Kumasukan seluruh pakaianku ke dalam koper. Keputusan untuk pulang ke rumahku sudah bulat.
Tepat hari ini lima bulan sudah kematian suamiku Mas Fahri. Masa 'iddahku pun telah berlalu, sudah sejak Minggu lalu aku ingin pulang, tapi Ibu mertuaku tak mengizinkan. Ibu selalu menangis setiap aku pamit.
Tapi, tak ada alasan lagi untuk aku tetap tinggal. Bayangan rasa bersalah selalu datang setiap aku mengingat almarhum suamiku.
Andai saja malam itu aku tak ngeyel ngidam buah mangga Pasti saat ini Mas Fahri dan aku masih bersama.
Masih jelas kejadian kecelakaan yang menewaskan Mas Fahri dan calon bayiku.
Waktu itu, sepulang ia sholat isya dari masjid. Aku merajuk minta mangga, entah mengapa aku minta dibelikan malam itu juga. Ucapan Mas Fahri tidak aku dengarkan ."Besok mas beliin pulang ngajar ya." ucapnya membujukku.
"Maunya sekarang." Aku mengerucutkan bibirku.
"Ya udah tak beliin sekarang biar gak ngiler haha." Ucapnya sambil mengelus perutku.
"Asik, yuk! berangkat sekarang."
Aku menarik lengannya. Tapi dia menahanku."Ehh! tak ganti celana dulu masa pake sarung ke super market. " Mas Fahri menghentikanku.
"Eeh! Iya to, gak lihat, yaudah ganti dulu nanti takut melorot kalau pake sarung." Godaku sambil tertawa.
" Kamu kali yang hobi melorotin sarungku." Jawabnya dengan tertawa renyah yang selalu membuatku bahagia.
Kami berangkat menggunakan Motor. Malam Minggu kota Magelang nampak ramai oleh para pasangan remaja, kami asik bercanda di motor. Tanpa aku sadari rok yang ku pakai masuk dalam ger motor sehingga membuat motor kami oleng, aku terpental agak jauh. Mas Fahri menabrak tiang listrik di pinggir jalan. Aku dengan langkah yang lemah berjalan mendekatinya darah keluar dari kepalanya entah apa yang membentur kepalanya. Aku histeris orang yang berada di sekeliling kami segera membawa kami ke Rumah Sakit Umum terdekat.
Perutku terasa sangat nyeri, keram sakit sekali.
Aku tak mampu menahan hingga aku pingsan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Yang Pertama (Revisi)
عاطفيةNajwa yang kehilangan mas Fahri di saat umur perkawinan baru seumur jagung membuat Najwa terpukul, dapatkah ia menjalani hidup baru setelah kepergian suami dan calon anaknya.?? Penasaran?? Yuk baca disini BUKAN YANG PERTAMA