Pagi itu Jaka sedang sarapan roti bakar di meja makan bersama teman-temannya, Vika pun keluar kamar sambil membawa tas nya.
"Jaka tante Icha udah mandi?" tanya Vika. "Cha... udah siap belum?"
"Udah, tadi lagi pake bedak di depan kaca." jawab Jaka.
"Hah pake bedak?" tanya Vika heran. Tak lama Icha keluar kamar sambil membawa tasnya. Sementara Vika dan Jaka menatap Icha dengan tatapan serius.
"Kenapa diliatin? Kok pada bingung gitu mukanya?" tanya Icha.
"Cha... lu bedakan? Nah gitu dong, mau pake blush on gua gak? Atau lipstic gua? Biar keliatan fresh gitu." kata Vika.
"Eehh.. Nggak ah! Bedak aja udah cukup." kata Icha.
"Tante Icha genit sekarang hihihihi..." canda Jaka.
"Ihh.. Jaka mulai iseng ya godain aku.." kata Icha smabil berlari ke arah Jaka dan mencium pipi Jaka. Namun Jaka berusaha nenutup wajahnya dengan tangan. Tak lama Rara keluar kamat sambil membawa handuk.
"Eh pagi....." Sapa Rara.
"Eh pagi Ra... masuk pagi hari ini?" tanya Vika.
"Iya nih." jawab Rara tersenyum. Namun matanya menatap Jaka dan langsung berjalan ke belakang untuk menjemur handuknya. Sementara Vika da IchaSaling memandang bingung. Kemudian Rara kembali ke kamarnya untuk mempersiapkan diri.
"Cha... lu liat gak kok tadi Rara natap Jaka agak aneh ya?" Tanya Vika.
"Mungkin dia kangen kali." kata Icha. Sementara Jaka hanya terdiam.
"Kamu kenapa sama tante Rara?" tanya Vika.
"Hmmm... tante Rara......" kata Jaka. Tiba-tiba Rara keluar kamar sambil membawa jaket dan tasnya. Jaka pun terdiam dan melanjutkan menikmati roti bakar.
"Eh Ra ayoo.. Sarapan dulu." Kata Ibu yayasan saat keluar dari kamar.
"Iya Bu, ini mau langsung berangkat aja. Aku ambil satu roti bakarnya ya. Aku pamit dulu, takut terlambat." jawab Rara sambil berjalan keluar teras. Sementara Vika, Jaka dan Icha saling menatap bingung.
"Kamu tadi mau ngomong apa?" bisik Vika.
"Hmm... nggak... Gak jadi." jawab Jaka.
"Ayo anak-anak kita berangkat." kata Ibu yayasan. Akhirnya anak-anakpun bergi bersama Ibu yayasan.
"Jaka kok kaya ketakutan sama Rara ya? Apa karena lukanya masih belum pulih?" tanya Vika.
"Iya kaya takut gitu, ah udah ah. Yuk Vik kita jalan, jangan lupa kunci pintu semua dan check sesuatunya." kata Icha sambil menutup pintu kamar mandi. Kemudian Icha dan Vika berjalan keluar teras untuk berangkat ke kampus.
@@@@@@@@@@@
Di dalam kamar mandi Icha mencuci tangannya di wastafel. Sesekali ia menatap wajahnya di hadapan cermin sambil tersenyum.
"Gua pantes gak sih pake bedak? Apa iya gua harus pake lipstick? Trus pake merah-merah di pipi? Ah nggak ah ntar kaya tomat muka gua! Gini aja lah ya.. Tapi.. Gua kan janji mau berubah lebih baik supaya Evan makin sayang sama gua, trus gua harus lemah lembut gitu kaya Vika? Hmm.. Gua coba ah..!" Gumam Icha samil mematikan keran wastafel. Namun saat mengeringkan tangannya dengan tisyu rambut Icha seperti behembus. "Eh siapa sih yang niup rambut gua! Perasaan gak ada orang deh. Ah udah ah... Hii serem!" sambung Icha sambil memegang tungku lehernya.
Semua pun duduk di bangku sambil mengobrol dan tertawa bersama. Evan pun melihat Icha saat melewati dirinya dan duduk di bangku.
"Hmmm... wangi apa nih?" tanya Evan.
KAMU SEDANG MEMBACA
JINGGA 4 (BAB 1 S/D BAB 22 END) ✔️
Terrorcerita ini kelanjutan dari Jingga 1,2,3 selamat menikmati