Part 26

5.2K 426 7
                                    


[Yoongi pov]

Aku tidak tahu apa kesalahanku, dan aku juga tidak merasa pernah melakukan kesalahan. Tapi, kenapa dia berlaku seakan-akan aku mempunyai kesalahan besar padanya? Yah, dia, Min Yoora. Sudah beberapa hari ini sikapnya sangat dingin padaku, memang biasanya juga Yoora jarang bicara, tetapi aku masih bisa merasakan kehangatan dalam tatapannya.

Tapi, akhir-akhir ini hanya tatapan dingin atau mungkin kebencian yang aku lihat di matanya. Tidak ada lagi sarapan pagi, tidak ada lagi makan siang yang setiap hari ia antarkan bersama Yoon Jin ke kantorku. Apakah dia benar-benar Yoora? Kenapa sikapnya bisa berubah hingga 180 derajat?

"Aish, aku bisa gila kalau terus seperti ini!" gumamku sendiri.

Sungguh, perubahan Yoora telah berhasil membuatku jengkel! Jika memang aku melakukan kesalahan, setidaknya ia bisa mengatakannya padaku, kan? Tapi tidak! Yoora hanya terus bungkam dan membuatku semakin pusing saja!

"Ayolah, Yoon! Pikirkan baik-baik. Tidak mungkin kan Yoora berubah tanpa alasan?"

Yah, tidak mungkin ia berubah tanpa alasan. Pasti ada sesuatu di balik sikapnya itu, kan? Tapi apa? Aku benar-benar tidak bisa mengingat apa pun. Yang terakhir kuingat sebelum perubahan sikapnya, hanyalah aku dan dia pergi ke pesta. Dan ....

"Paginya, saat aku bangun Yoora sudah tidak ada di sampingku. Sedangkan aku... tidak! Tidak mungkin kan aku melakukan itu? Haish!"

Aku mengacak rambutku frustasi, yah, kuakui jika saat aku terbangun memang aku sudah tidak mengenakan sehelai benang pun. Tapi ....

"Bodoh! Kau ini memang bodoh, Min Yoongi! Sudah jelas-jelas kau memang melakukan itu, tapi kenapa kau masih mau menyangkalnya, hah? Astaga! Kenapa aku baru menyadarinya sekarang? Ck!"

[Yoongi pov end]

*****

"Mommy! Tadi di cekolah Yoon Jin diajalin baca-baca ma bugulu!" ujar Yoon Jin. Bocah kecil itu terlihat sangat antusias menceritakan apa saja yang gurunya ajarkan di sekolah.

Yah, mulai hari ini Yoon Jin memang sudah masuk ke sekolah khusus anak-anak. Jadi wajar saja jika anak itu terlihat begitu sangat antusias menceritakan apa saja yang ia pelajari di sekolah.

"Benarkah? Coba Yoon Jin ceritain sama Mommy. Apa saja yang bu guru ajarkan pada Yoon Jin, hm?" Begitulah Yoora. Wanita itu dengan sabar mau mendengarkan apa pun yang keluar dari mulut Yoon Jin. Ia bahkan senang melihat keaktifan Yoon Jin, itu artinya putranya bukanlah anak yang pemalu dan susah bersosialisasi.

"Eum apa, yah?"

"Apa hayo? Masa sudah lupa, sih?"

"Ndak jadi deh! Yoon Jin ... Yoon Jin lapel! Mau mamam ja!" ujarnya seraya menepuk-nepuk perut kecilnya. Ingatkan Yoora untuk tidak mencubit buntalan kecil di hadapannya ini, padahal Yoora sudah siap mendengarkan ceritanya. Tapi anak itu malah minta makan?

"Lho, kok gitu, sih? Mommy kan mau denger ceritanya Yoon Jin."

"Ich! Yoon Jin lupa, Mommy! Tapan-tapan aja yah celitanya? Cekalang Yoon Jin lapel, mau mamam cocis goleng cama naci, boyeh?"

"Kan perut Yoon Jin lagi sakit gara-gara makan banyak ice cream kemarin, jadi Yoon Jin makan bubur saja, yah?" jawab Yoora membuat Yoon Jin memayunkan bibirnya.

Beberapa hari lalu memang bocah itu mengeluh sakit pada perutnya, membuat Yoongi dan Yoora khawatir bukan main. Dan setelah diperiksa, ternyata Yoon Jin hanya terlalu banyak makan ice cream. Dan kalian tentu tahu siapa pelakunya, kan?

"Ndak mau! Pelut Yoon Jin tan udah ndak cakit, Mommy! Pokonya Yoon Jin mau mamam cocis goleng cama naci!"

"Oke, oke. Tapi janji dulu kalau Yoon Jin gak bakal nakal lagi, Yoon Jin nggak boleh makan ice cream banyak-banyak. Nanti perut Yoon Jin sakit lagi, nggak mau kan perutnya sakit kaya kemarin? Jadi, gimana? Setuju nggak sama syarat dari Mommy?" Yoon Jin tampak berpikir keras berusaha mencerna perkataan Yoora.

Daddy Min✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang