Pagi ini tak seperti biasanya. Langit tampak lebih gelap karena mendung yang menyelimuti. Seolah-olah semesta tahu akan apa yang dirasakan oleh seorang pria bermarga Byun tersebut. Byun Baekhyun, itu lah dia. 16 tahun ia habiskan hidupnya untuk berkelana di dunia yang penuh akan kefanaan dan tipu muslihat. Pagi ini ia kembali teringat akan kata-kata petugas administrasi kemarin, ia tak dapat membuktikan semua ucapannya dan membuatnya sakit hati dan kecewa akan dirinya yang tak dapat menepati ucapannya dan menjaga barang berharganya dengan baik. Kartu tanda pelunasan tagihan sekolah tersebut hilang, sekarang apa yang harus ia perbuat? Tak adakah sesuatu yang dapat membenarkan ucapannya? Tak adakah bukti yang dapat membenarkan semua kata-kata tanpa dustanya? Kenapa seolah dunia memusuhinya? Dosa apakah yang diperbuatnya hingga ia mendapat cobaan seperti ini? Hidup seadanya, sekolah karena beasiswa, dan dana beasiswa yang diterimanya kini lenyap, hilang tak bersisa seolah ditelan bumi. Kaki-kaki mungilnya ia bawa untuk melangkah dengan gontai seolah tak ada semangat hidup lagi. Perasaannya sungguh tak karuan, entah apa yang dirasakannya,firasatnya sangat buruk akan sesuatu hal. Ia sangat yakin bahwa akan ada sesuatu yang sangat buruk akan menimpanya.
At Exordium High School
"Maaf ssaem, aku tak dapat menemukan kartu tanda pembayarannya. Apa tidak ada data yang tersimpan disini? Biasanya aku melihat petugas menulis ulang disebuah buku"ucap Byun Baekhyun.
"Baiklah, aku akan mengeceknya dulu sebentar"sahut petugas administrasi yang mencari Baekhyun kemarin.
Beberapa menit kemudian sang petugas kembali dengan membawa sebuah buku besar nan tebal kehadapan Baekhyun.
"Kuharap datanya ada disini" harap Baekhyun dengan cemas.
"Nah mari kita lihat. Untuk bulan ini kau belum membayar. Bahkan bulan-bulan sebelumnya pun belum"ucap si petugas.
Bagai tersambar petir di siang hari,Baekhyun merasa tubuhnya lemas dan kakinya seolah tak dapat menopang tubuh mungil itu.
"Ssaem, kumohon periksa sekali lagi. Aku jujur, aku sudah membayarnya" ucap Baekhyun yang mulai menangis.
"Aku akan cek di komputer"ucap si petugas yang berusaha menenangkan Baekhyun.
Beberapa menit kemudian,
"Maaf,nak. Tidak ada bukti sama sekali jika kau sudah membayar semua uang administrasi sekolah" ucap si petugas dengan rasa bersalah.
"Benarkah sama sekali tidak ada,ssaem?"
"Benar, nak"
Hancur sudah hati rapuh tersebut. Kenyataan sangat menyakitkan untuk dapat diterima. Sekarang apa yang harus dilakukannya? Hari ini, Byun Baekhyun merasakan kematian untuk yang kesekian kalinya. Dunia seolah sedang mentertawakan si pria Byun tersebut. Bolehkah ia marah kepada dunia? Dunia ini sangat kejam.
Ωωωωωω
At XIC (Baekhyun Classroom)
Baekhyun berjalan dengan gontai menuju bangkunya, mengabaikan semua tatapan menghina dari orang-orang sekitarnya. Sudah biasa, semua itu sudah biasa diterimanya. Semua itu bagaikan makanan sehari-hari baginya, hingga ia terbiasa. Terbiasa menerima hinaan, cacian, kekerasan fisik dan masih banyak lagi.
Tiba-tiba handphone miliknya berdering.
"Siapa ini? Nomor tak dikenal? Ya sudahlah aku angkat saja, siapa tahu penting" batinnya.Baekhyun berjalan keluar kelas dengan telpon genggam yang menempel di telinganya. Setelah menemukan tempat yang lebih tenang, barulah ia bicara.
"Yeoboseyo, siapa ini?" Tanya Baekhyun di awal percakapan.
"Ohoho, tidak perlu buru-buru seperti itu, Baekhyun" jawab si pria tak dikenal yang menghubungi Baekhyun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fighter of Life
FanfictionByun Baekhyun seorang siswa biasa yang mengalami bullying sejak usia dini dan karena suatu hal ia berhasil mengubah jalan hidup dan takdir yang awalnya selalu membuatnya tertindas. Yaoi, hurt