Bab 4

7.8K 499 3
                                    

Malam pertama tidur di rumahku. Setelah berbulan bulan lamanya ku tinggalkan. Baru selesai waktu Isyak tapi rasa ngantuk sudah tak bisa  ditahan lagi. Ketukan pintu mengagetkan ku.

"Nduk,sudah tidur?" Suara Simbok dari balik pintu.

"Belum Mbok." aku duduk bersila di ranjang. Simbok masuk dan mendekat ke arah diriku berada. Kini simbok duduk di tepi ranjang, dan kamipun saling berhadapan

"Nduk, tadi Bu Ajeng bilang sesuatu sama simbok." Simbok bicara hati-hati, sepertinya memang penting.

"Omong apa to mbok, soal aku kah?"aku menunjuk diriku sendiri.

" Bu ajeng pengen kamu jadi istrinya nak Fahmi, Bu Ajeng bilang Fahmi sepertinya menaruh hati pada kamu ndok."

Aku masih terdiam Aku meresapi kata-kata Simbok. Fahmi kakak iparku. Ahhh, dia lelaki yang sangar menurutku. Badannya besar seperti olahragawan, rambutnya gondrong,dengan kumis tipis. Bahkan lima tahun sudah aku mengenalnya melihat dia tersenyum saja tak pernah.
Bagaimana aku harus jadi istrinya.

"Nduk,kok nglamun. Piye? Mau apa enggak?" Simbok memukul bahuku. Membuyarkan pikiranku yang entah sampai mana tadi.

"Emm gimana ya mbok, aku gak kepikiran buat nikah lagi." Aku masih terlalu cinta pada almarhum suamiku.

"Nduk, cobalah berdamai dengan hatimu. Kamu masih muda, cari kebahagiaanmu jangan terlalu lama terpuruk dalam kesedihan mu. Tolong terima lamaran Bu Ajeng, nduk, tolong pikirkan lagi. Simbok Ndak mau karena kamu menolak. Hubungan kita dengannya jadi tidak baik." Simbok beranjak pergi dari kamarku.

Ndreeettt... ndreeettt...
Gawaiku bergetar panggilan dari Bu Ajeng.

"Halo, assalamualaikum bu"

"Walaikumsalam nduk"

"Ada apa Bu?"

"Simbokmu sudah bilang soal pesan Ibu,nduk?"

Deggg ahhh apa yang harus aku jawab. Kalau Ibu nanya aku mau jawab gimana??

"Ehh sudah, Bu."

"Terus gimana?? Kamu mau to?"

"Eh! Anu. Najwa  pikirkan dulu nggeh."

"Emm yah boleh dipikirkan dulu pasti Najwa ragu ya kalau harus nikah sama Fahmi yang awut- awutan begitu." Jawaban Ibu yang sontak membuatku tak enak hati.

"Ehh, bukan begitu. Bu." kan aku salah omong ya. Jadi tidak enak.

"Ibu pengen banget Najwa nikah sama Fahmi , semoga kalau udah beristri bisa seperti dulu lagi gak kaya begini." suara Ibu setengah berharap.

Yang aku tau Mas Fahmi dulu pernah punya istri. Sekian tahun mereka bersama, istrinya selingkuh dan pergi bersama selingkuhan nya. Hingga Mas Fahmi frustasi rambutnya dibiarkan gondrong, kumis dan brewoknya huh lebat Tak terawat sama sekali. sudah seperti pemeran preman di sinetron.

Berkali-kali Ibu meminta Mas Fahmi menikah lagi, tapi mas Fahmi selalu menolak.

" Emm Najwa , besok lusa ada undangan pernikahan teman Ibu kamu ikut ya biar dijemput sama Fahmi."

"Eh, iya Bu."

"Ya sudah Ibu mau tidur dulu assalamualaikum." Pungkasnya

"Walaikumsalam salam." Aku meletakkan ponsel setelah panggilan ditutup.

***

  Pagi itu aku bersiap ku pakai gamis berwarna pink dengan kombinasi brukat, gaun yang dibeli sewaktu aku menikah dengan Mas Fahri. Aku rias wajahku agar tak nampak kucel.

Bukan Yang Pertama (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang