Bukan Yang Pertama (Revisi)

Rindu

Sudah tiga hari sejak mas Fahmi melamarku ia tak ku lihat , bahkan untuk sekedar mengirim pesan padaku juga tidak. Simbok dan ibu sibuk mengurus acara pernikahan kami yang tinggal menghitung hari. Sedang,Mas Ahkam pulang ke rumah kami di desa bersama Aisyah dan Hafiz.

Aku masih betah duduk di teras mengharap melihatnya pagi ini, ternyata rindu itu datang setelah berhari-hari tak melihatnya. Bahkan mengirim pesan pun tidak. Ternyata benar kata Dilan 'Rindu itu berat'.

"Nduk,kamu itu nunggu siapa dari tadi celingukan kaya nyari orang" suara simbok mengagetkan ku ,entah sudah berapa lama beliau berdiri di belakangku.

"Eh anu mbok itu.."

"Itu opo?, Nyariin Fahmi ya??" Simbok tersenyum menggodaku.

"Enggak mbok" aku jawab berbohong, malu untuk mengakui bila aku merindukannya.

"Ya sudah padahal kalau mau tanya simbok tau Fahmi dimana" simbok melangkah pergi.

"Eh emang Mas Fahmi kemana mbok" aku beranjak menghentikan Simbok.

"La tadi katane gak nyariin"

"Ahh simbok" wajahku memerah ah malu tapi aku ingin tahu lelaki itu kemana.

"Fahmi lagi di Jogja, pulang besok Minggu pagi pas hari pernikahan kalian"

"Loh emang ngapain ke Jogja mbok?"

"Ada urusan pekerjaan, udah Simbok mau ke pasar sama bu Ajeng" simbok pergi menuju rumah ibu , bagaimana denganku? Ahh aku kesepian.

"Mbok..!aku ikut!" Aku berteriak memanggil simbokku yang telah berjalan menuju rumah ibu.

"Gak usah, rumah wae(aja) kalau mau nikah gak boleh pergi-pergi pamali" ucap simbok saat aku telah sampai di depannya.

"La mas Fahmi boleh tuh pergi, dia kan juga calon pengantin" aku protes ucapan .

"Ya beda, Fahmi laki-laki"

"Ah ya weslah" aku berbalik dan masuk rumah, kenapa semua orang menyebalkan.

Sesekali ku pandangi gadgetku berharap ada kabar dari mas Fahmi.
Masih tak ada pesan, bahkan pesanku kemaren belum di baca olehnya, nampaknya dia sangat sibuk.
Ini menyiksaku aku benar-benar merindukannya rasanya hati yang pernah mati karena kehilangan cinta kini mulai bergairah lagi.

Bunga-bunga cinta yang layu saat diriku diterpa ujian kehilangan pasangan ku, kini mulai mekar lagi. Aku jatuh cinta lagi? Ya aku cinta pada kakak almarhum suami ku.

Drett .drett telepon masuk
Aku terperanjat saat nama Mas Fahmi muncul di layar HP ku.

"Hallo assalamualaikum mas" aku angkat segera karena aku memang sangat merindukannya.

"Walaikumsalam, kamu lagi ngapain?" Suara di sebrang sana.

"Najwa ,lagi nungguin mas Fahmi telepon eh,,," ku tutup mulutku dengan tangan. Hai kenapa lancang sekali mengucapkannya, ah ini membuatku malu, kudengar telah ketawa nya di sebrang sana.

"Hhh benarkah? Apa kau merindukanku Najwa sampai menunggu teleponku?"

"Emm,, mas Fahmi kapan pulang?"

"Aku usahakan Sabtu, kenapa? Udah gak sabar ya pengen ketemu aku hhhh" Hay dia tertawa lagi kali ini lebih keras.

"Enggak cuma nanya, gak kangen tuh" Ku jawab rada sewot enak aja dari tadi menertawakanku. Gak tau apa aku tuh khawatir, seenak jidat pergi gak pamit gitu, gak kasih kabar juga nyebelin.

"Ya udah aku kerja lagi sayang, sampai ketemu di hari pernikahan kita love you emmuach"
Heh dag dig dug...
Ada yang berdendang didalam sana,
Aduh macam anak SMP habis di tembak pacar hhii. Ahh ternyata mas Fahmi bisa lebay juga hhii lucu.

"Najwa.."

"Eh iya mas" ya Allah aku bengong.

"Kok gak bales"

"Apanya?"

"Ciumannya hhii"

"Ahh genit gak mau"

"Kan cuma di telepon sayang"

"Gak mau"

" Cepet"

"Enggak"

" Huh awas habis nikah aku cium beneran yang lama, gak boleh nolak. Wkwkwkwk" aku tersenyum mendengarnya, benar kata mas Ahkam , mas Fahmi sebenarnya orang yang nyenengin asik. Saat itu dia hanya terpuruk akan penghianatan Sarah hingga jadi pendiam dan dingin.

"Ya udah assalamualaikum"

"Walaikumsalam"

Sesaat setelah telepon kami diakhiri, ada suara ketukan pintu . Mungkin simbok melupakan sesuatu jadi pulang lagi.

"Mbk Sarah??" Aku kaget saat yang kudapatii berdiri di depan pintu bukan simbok tapi Sarah.

Mau apa dia kesini?