian mematut Alena tepat pada maniknya. "Detik ini aku janji sama kamu, Ra. Gak ada lagi luka ataupun air mata. Aku akan berusaha untuk membuat kamu bahagia," tutur Dirjan seraya menampilkan deretan gigi putihnya.

Alena terkekeh, lalu mengangguk untuk mengiyakan. "Iya. Gue pegang janjinya."

♥♥♥

Malam ini Alena kembali sendiri. Lauren belum juga pulang ke rumah. Sewaktu ditanya, wanita itu hanya menjawab bahwa banyak pekerjaan yang harus ia tuntaskan.

Oke. Alena paham. Alena berusaha mengerti bahwa kesibukan Lauren saat ini hanya semata-mata demi dirinya.

Di atas kasur yang dingin, Alena menghempaskan tubuhnya hingga terpental pelan. Di antara rasa bahagia yang siang tadi ia rasakan karena Dirjan, Alena kembali dihadapkan dengan kegundahan.

Fall in Love Again? ✔ (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang