gelisah

6.1K 383 3
                                    

Pov Najwa

Aku masih asyik menatap langit-langit kamarku. Sekilas bayangan mas Fahmi nampak tersenyum memandangku. Layaknya calon pengantin lainnya , aku juga merasa gelisah di malam pernikahanku.

Meski ini bukan Pernikahan pertamaku tapi justru rasa gelisahku tak kalah seperti saat ingin menikah dulu denga almarhum mas Fahri.

Cincin kawin dari almarhum mas Fahri masih melingkar di jari manisku. Nampak manis masih indah.

Aku beranjak bangun daru ranjangku. Ku buka lemari pakaianku, masih tertata rapi baju Mas Fahri di sana . ku ambil kotak kecil berwarna merah yang ku simpan di bawah lipatan baju Mas Fahri . ku lepas cincin yang melingkar di jari manisku dan ku letakan sejajar dengan Cincin kawin Almarhum Mas Fahri .

'Biarlah ku simpan kenangan cintamu mas, semoga kamu tenang di sana mas, doakan aku semoga bisa hidup bahagia dengan Mas Fahmi'

Ku cium kotak kecil berwarna merah itu. Penuh cinta. Entah berapa bulir air mata yang ku jatuhkan. Aku terisak perih entah rasa kehilanganku muncul kembali.

Tokk..tokkk
Suara pintu kamarku diketuk dari luar.

"Nduk, sudah tidur?" suara simbok di balik pintu.

"Belum mbok " segera ku seka air mataku dan membuka pintu untuk simbok.

"Belum mbok"

"Kamu kenapa nduk ? " simbok nampak hawatir.

"Najwa gak papa mbok, cuma belum ngantuk saja"

"Matamu merah begitu, habis nangis" ibu mengusap pipiku

"Najwa cuma inget almarhum Mas Fahri mbok" aku menunduk mencoba menyebunyikan air mataku yang mulai mengalir lagi.

"Nduk" simbok  mengankat dagu ku dengan tangannya.

"Menangis bukan solusi setiap kesedihan, berdoalah untuk Fahri setiap kamu rindu, dan cobalah lebih tegar besok kau akan jadi istri Fahmi,  jangan mengecewakan Fahmi nduk"

Aku hanya mengangguk tak ada kata yang mampu kuucapkan., besok mas Fahmi akan pulang mungkin sejam sebelum akad. Karena ada urusan di pabrik kayu miliknya yang tak bisa di wakilkan.

Aku memang menerima pernikahan ini. Tapi kerinduan dan cinta terhadap mas Fahri mungkin butuh waktu lama untuk melupakannya.

Bukan Yang Pertama (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang