Ribetnya Ibu Hamil

8.8K 362 13
                                    

Pov Fahmi

Semalaman tidur di lantai membuat badanku pegal semua. Aku beranjak mengubah posisiku , aku duduk di bawah ranjang. Kulihat Najwa masih tertidur pulas, pelan-pelan ku dekati dia.

Cup!

Ku cium kening Najwa yang bagai candu, rasanya hariku kurang berwarna sebelum menciumnya. Aku tertawa geli mengingat tingkah lakunya akhir-akhir ini. Permintaan yang aneh-aneh yang katanya ngidam, dikit-dikit nangis. Apa sesensistiv itu wanita hamil? Cuaca kota magelang yang dingin memang membuat siapapun enggan beranjak dari tempat tidur.

Mataku masih asik memandang wajah manis istriku, pumpung dia masih tidur, ceritanya akan lain kalau dia telah bangun. Di akan mengusirku menjauh dengan alasan aku bau aneh.

"Najwa.. Udah Subuh , bangun"pelan-pelan ku bangunkan dia takut kaget. Sejak hamil sering telat bangun, katanya suka susah tidur kalau malam.

"Emmm" dia mengeliat, matanya mulai mengerjab pelan.

"Bangun dan subuh sayang"

"Emm aku kesiangan lagi ya mas?" dia mulai beranjak ,kini kami duduk dengan posisi tak begitu dekat. Aku sedikit menjauh jaga-jaga kalau dia protes bau lagi aku akan lari hahha

"Enggak kok"

" Mas..maafin Najwa ya"

" Maaf untuk apa?"

" Gara-gara Najwa, Mas jadi bobok di lantai"

"Gak apa-apa sayang, udah cepet bangun keburu siang" Ku belai pipinya yang halus.

Kami bergegas sholat subuh berjamaah di rumah. Sejak Najwa Hamil dia jarang masak.Aku sengaja melarangnya , tiap pagi dia mual muntah, bau masakan saja bisa buat dia mutah berkali-kali apalagi dia masak.

Sikapnya yang juga jadi manja membuatku harus lebih bersabar.

Setiap pagi ku belikan bubur kacang ijo sebagai pengganti sarapan nasi, meskipun akhirnya akan dia keluarkan lagi. Yang penting dia mau makan. Setidaknya ada sesuatu yang masuk dalam perutnya.

"Sayang mas berangkat dulu ya, nanti mau di beliin apa?"

"Mau es Buto Ijo ya mas sama Batagor"

"Asiiappp, beres nanti tak beliin" dia terkekeh.

"Mau salim nggak?" justru dia mengendus-endus. Pasti mencium bau sampoku, sengaja aku pake sampo milik Najwa, gak enak di jauhi istri gara-gara bau sampo, berat gayss berasa jadi duda lagi aku.

"Salim dong, Udah gak bau lagi samponya" dia terkekeh lalu.mencium punggung tanganku.

Aku berlutut di depannya,wajahku tepat di perutnya.

" Anak ayah yang pinter, ayah berangkat dulu ya, gak boleh nakal kasian Bundanya" ku elus perut Najwa. Kulirik Najwa tersenyum melihatku. Aku terlampau bahagia akan segera punya anak. Di usia yang hampir kepala empat dan ini anak pertamaku, sedang di luar sana teman-temanku ada yang sudah punya dua hingga empat anak. Dan aku masih menunggu sang malaikat kecil yang suaranya akan me menuhi rumah ini untuk lahir.

"Iya yah gak nakal, yang penting pesenannya gak lupa" Najwa menjawab mewakili sang janin. Lucu-lucu geli, Tapi aku senang melihatnya.

"Gak akan lupa, kalau sampai lupa , ayah bisa tidur di teras nanti malam nak"

"Enggak di teras, paling di luar gerbang sekalian" jawab Najwa sambil tersenyum meledek.

" Sekalian aja di kamar tetangga" jawabku ngasal.

Dia menjewer kupingku lalu ditarik sampai panjang huaa

"Apa!?? Mau tidur di kamar tetangga? " nada bicara Najwa meninggi, padahal cuma bercanda. Haduh bisa putus kupingku.

Bukan Yang Pertama (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang