007

85 12 5
                                    

Pagi ini Harabeoji berjalan-jalan santai disekitar jalan bagunan miliknya.

Harabeoji punya sekitar 2 apartemen berlantai 4 yg masing2 berisi 20 kamar. Lalu bangunan yg disewa Jinjin, bangunan yg di sewa oleh seseorang untuk membuka mini market dan 2 bangunan lainnya diujung jalan.

Harabeoji sesekali berjalan santai. Ia juga berniat untuk mengecek keadaan bangunannya. Apa-apa saja yg harus diperbaiki untuk kenyamanan si penyewa.

Sampai akhirnya Harabeoji berhenti tepat didepan restoran Jinjin. "Aku belum kesini sama sekali sejak ppang-jib ini ramai dikunjungi pelanggan". Ujarnya seraya melangkah mendekati pintu masuk restoran.

Ia raih gagang pintu, ia dorong perlahan dan... "tring" lonceng yg bertengger dipintu berbunyi.

Heejin dan Jinjin sedang bersiap didalam. Moon Bin izin untuk datang terlambat kali ini, entah ada sesuatu yg harus ia lakukan.

Heejin sedang mengelap meja, dan Jinjin sibuk mencampurkan tepung dan bahan yg lainnya untuk membuat keik.

Heejin mendengar lonceng pintu berbunyi. Ia menghentikan aktifitasnya. Berniat ingin menegur seseorang yg nyelonong masuk padahal dipintu masih ada tulisan "closed"

"Son-nim (tamu), kita belum buka" Ujar Heejin seraya melihat kearah pintu lalu berkacak pinggang dengan kain lap yg masih ia genggam.

Harabeoji berjalan perlahan memasuki bangunan dan melihat interior yg sudah banyak berubah, menjadi lebih modern.

Heejin meluruskan kedua tanggannya perlahan, terlihat kaget melihat Harabeoji yg sudah berada tepat di hadapannya, "Harabeoji....." panggil Heejin.

Mata mereka pun saling berhadap, "Ya immaa kenapa kau tak pulang!" Bentak Harabeoji sambil mengangkat tongkat untuk menopang ia berjalan.

Jinjin yg mendengar suara Harabeoji langsung keluar dari dapur dan menghampiri, "Annyeonghaseyo.." Jinjin menyapa sopan.

"O.. Jin Sajang... bagaimana kabar ppang-jib mu ini?" Balas Harabeoji.

"Beginilah.. lumayan laris Harabeoji" Jinjin malu-malu.

"Dahaengida.. (syukurlah)" Harabeoji mengangguk sambil tersenyum terlihat ikut senang. "Ya! Neo! Imma! Apa yg kau lakukan?", Harabeoji menunjuk Heejin dengan tongkatnya.

Takut jika Heejin akan dimarahi oleh Harabeoji dengan sigap Jinjin pindah dan berdiri didepan Heejin, "Harabeoji.. Heejin-ssi telah membantuku selama ini." Jinjin menjelaskan.

Heejin terdiam, matanya membulat. Kini ia bagai patung di belakang punggung bidang Jinjin, Mwoya... kenapa dia membuatku berdiri dibelakangnya? Padahal Harabeoji hanya mengangkat kongkatnya saja, tak akan memukuliku. Racau Heejin lalu mengintip Harabeoji lewat pundak Jinjin.

"Geurae? Memangnya bisa apa dia?" Harabeoji meledek.

Heejin tak terima dengan ledekan Harabeoji, "Harabeoji..." rengeknya yg masih tetep berdiri dibelakang punggung Jinjin.

"Jika tidak ada dia, restoran ini akan kacau.. kami pernah mengalaminya.." cerita Jinjin.

"Geurae??" Harabeoji terlihat tak percaya. "Kalau begitu berikan aku sepotong keik, aku juga ingin mencicipi keik yg dijual dibangunanku" Pinta Harabeoji seraya mencari tempat duduk yg dekat dengan pintu.

Jinjin tersenyum sumringah saat Harabeoji meminta sepotong keik. Ia lalu berbalik dan melihat Heejin. Membuat Heejin makin tak bisa bernafas. Jantungnya seperti akan lari.

"Heejin-ssi... kau bisa menyiapkan keik untuk Harabeoji kan?" Tanya Jinjin.

Heejin mencoba mundur 1 langkah karena merasa jarang ngobrol mereka terlalu dekat.

SWEETEST DESSERT [Astro's Jinjin X Loona's Heejin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang