cinta atau simpati

7K 480 3
                                    

Aku masih teringat semua cerita ibu tentang Mas Fahmi dan Sarah. Pantas saja, Mas Fahmi tampak marah saat bertemu Sarah.

"Nduk," panggil Ibu yang tiba-tiba sudah berada di depanku.

"Eh ibu." Aku agak terkejut, mungkin aky melamun agak lama, hingga tak sadar kehadiran Ibu mertuaku ini.

"Nduk, ibu boleh minta tolong?" ucapnya meminta, nampak matanya sendu seperti habis menangis.

" Boleh Bu, selagi Najwa bisa bantu. "

" Sejak pulang dari pernikahan anak bu Maryam,Fahmi...."
Tiba-tiba air matanya teruai, Ibu tak melanjutkan kalimatnya.

"Bu ... bilang ke Najwa, Mas Fahmi kenapa?" Aku memegang lengannya pelan bermaksud agar Ibu agak tenang.

"Fahmi jadi seperti dulu, Najwa, dia pergi entah kemana dan pulang larut malam . Saat pulang, dia dalam keadaan mabuk, Ibu sedih Najwa, melihat Fahmi hancur seperti ini." Dia menangis lagi , kali ini ku biarkan ibu menangis dalam pelukanku. Aku ikut merasakan kepedihannya.

"Sabar ya Bu, Najwa coba bantu bicara sama mas Fahmi ya, Ibu jangan sedih." Aku menenangkannya.

----
Aku melangkah ke rumah mas Fahmi, kulihat dia duduk di depan televisi rambutnya yang gondrong dibiarkannya terurai, bajunya tampak lusuh. Tampaknya ia begitu frustasi.

"Mas." Aku menyentuh bahunya ,ia hanya menoleh dengan tatapan sinis.

Glub...

Aku menelan salivaku dengan susah payah. 'ya Alloh serem amat '

"Mas Fahmi, Najwa mau ngomong sebentar." aku memberanikan diri duduk di depannya. Ia masih diam dan menatap televisi di depannya.

"Mas tau, Tuhan itu selalu menumbuhkan cinta pada setiap manusia, membuat suatu kebahagiaan yang tak pernah kita bayangkan sebelumnya, tapi Tuhan berhak mengambil kebahagiaan yang kita miliki. " Dia melirik ku tanpa bersuara.

"Setiap orang punya ujian hidup dengan porsi masing-masing. Terpuruk dalam suatu ujian hanya akan membuat kita rapuh. Waktu tetap terus berjalan ,jika kita hanya terpuruk dalam suatu ujian maka waktu kita terbuang sia-sia." Kali ini dia menatapku serius.

"Kau benar Najwa , tapi kau takkan mengerti bagaimana sakitnya dikhianati seseorang yang sangat kita cintai," ia mulai bicara dengan nada rendah, nampak sedang menahan air mata.

"Bukankah Tuhan adil, menunjukan betapa buruknya wanita yang mas cintai? Tuhan menunjukkannya agar mas tau bahwa ia tak baik untuk mas Fahmi. Ayolah mas jangan menyakiti diri mas Fahmi sendiri. Mas bisa bahagia dengan orang lain, kasian ibu juga, beliau sedih melihat mas Fahmi begini."

Ia menunduk lalu menggelengkan kepalanya.

"Kau benar Najwa, aku tak boleh seperti ini aku harus bangkit"

Tiba-tiba ia memelukku,
Deggg...
Deggg...

Ingin ku lepas tapi nampaknya ia memang butuh tempat melepaskan kesedihannya.

"Emm mas , tolong lepasin, gak pantes mas peluk aku begini."

"Maaf Najwa, aku hanya terbawa suasana." wajahnya nampak merah ,nampaknya ia malu.

"Tidak apa-apa, emm gimana kalau kita jalan-jalan."

"Boleh, tapi kemana?"

"Ke pasar malam, di lapangan kecamatan sebelah."

"Gak ada tempat lain."

"Yah asik tau, nanti Simbok sama Ibu diajak biar rame."

***

Pov Fahmi

Pertemuan dengan Sarah membuat sakit kepalakj. Kenangan bersamanya terus mengusik. Aku pergi ke klub malam entah berapa gelas minuman keras yang ku teguk. pulang hingga larut malam.
Aku tidur di sofa depan TV. Ibu menatapku begitu sedih tanpa bersuara.

Pagi itu tiba-tiba Najwa datang, kulihat ia nampak begitu takut bicara.

Apa aku begitu membuatnya takut?

Ia berbicara dengan lembut,kalimat yang ia ucapkan membuat ku tersentuh.

"Kau memang wanita yang baik Najwa , kalau saja kau mau jadi istriku, tentu akan sangat bahagia dan sempurna diriku. Tapi aku tak punya keberanian untuk mengutarakannya." Aku berbicara dalam hati melihatnya yang keluar dari rumahku.

***
Malamnya kami jadi ke pasar malam.

" Mas ayo main kesitu."
Mendekati permainan melempar gelang ke botol. Najwa menarik lenganku, geli juga melihat tingkahnya yang seperti anak kecil ia sangat manis.

Setelah mengambil gelang dengan membayar lima ribu kami mulai main.

Klik.. satu gelang ku masuk
"Yesss"..

"Aku juga mau coba." Najwa mulai Melempar gelang itu..

Tikk..jatuh gagal!
Lemparan ke dua gagal lagi.

"Yah aku payah, gak ada yang berhasil." ia nampak kesal.

"Coba lagi nih." aku menyodorkan dua gelang yang masih ku bawa.

Klik.. masuk
"Yee Yee" ia melompat kegirangan.

Klik.. masuk lagi.

" Wah ,kau pandai Najwa." pujiku.

" Mas Fahmi baru satu gelang Lo yang masuk, ayo kita adu siapa yang paling banyak. "

"Oke.."
Klik..masuk lagi

"Masih dua gelang ni kamu satu,ini babak penentuan yang masuk yang Menan." Najwa nampak serius. Aku menahan tawa Sumpah wajahnya lucu sekali.

"Oke."

Klik...
"Yess masuk," ucap nya

Ting... gelang ku meleset sengaja ku plesetkan agar Najwa senang.

"Yahh meleset."

"Horeee aku yang Menang!"

Aku tersenyum melihat polah tingkahnya.

Gimana Najwa sama Fahmi bikin kangen gak? Kasih vote dan komen ya readers

Bukan Yang Pertama (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang