45. Pesan dari Mona

1.4K 93 2
                                    

Kamu itu seperti lautan. Tak ada yang bisa menerka dalam serta luasnya.

♥♥♥

"Aku takut, Ra."

Untuk pertama kalinya Alena dibuat diam hanya karena pengakuan Dirjan. Dalam cahaya yang kurang dan ditemani oleh deru ombak, Alena dapat melihat Dirjan bergerak gelisah.

"Takut kenapa?" Alena dibuat kaget oleh jawaban Dirjan barusan. Biasanya Dirjan yang akan berjanji untuk selalu ada bersamanya. Namun, kini berbeda. Dirjan meminta satu hal seolah-olah Alena memang akan pergi darinya.

Kedua manik Dirjan terangkat, membidik mata Alena tepat pada sasaran. Masih dengan air wajah yang mendadak kacau, Dirjan berbisik pelan seakan tak membiarkan orang lain mendengarkan suaranya, "Aku takut kamu akan kembali lagi ke Bang Damian."

"Jan--" Alena tak kuasa untuk melanjutkannya. Saat ini ia malah tak habis pikir dengan dengan jalan pikiran laki-laki yang satu ini.

"Siapa tau masih ada rasa, 'kan?"

Kesal, Alena pun menoyor dahi Dirjan hingga membuatnya terhuyung pelan. "Kamu meragukan aku, huh?"

"Bukan gitu, Ra. Aku cuma takut aja."

"Sama aja, dodol. Itu tandanya kamu gak percaya sama aku," ketus Alena. Ia berdecak kesal, lalu menyimpulkan kedua tangan di depan dada.

"Aku percaya sama kamu, Ra. Sumpah!" Dirjan berusaha untuk membujuk gadisnya, tapi yang dibujuk malah semakin merajuk. "Ra, maafin akulah ...," pinta Dirjan setelahnya.

Tak mampu menahan, alhasil Alena pun luluh juga. Ia menatap Dirjan dengan perasaan dongkol. "Jangan gitu lagi," tukas Alena tak santai.

"Iya," akunya Dirjan.

"Janji?"

"Janji, Sayang." Kemudian keduanya tersenyum bahagia. Dirjan melega. Setidaknya ia telah yakin bahwa Alena benar-benar telah menjatuhkan hati kepadanya.

♥♥♥

Ruang kelas tampak lebih mengasikkan dengan kehadiran Pak Imran. Pria dengan perut tak buncit itu tampak hangat sewaktu berbicara pada jam-jam sebelum istirahat ini.

Kehadirannya hanya sementara. Saat melihat salah satu kelas kosong dan kebetulan Pak Imran tidak sibuk, ia pun memutuskan untuk mengisinya saja.

Tepat pada saat bel berbunyi, Pak Imran pun pamit. Kemudian disusul oleh beberapa siswa yang langsung menuju ke kantin.

"Jan, ntar sore kumpul ya di rumah gue," ucap Fendi memberitahu.

Dirjan yang tengah membenarkan letak dasinya pun menoleh. "Ngapain? Mau jenguk kucing lo yang sakit itu?"

"Bukanlah. Udah sembuh dia."

"Terus ngapain?"

"Mau nyusun bahan buat tugas kelompok," sahut Dewa yang awalnya hanya diam saja.

Begitu melihat ekspresi Dirjan yang tampak bingung, Damar pun langsung menjitak kepalanya dengan kasar.

"Aduh," teriak Dirjan yang kesakitan.

"Jangan bilang kalau lo lupa. Kita semua udah dapat bahan dan tinggal nyusun aja," cerca Damar tak santai.

"Iya, ah, iya. Nanti gue cari bahannya. Ribet amat."

Mendadak Mona datang ke kelas dan membuat mereka semua terdiam. "Em ... gue mau ketemu Dewa," ujar Mona yang sadar kalau mereka tak suka akan kedatangannya.

"Bentar ya. Kalian kalau mau ke kantin duluan aja," kata Dewa sebelum melangkah ke arah Mona.

"Tiati, Wa. Nanti ketempelan sifat munafik. Baik di depan, busuk di belakang," sarkas Alex dengan suara lantang.

Dewa menatap Alex dengan tatapan memohon. "Lex, tolonglah," lirihnya kemudian, "gue pergi ya." Dewa kemudian berlalu, meninggalkan kesepian di antara mereka ber-4.

"Mona kenapa, sih, deketin Dewa terus?" sungut Fendi tak suka.

"Mau dijadiin korban selanjutnya setelah Dirjan kali," balas Alex.

"Kayanya, sih, iya. Ya gak?" Karena tak ada jawaban dari Dirjan dan Damar, Fendi dan Alex kontan menoleh ke arah mereka.

Dirjan dan Damar saling bertatapan. Seperti tengah berbagi kode rahasia. Karena saking gemasnya, Alex pun mencubit pipi Dirjan dan Damar secara bersamaan. "Lagi ngapain, sih?"

Damar mengeram, melepaskan tangan Alex yang hinggap pada pipinya. "Bocil mana paham!"

"Gapapa bocil, yang penting punya pacar. Gak kaya lo. Modalnya ganteng doang. Aslinya kehidupan suram."

"Dahlah, puyeng kepala gue liat kalian berantem terus. Mendingan gue ketemuan sama Misora. Babay." Seperti Dewa, Dirjan pun ikutan berlalu.

Kini tinggallah Alex, Fendi, dan Damar. "Terus kita sekarang ngapain?" tanya Fendi menatap kedua temannya bergantian.

"Ya makanlah! Masak mau diam aja sampe berjamur," tukas Alex dengan suara lantang.

♥♥♥

Melihat Dirjan yang begitu lahap memakan soto ayam hingga kuahnya bertebaran ke mana-mana, membuat Alena harus geleng-geleng kepala. "Gak usah buru-buru makannya. Kotor nanti baju kena kuah," ucap Alena seraya membersihkan pipi Dirjan.

Dirjan mendongak, tersenyum lebar. "Laper, Ra. Tadi pagi gak sempat sarapan, hehe."

"Kenapa gak sempat? Telat bangun?"

"Bukan, Ra. Tadi pagi selesai shalat subuh aku ketiduran lagi. Pas bangun tau-taunya udah telat." Alena mencibik kesal, memutar bola matanya malas. "Makanya tadi gak sempat jemput kamu, Yang."

Dirjan bersendawa pelan, disusul dengan mengucapkan, "Alhamdulillah. Kenyang, Ra," cengir Dirjan hingga menampakkan deretan gigi putihnya.

"Jan, tadi aku lihat Mona ke kelas kamu. Ngapain dia?"

"Nyari si Dewa. Gak tau ada perlu apa," jawab Dirjan seadanya.

Pun Alena akhirnya mengangguk paham. Usai menandaskan teh dinginnya, Alena kembali menatap Dirjan dengan serius. "Dia ... udah gak deketin kamu lagi, 'kan?"

Dirjan mematung sejenak. Mengingat saat pertemuan terakhir mereka dengan Mona yang meminta untuk balikan lagi dengannya. Namun, hal itu tak ingin Dirjan katakan. Apalagi tentang babak terakhir sewaktu ia emosi yang nyaris saja hampir mendorong Mona ke bawah.

"Enggaklah. Kapok dia lama-lama," kata Dirjan.

"Baguslah." Alena menunduk saat melihat layar ponselnya menyala. Matanya pun kontan memicing sewaktu menemukan pesan dari nomor tak bernama.

Karena Dirjan yang juga sudah larut dengan ponselnya, membuat laki-laki itu tak menyadari bahwa saat ini Alena tengah menatap curiga ke arahnya.

08xxxxxxxxxx

Alena, ini gue Mona. Nanti setelah istirahat tolong temui gue di toilet. Gue tau sesuatu tentang Dirjan. Tolong percaya sama gue kali ini. Karena sebenarnya ... Dirjan itu tak sebaik yang kita kira.

♥♥♥

Tbc.



Fall in Love Again? ✔ (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang