Aldo sedang duduk di depan laptopnya sambil mengerjakan sesuatu dengan serius, terlihat teman-teman nya yang lalu lalang di dalam kelas melihatnya begitu serius, bahkan ia tak mau diajak makan bersama. Tak lama Vika datang menghampirinya dan duduk di sampingnya.
"Serius amat sih, lagi ngerjain apa?" tanya Vika.
"Ini aku dapet email dari mamah untuk input data pengeluaran waktu renovasi rumah yayasan." kata Aldo. Perlahan Vika mengusap lengan Aldo hingga membuat Aldo tersenyum. "Maaf ya aku gak temenin kamu makan tadi." kata Aldo.
"Iya gak apa-apa kok, aku bawa cemilan nih buat kamu, mau aku suapin?" tanya Vika.
"Mau dong…" jawab Aldo. Kemudian Vika menyuapi cemilan yang di beli di kantin.
"Kamu sayang gak sama aku?" tanya Vika.
"Kok tiba-tiba kamu tanya kaya gitu?" tanya Aldo.
"Yah pengen denger aja ucapan dari mulut kamu, gak tau nih aku tuh lagi pengen manja-manjaan sama kamu, apalagi aku pengen di peluk sama kamu." kata Vika.
"Wahh mancing nih kamu… iya sabar ya sayang, nanti pulang kuliah aku peluk deh, gak enak kalau di kampus. Tadi makan apa?" tanya Aldo sambil tetap mengetik laporan keuangan.
"Aku tadi makan nasi gila sama Yasa aja." kata Vika.
"Loh, Icha sama Evan kemana?" tanya Aldo
"Gak tau tuh, mungkin mereka lagi asik berduaan, kayaknya semenjak Mbok Darmi puji Evan, si Icha mulai terbuka deh hatinya buat belajar berubah sikapnya." kata Vika."Iya semoga aja ya biar pada gak berantem terus." jawab Aldo.
"Sayang, kamu ngerasa aneh gak sih sama sikap Rara waktu malam itu?" tanya Vika.
"Iya, aku juga ngerasa gitu, si Rara kaya ngerahasian sesuatu. Apa cuma Yasa sana Rara aja yang tau?" tanya Aldo.
"Aku juga tadi udah tanya sama Yasa, tapi Rara tetep gak mau ngomong sama Yasa, jadi waktu mereka keluar teras itu Yasa sih bilangnya cuma tenangin hati si Rara aja." kata Vika.
"Oh gitu… tapi…. Aku ngerasa ada yang aneh gak sih dari diri aku?" tanya Aldo.
"Aneh gimana?"
"Iya aneh, beberapa hari lalu kan aku pernah diliatin orang di kampus ini, mereka kaya ketakutan gitu liatin aku. Trus waktu semalem liat kamar mas Angga, si Evan kan bilang ada kepala yang nyempil dibelakang aku. Kamu takut gak lihat aku?" tanya Aldo.
"Hmmm… aku sih gak ngeasain apa-apa sama kamu, cuma… aku takut kehilangan kamu aja." kata Vika. Kemudian Aldo terdiam dan menengok ke arah Vika sambil mencubit pipi Vika dengan lembut.
"Aku gak akan pernah berubah dan gak akan pernah ninggalin kamu sayang." kata Aldo. Mereka pun tersenyum bahagia.
@@@@@@@@@@@@
Jam menunjukkan pukul sembilan malam, Aldo menarik bedcover nya sambil mematikan lampu kamar, hanya lampu tidur yang menerangi di dekat ranjangnya. Hawa dingin dan wangi membuat Aldo merasa nyaman berada di kamarnya. Aldo pun duduk menyender di ranjangnya sambil membaca buku. Dengan serius Aldo membaca buku yang sedikit tebal dan bersampul cokelat.
Aldo tak menyadari di bawah ranjangnya ada sosok mahluk yang merangkak di lantai, tanganya panjang, wajahnya tertutup rambut, kukunya yang tajam. Kepalanya yang menengok ke arah Aldo dengan perputaran yang sedikit terpatah-patah.
KAMU SEDANG MEMBACA
JINGGA 4 (BAB 1 S/D BAB 22 END) ✔️
Terrorcerita ini kelanjutan dari Jingga 1,2,3 selamat menikmati