019

74 9 7
                                    


Heejin berlari kearah cermin setelah mengacak-acak baju di almarinya. Kini ada dua setel baju ditangannya. Bergantian ia tampelkan dedepan tubuhnya.

Haruskah aku pakai warna cerah? Ah.. tapi nanti terlihat norak. Aku juga tidak mau terlihat mencolok. Heejin bolak balik mencoba baju-baju yg ia miliki.

Dia lalu berdehem, Ya!! Jeon Heejin! Neo wae i-raee?? Kenapa kau terlihat seperti akan kencan? Ya!! Kau hanya akan bertemu sajangnim eomoni saja. Wah!!! Dia berdecak sendiri setelah menyadari kalau kamar sekarang sudah berantakan tak karuan.

Baiklah, apa gunanya berdandan berlebihan, ingat... kaulah yg berhati iblis disini. Batinnya menyadarkan dirinya sendiri.

Jinjin berdiri didepan bangunan apartemen Harabeoji. Ia rogoh saku padding nya untuk mengambil ponsel. Setelahnya, ia memencet beberapa tombol dan mengarahkan ponselnya ketelinga sebelah kanan.

"Oh.. Heejin-a.. aku sudah dibawah" Ucap jinjin setelah telefonnya tersambung.

"Arasseo.. palli wa.." Jinjin mengangguk perlahan. Lalu tersenyum sekejap.

Aku bahkan tak mengerti kenapa eomma mau mengundang Heejin untuk makan bersama dirumah, Jinjin berdecak.

Jinjin menyandarkan punggungnya pada lobi apartemen. Menunggu Heejin keluar dari lift.

Perasaannya canpir aduk saat ini. Seketika Ia tersenyum, seketika Ia tiba-tiba menhernyitkan dahinya tanda bingung.

Bagaimana tidak, Heejin sebenarnya sudah hampir menghancurkan usahanya untuk membuka restoran keik yg Ia bangun sebegitu susah. Namun disisi lain, Heejin juga yg selalu ada untuknya walaupun itu semua adalah akal-akalan Heejin untuk menutupi semua kedok nya.

Tapi kembali pada kata Eomma, "Tak apa untuk memaafkan, karena hatimu sudah terpaku padanya"

TING .. suara pintu lift terbuka.

Suara langkah kaki keluar dari lift. Heejin yang mengenakan dress merah selutut dengan rambut yg terurai bergelombang, menghampiri Jinjin.

"Annyeonghaseyo..." Sapa Heejin canggung.

"Oh.. An..nyeong" Balas Jinjin sedikit terbata. Jinjin terus mengernyitkan dahinya tanda tak percaya jika dihadapannya adalah Heejin.

Heejin yg menyadari jika Jinjin terus menatapnya seperti itu, "Apa ada yg salah dengan penampilanku?" Tanya Heejin.

"Anyooo..." Jinjin menggelengkan kepalanya dengan cepat.

"Apa aku harus mengganti pakaianku?" Heejin merasa tak nyaman.

"Tak perlu.. tak apaa.." Jinjin mendekat. Lalu, Ia meraih jemari Heejin, "Gaja.." Ajaknya.

Mata Heejin terbelalak lebar sambil berjalan sepertu robot karena masih linglung.

Seperti lelaki padumumnya, Jinjin membukakakn pintu mobil untuk Heejin, membuat Heejin salah tingkah.

Mereka berdua kini dalam perjalanan. Belum ada sepatah katapun yg terucap dari kedua manusia yg sedang berada dalam 1 mobil itu.

Sampai akhirnya Heejin, "Sajangnim..." panggilnya lirih.

"Eung?" Jawab Jinjin sambil menyetir dengan keren.

"Jwesonghamnida" Ucap Heejin tiba-tiba..

"Anyoo.. gwenchanaa.. kau nampak anggun dengan dress itu.. Eomma pasti senang melihatmu" Jawab Jinjin santai.

"Bukan maaf untuk dress ini" Heejin memainkan jari jempolnya tanda gugup.

"Sudahlah.. semua sudah berlalu" Sahut Jinjin dengan nada agak tegas, seolah Ia sudah mengetahui apa maksud maaf dari Heejin.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 25, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SWEETEST DESSERT [Astro's Jinjin X Loona's Heejin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang