Part 9

5.5K 462 10
                                    


Pagi di keluarga Min yang biasanya dimulai dengan canda tawa atau kenakalan Yoon Jin, kini seketika berubah suram hanya karena sebuah surat yang seseorang kirimkan pada Yoongi.

Yoongi yang tadinya tengah sibuk dengan buntalan kecil miliknya yang saat ini tengah sarapan bersama kedua pamannya. Tiba-tiba saja melempar asal benda yang ada di meja makan setelah menerima surat dari seseorang yang beberapa saat lalu datang ke rumahnya.

Yoongi meremat kuat suratnya lalu membuangnya kesembarang arah, belum cukup dengan itu, Yoongi kembali melempar gelas yang ada di sampingnya hingga membuat Yoon Jin kembali ketakutan.

"Hyung! Apa yang kau lakukan, eoh? Apa kau sudah tidak waras, huh?! Kau kembali membuat putramu ketakutan, apa kau sadar, hah?!" ucap Jimin.

Jujur, ia mulai jengah melihat kelakuan Yoongi yang menurutnya tidak pantas ia tunjukan di hadapan Yoon Jin. Jimin tahu jika Yoongi memang tengah menghadapi banyak masalah, tapi bukan berarti ia bisa meluapkan emosinya di depan putranya sendiri, kan?

"D-daddy, hiks. Tenapa Daddy malah-malah lagi? Hiks, Yoon Jin takut," gumam Yoon Jin. Yoongi menghela nafasnya kasar menyadari perbuatannya.

"Huft, tolong antarkan Yoon Jin ke kantor, Tae. Biarkan dia bermain dengan sekretaris Kim dulu, nanti Hyung akan menyusul," ujar Yoongi.

"Nde, Hyung. Kajja! Yoon Jin mau kan bertemu sama bibi cantik?" Yoon Jin hanya mengangguk, menurut saat Taehyung menggendongnya dan membawanya pergi.

*****
"Katakan, kenapa kau sampai semarah ini, Hyung? Memangnya apa isi surat itu?" tanya Jimin penasaran.

"Ternyata wanita itu tidak main-main dengan ucapannya, Jim. Dia benar-benar ingin mengambil Yoon Jin dariku!"

"Apa maksudnya, Hyung? Memangnya apa wanita itu lakukan sekarang?"

Yoongi hanya terdiam, saat ini ia tengah mencoba lebih mengontrol emosinya. Yoongi kembali menghela nafas kasar sebelum akhirnya ia menjawab pertanyaan Jimin.

"Wanita itu sudah mengajukan hak asuh Yoon Jin hingga ke pengadilan. Dan surat itu adalah surat panggilan dari pengadilan untuk Hyung."

"Mwo? Aku benar-benar tidak menyangka jika dia akan bertindak sampai sini, Hyung. Sungguh, dia tidak pantas untuk mendapatkan hak asuh Yoon Jin, hanya kau yang pantas mengurus Yoon Jin, Hyung, hanya kau!" tukas Jimin. Padahal dia yg tadi yg menyuruh Yoongi untuk tidak emosi, tapi sepertinya ia sendirilah yang terbakar emosi sekarang.

"Lalu, apa yang akan kau lakukan sekarang, Hyung?" lanjutnya.

Yoongi bersmrik mendengar pertanyaan Jimin. "Kau pikir apa? Tentu saja aku akan melawannya. Dia pikir akan semudah itu mengambil hak asuh Yoon Jin dariku?"

"Nde, Hyung. Tapi ...."

"Carikan pengacara yang paling handal di kota ini, Jim! Berikan saja berapa pun uang yang dia mau, Hyung hanya ingin kita memenangkan kasus ini dan mendapatkan hak asuh Yoon Jin," ucap Yoongi penuh penekanan.

"Arraseo."

"Bagus, sidang pertama akan di mulai besok. Pastikan hari ini kau menemukan pengacaranya!"

"Mwo?!"

"Dan harus yang terbaik!" pungkas Yoongi, kemudian pergi meninggalkan Jimin yang mungkin tengah mengumpatinya saat ini.

Mencari pengacara dalam sehari? Dan itu pun harus yg terbaik? Yang benar saja! Apa Yoongi pikir semudah itu mencari pengacara eoh?

*****
Entah nama apa yang tepat untuk menamai hubungan antara Yoora dan Yoon Jin. Jika diingat-ingat, sepertinya belum genap satu bulan Yoon Jin bertemu dengan Yoora. Tapi, kenapa bocah itu bisa merasa senyaman ini saat berada dekat dengan Yoora?

Yoon Jin beserta sikap nakal juga cerewetnya, seakan tidak mempan untuk seorang Kim Yoora. Secerewet atau senakal apa pun Yoon Jin, jika ia sudah bertemu dengan Yoora pasti anak itu akan berubah menjadi anak yang penurut dan menggemaskan di mata Yoora.

Terbukti pada saat Taehyung mengantar bocah ke kantor untuk bertemu dengan Yoora lengkap dengan mata merah yang cukup menjelaskan jika ia baru saja menangis. Anak itu seakan lupa pada kesedihannya dan langsung bisa tertawa saat ia bertemu dengan Yoora.

Taehyung hanya tersenyum lalu menyerahkan sang keponakan pada Yoora.

Saat ini Yoora dan Yoon Jin tengah berada di ruangan Yoongi, Yoora tentu tidak bodoh untuk berani mengajak Yoon Jin keluar dari kantornya dan membuat Yoongi marah. Karna kalian tentu tahu, Yoora masih sayang pada pekerjaannya.

"Yoon Jin kenapa nangis, hm?" tanya Yoora.

Sebenarnya ia juga cukup penasaran apa alasan di balik tangisan Yoon Jin. Yah, mungkin ini cukup berlebihan, tapi entahlah, Yoora benar-benar tidak tega jika melihat bocah kecil di hadapannya itu menangis.

Yoon Jin yang saat ini tengah berada di pangkuan Yoora pun mulai mendongak mendengar pertanyaan dari bibi cantiknya.

"Daddy malah-malah lagi, Yoon Jin ndak cuka!" jawabnya.

"Eum, Bibi ngerti, jadi Yoon Jin nangis gara-gara Daddy marah-marah?" Yoon Jin mengangguk membenarkan ucapan Yoora.

"Tapi Daddy tidak mungkin marah-marah tanpa alasan, kan? Hayo jujur, Yoon Jin pasti bikin Daddy kesel, yah?" lanjut Yoora dan Yoon Jin menggeleng cepat.

"Ndak-ndak! Yoon Jin ndak bikin Daddy kecel kok, Bibi cantik. Daddy dapet culat, telus muka Daddy jadi melah, telus-telus Daddy lemec-lemec culatnya telus buang-buang delas campe pecah. Kan-kan Yoon Jin jadi takut, Bibi cantik," jelasnya tanpa henti.

Yoora hanya terdiam mencoba memahami perkataan Yoon Jin, surat? Muka merah? Aish, jinja, Yoora sama sekali tidak paham dengan semua yang Yoon Jin katakan.

"Ah, nde, mungkin Daddy Yoon Jin sedang banyak masalah, karena itu Daddy Yoon Jin jadi marah-marah terus," ucap Yoora dan Yoon Jin hanya mengangguk-anggukan kepalanya. "Tapi Yoon Jin gak marah 'kan sama Daddy?" lanjutnya.

"Ndak! Yoon Jin kan cayang cama Daddy, cama Bibi cantik juga!" ujarnya antusias.

"Jinjja? Bibi juga sayaaangg banget sama Yoon Jin," balas Yoora seraya menciumi pipi gembul Yoon Jin.











"Terima kasih, Yoora-Ssi."


















Tbc ....

Daddy Min✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang