Aroma kopi menyeruak hingga ke seluruh ruangan di kafe itu. Bunyi mesin penggiling kopi dan para pekerja kafe yang saling bercengkrama satu dengan lainnya seakan saling bersahutan. Kafe yang dinding-dindingnya terbuat dari batu bata berwarna orange sangat serasi dengan kursi dan meja-meja kayu yang dipernis mengkilap menjadi ciri khas kafe tersebut. setiap kursinya dihiasi bantal-bantal dengan gambar karakter hewan yang lucu. Dinding-dindingnya dihiasi berbagai macam potret-potret unik yang dibingkai dengan kayu. Salah satu dindingnya terdapat sebuah rak yang bersusun gelas-gelas berwarna putih dengan tulisan unik yang berbeda pada tiap gelasnya. Pada sudut ruang kafe itu terdapat sebuah sofa berwarna merah terang yang menarik perhatian. Sofa tersebut dihiasi beberapa bantal dengan motif yang unik-unik juga.
Iva memilih untuk duduk di salah satu kursi yang langsung menghadap ke arah parkiran dan jalan masuk menuju ke kafe itu, sehingga dia dapat langsung mengamati siapa-siapa saja yang telah datang dan pergi. Mejanya dihiasi taplak meja dengan motif kotak-kotak berwarna biru, di atas meja juga di hiasi tanaman hias kecil berwarna hijau, yang semakin membuat meja tersebut terlihat menarik dalam kesederhanaan.
Iva yang menggunakan kaos lengan pendek bertuliskan I Dare You itu duduk dan bernostalgia. Kafe ini sendiri mempunyai banyak kenangan. Kafe yang sering dia datangi berdua dengan Mama yang dia sayangi itu. Sofa merah di sudut ruangan adalah spot favorit Mamanya. Segera dialihkannya pandangannya ke arah sofa berwarna merah terang yang berada di sudut ruang kafe itu, jika sudah ke sini mereka akan menghabiskan waktu hampir seharian, hanya untuk bertukar cerita.
"Iva!" sebuah suara mengagetkan sekaligus membuyarkan lamunan akan kenangan bersama Mamanya dulu. Sontak Iva bangun dari tempatnya duduk, tepat di hadapannya berdiri dengan tegap seorang pria, dengan kulit sawo matang dan lesung pipi yang muncul karena sedang tersenyum kepada Iva. Dalam ingatannya Iva yakin, dia tak pernah bertemu pria yang lebih tinggi darinya ini.
"Lama tidak berjumpa, Iva" Lanjut pria yang logatnya sedikit kaku itu. Aneh sungguh aneh, karena Iva yakin pria yang berdiri berhadapan dengannya ini tidak dikenalnya.
"Apa kita pernah saling kenal sebelumnya?" tanya Iva penasaran.
Pria itu tampak sedikit terkejut dengan pertanyaan Iva, namun kemudian dia tersenyum, sekali lagi memperlihatkan lesung pipinya.
"Duduk?" kata pria itu.
"Oh, Maaf ... Indra" Pria itu mengulurkan tangannya ke arah Iva. Iva menyambutnya.
"Iva" jawabnya.
Mereka berdua pun duduk dengan canggung. Iva memperhatikan Indra dari atas hingga ke bawah. Pria berkulit sawo matang itu menggunakan kemeja lengan panjang berwarna biru tua dengan celana kain formal. Alis matanya tebal hitam dengan hidung mancung membuat wajahnya masuk dalam kategori pria yang memiliki wajah tampan.
"Kalau melihatnya seperti itu, aku bisa ge er, Va!" canda pria itu sambil berdehem pelan. Seorang pelayan mengantarkan minuman yang dipesan Indra tadi. Pelayan kafe yang ramah itu meletakkan cangkir kopi tepat didepan Indra dan mempersilahkannya menikmati sajian tersebut.
Indra menghirup aroma kopi dari cangkir yang dia pegang dan mencicipinya. Kemudian diletakkannya lagi cangkirnya dan menatap lurus kepada Iva yang sudah selesai dengan proses scan wajah pria yang baru ditemuinya itu.
"Kita pernah bertemu dulu saat kamu dan Tante Asri masih tinggal di Riau,"
"Tante Asri adalah mantan istri dari saudara angkat Ibuku" lanjutnya.
"Hah?" Iva tampak kebingungan.
"Hmmm ... gini, jadi Papa kamu punya adik angkat yaitu Ibuku. Sebelum kejadian Tante Asri dan Papamu bercerai, kami sudah pindah lebih dulu ke Riau.
Iva diam mendengarkan secara seksama.
"Lalu tidak lama terdengar kabar Mama dan Papamu berpisah, saat itu Mamamu ingin memulai hari baru berdua denganmu saja dan pindah lah kalian berdua ke Riau saat itu. Sudah jelas sampai di sini?" tanya Indra sambil memperhatikan wajah wanita di depannya itu. Wajah sayu dengan bibir kecil yang dipoles lipstick berwarna merah gelap kontras dengan kulitnya yang putih.
Iva mengangguk tanda mengerti.
"Lalu, bagaimana akhirnya kamu bisa ikut ke dalam teka teki yang membingungkan ini?" tanyanya kemudian.
"Hmm ... waktu Papamu, yang juga Paman angkat ku itu meninggal, aku dan Ibu berencana pulang ke Yogya. Saat hendak berangkat Tante Asri datang ke rumah kami, dia berbicara berdua saja denganku menceritakan kekhawatiran Papamu sebelum kecelakaan itu terjadi. Terus terang, mendengar ceritanya membuatku penasaran dan curiga juga. Dalam ingatanku Paman bukanlah orang yang suka menduga-duga hal yang belum jelas. Sudah pasti ada sesuatu hingga beliau memperingatkan Tante seperti itu."
"Dari sanalah, pencarian ku dimulai atas permintaan Mamamu dan rasa penasaran ku juga. Lagi pula Paman sudah seperti Ayah untukku. Beliau adalah orang yang sangat berjasa di kehidupan ku."
#
Pria berkulit sawo matang itu terlihat sedikit tegang. Mondar-mandir mencoba untuk menghubungi seseorang dengan ponsel di tangan kirinya. Berkali-kali mencoba menghubungi namun, tidak ada jawaban. Sesekali dia menghela nafas untuk melepas tegangnya
"Indra!" seru seseorang yang berlari mendekati Indra.
"Gimana Bay, bisa kita lihat rekaman cctvnya?" buru-buru Indra bertanya kepada pria itu yang terlihat sedikit kehabisan nafas akibat berlari.
"Bisa," katanya sedikit terengah-engah.
"Tapi rekamannya gak pas gitu, jadi kita gak bisa dapat gambaran utuh saat kejadian. Kita hanya bisa melihat dari sisi sebelum kecelakaan terjadi " sahut Bayu.
"Oke, kita lihat aja dulu.." Indra dan Bayu kemudian masuk ke ruangan yang penuh dengan layar monitor dan berjalan menuju ke arah pria berkaca mata yang duduk di pojok ruang tersebut.
"Bisa kita mulai?" tanya pria berkacamata itu kepada Bayu dan Indra.
Mereka pun memutar sebuah video CCTV yang merekam saat kecelakaan yang menimpa Paman Indra itu terjadi.
Ponsel Indra berdering tepat setelah dia selesai melihat rekaman cctv itu.
"Tante ... " sahut Indra mengangkat telpon.
"In, gedung olahraga Iva terbakar!"
"Hah!! Iva gak kenapa-kenapa kan Tante?" tanya Indra cemas.
"Enggak, syukurlah kegiatan mereka outdoor hari ini" suaranya sedikit bergetar.
"Tante" kata Indra terpotong.
"Sebaiknya kita mengindahkan pesan Paman, untuk kebaikan Tante dan Iva. Aku rasa ... kematian Paman gak wajar, Tan. Ini bukan murni kecelakaan, walau tidak terlihat jelas, tapi Paman ditabrak dengan sengaja."
"Maksud kamu gimana, In?" Tanya Mama Asri sedikit mulai terisak.
"Indra baru aja melihat rekaman cctv saat kecelakaan Paman terjadi!"
"Ini disengaja Tan, kecelakaan ini disengaja. Ada empat mobil yang melaju bersamaan saat itu, salah satunya mobil Paman. Tiga mobil yang lain terlihat begitu nyata tengah menggiring mobil Paman ke jalan yang tidak terekam cctv. Tepat di saat itu kecelakaan terjadi. Indra sudah pastikan waktunya. Sesuai dengan catatan dari kepolisian" jelas Indra kepada Mama Asri.
"Ya Tuhan" seru Mama Asri tegang.
"Sebenarnya ada apa sih ini? Tante benar-benar gak paham sama semua rangkaian kejadian ini! Tante atau Pamanmu ini gak pernah punya musuh." Suara Mama Asri sudah tercekat, dia menahan tangis dalam kebingungannya.
"Aku juga gak paham, Tan"
"Tante tenang dulu ya, kalau panik begini kita gak akan dapat jawaban apa-apa." Indra berusaha menenangkan wanita yang terdengar tengah emosi itu. Mama Asri panik, terang saja karena ini semua sudah menyangkut masalah nyawa seseorang.
"In, karena kamu sudah di Yogya," Mama Asri berupaya mengontrol emosinya.
"Carilah informasi tentang orangtua kandung Iva, Tante merasa semua ini saling berkaitan. Tragedi ini harus dicari samapai ke akarnya, Tante harus memastikan Iva aman. Indra kamu satu-satunya yang bisa bantu Tante, jadi Tante mohon sama kamu!" pinta Mama Asri kepada Indra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Scouring The Past (TAMAT - REVISI)
Mystery / ThrillerAdalah Iva Rahma seorang wanita karir yang selalu menghadapi teror aneh di sepanjang hidupnya. Terlebih setelah perceraian orangtuanya terjadi. Teror yang tidak dia sangka adalah kematian sang ibu. Kematian akibat sebuah racun yang sengaja dimasukan...