BAB 7

1.6K 98 20
                                    

     Setelah jam mata kuliah pertama Aldo dan Vika duduk di kantin bersama Icha dan Evan menyantap sepiring nasi gila. Sementara Vika seperti biasa membawa bekal sendiri dari rumah.

     "Yasa mana gak makan?" tanya Icha.

     "Lagi main basket dia, tadi di ajak sama temennya, katanya nanti nyusul." jawab Aldo. Sementara Evan memperhatikan Vika dengan serius.

     "Kenapa Van, kok ngeliatin gua? Sayang, itu Evan ngeliatin aku tuh." kata Vika sambil menyolek lengan Aldo.

     "Mungkin dia kagum kali sama kamu? Kan kamu imut, lucu, gemesin, pokoknya bikin aku kagen terus deh." kata Aldo.

     "Hehehe… makasih sayang, awas ntar ada yang pengen romantis-romantisan juga loh." kata Vika sambil melirik Evan.

     "Ayank embep masih laper? Mau makan apa lagi? Mau disuapin gak? Mau kerupuk? Apa mau nambah minum? Atau batako tumbuk?" kata Evan sambil menatap Icha dengan wajah imutnya. Sementara Icha dengan wajah sinisnya melirik Evan.

     "Kenapa harus pake batako tumbuk sih! Lu pikir Icha burung merpati?" kata Aldo.

     "Emang iya apa? Kok kamu tau? Buat apaan makan batako?" tanya Vika.

      "Aku pernah baca artikelnya sih, burung pemakan biji biasanya tidak punya gigi untuk menghaluskan makanan. Fungsi batu kerikil adalah untuk menumbuk dan menghaluskan makanan dalam perut burung. Tapi bukan batako utuh gitu." Jawab Aldo.

     "Oh gitu, ya ampun kamu pinter banget sih… makin sayang deh aku sama kamu." sahut Vika sambil melirik Evan.

     "Eh… embep… kamu tau gak, wajah kamu memang imut, body kamu kaya siput, tingkahmu membuatku salut, tapi sayang… hobi kamu kentut." kata Evan sambil meneguk segelas es teh manis. Dengan cepat Icha menyenggol gelas Evan hingga teh manisnya tumpah dan membasahi dadanya.

     "Hahahahahahaahha…. Tuh makannya jangan suka bikin Icha kesel…." kata Vika.

     "Ayankkk embepp.. Kenapa kamu lakukan itu? Apa kamu tidak merasakan bagaimana perjuangan dan kegigihan para penjual air mengantarkan air galon hingga sampai kepada konsumen? Kamu gak gitu ah… jangan nakal yaaa.. Nanti papah marah…" canda Evan dengan gaya dewasa.

     "Apaan sih penjabaran lu panjang amat! Lagian sih lu kenapa badan gua kaya siput? Kenapa lu bilang gua suka kentut? Bukannya elu yang suka buang angin?" kata Icha dengan wajah kesal.

     "Iiihhh... Cuma becanda sayang, biar tetangga sebelah kita ngiri lihat keromatisan kita ngalahin pujangga bangsa Yunani." kata Evan.

     "Kenapa dari pujangga ke Yunani ya?" tanya Vika.

     "Udeh, biar keliatan gua cerdas aje! Ibaratnya pan gitu." jawab Evan sambil membersihkan mulutnya dengan tisyu kering. "Ehh… Al… kalau andai kata kalian sampai nikah, terus berumah tangga, nanti perabotan lu imut-imut kaya kotak makan Vika emang lu mau?" tanya Evan.

     "Ya gak apa-apa, asal bersih dan rapih aja, cuma paling gua punya sudut khusus gua yang berisi dekorasi peta, pesawat terbang, trus warnanya cokelat pastel gitu." kata Aldo.

     "Oh kamu suka pesawat? Kenapa harus peta juga sih?" tanya Vika.

     "Yah… aku suka traveling, dari kecil kalau traveling itu aku suka banget. Kapan-kapan kita traveling berdua ya?" kata Aldo.

     "Ihhhh… kok curang! Gua gak di ajak? Kan gua temennya Vika juga." sahut Icha.

     "Iya lu boleh ikut kok, nanti kita ajak Yasa sama Rara juga ya, biar kita seru-seruan bareng!" Kata Aldo.

JINGGA 4 (BAB 1 S/D BAB 22 END) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang