Suara besi yang diseret secara sengaja oleh pembawanya membuat gema yang tidak menyenangkan di ruangan gelap minim cahaya itu. Pria dengan senyum angkuh di wajahnya berjalan perlahan mendekat kepada lelaki yang tengah terbaring pada lantai dingin ruangan itu. Tubuhnya telah dipenuhi darah. Dia, lelaki itu terkulai lemah tak lagi bertenaga. Pandangan mata menjadi sayu dan kabur tertutup darah yang mengalir dari kepalanya.
"Iva ...." Lirih nya pelan.
"LIHAT ... Pemuda ini sudah akan mati dengan beberapa pukulan dari ku, dan DIA MASIH mengkhawatirkan GADIS itu?" gelak tawanya menggema menyakitkan telinga. Pria dengan tongkat besi di tangannya itu duduk berjongkok menarik kepala Awan ke atas untuk melihat wajahnya yang sudah babak belur dan tertutup darah.
"Kali ini aku akan pastikan kau mati di tanganku, tidak seperti tempo hari. Brengsek!" kemudian dia berdiri.
Iva tersadar dari pingsannya, dia terbaring tak jauh dari Awan. Kesadarannya perlahan membawanya kembali pada kenyataan. Memberitahu di mana dia saat itu ketika sadar sepenuhnya.
"BRENGSEEEKKK!!!! JAUHII AWAN!!! JAUHII AWAANN!!" Iva berteriak histeris ketika sadar sepenuhnya. Pria yang bersiap melayangkan tongkat besi seukuran tangan manusia itu kepada Awan yang terkulai lemah di depannya tertawa menikmati rasa takut dan marah yang terlontar dari setiap teriakan gadis yang terbaring terikat tak jauh darinya itu.
Tongkat besi itu tepat mengenai perut bagian atas Awan membuatnya memuntahkan cairan kental amis berwarna merah dari mulutnya.
"ARRRGGGGHHHH... BAJINGAN..... AWAANNN! AWAANNN!" Iva berteriak makin histeris menyaksikan Awan sedang meregang nyawa. Tangisnya membuncah, suaranya kian serak tersedu dan marah. Seperti orang gila yang kehilangan kewarasan Iva terus berteriak memanggil Awan yang kini tidak bergerak sama sekali dan tidak mampu merespon panggilannya.
Tepat ketika hantaman kedua akan dilayangkan pada kepala Awan seoarang pria lebih muda berpakaian serba hitam masuk, "Bos, kita ada masalah di luar!" ucapnya singkat. Kemudian tongkat besi dihempaskan begitu saja ke lantai dan dia pergi mengikuti pria yang lebih muda tadi keluar ruangan.
Dengan sisa tenaga dan tekat, Iva mendorong tubuhnya maju ke depan. Kaki terikat, tangannya pun terikat ke belakang. Pelan dia mendorong tubuhnya sedikit demi sedikit mendekati Awan yang tidak bergerak itu. Sambil terisak dia tetap meneriakkan nama Awan.
"Awan, please jangan buat aku takut.. bangun, Wan!" ucapnya terisak. Akhirnya dia sampai pada tubuh Awan yang dipenuhi luka dan darah. Lantai tempatnya terbaring pun sudah dibasahi oleh darahnya. Berapa banyak darah yang dia keluarkan dari tubunya itu.
Iva mengantukkan kepalanya dengan pelan ke kepala Awan dengan hati-hati takut mengenai luka yang kini tak bisa dia lihat lagi di mana.
"Awan ... " dia mengantukkan lagi.
"Iva ... Kamu ... terluka .." Iva terkesiap ketika tiba-tiba panggilannya yang entah ke berapa kali itu direspon oleh pria itu. Iva kembali tersedu-sedu bersyukur pria telah siuman.
"Jadi kita udah baikan?" ucap Awan sangat pelan dan lemah.
"Bodoh!" isak Iva. Masih dalam suka cita yang terlalu dini Iva dikejutkan dengan bunyi pintu yang terseret terbuka.
"INDRA!" teriaknya.
"Astaga Awan ... Iva, kalian baik-baik saja!" dengan cepat Indra berlari mendekati Iva dan Awan serta membuka tali yang sedari tadi menjerat tangan dan kaki gadis itu.
"Tolong aku memapah Awan, si brengsek itu memukul kakinya dan dia mengeluarkan banyak darah. Dia harus segera dibawa ke rumah sakit, In!" ucapnya cepat. Seketika tangisnya berhenti dia sadar dia harus kuat kembali, ada nyawa yang harus dia selamatkan kini. Awan harus selamat dengan apa pun resiko yang akan dia terima nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Scouring The Past (TAMAT - REVISI)
Mystery / ThrillerAdalah Iva Rahma seorang wanita karir yang selalu menghadapi teror aneh di sepanjang hidupnya. Terlebih setelah perceraian orangtuanya terjadi. Teror yang tidak dia sangka adalah kematian sang ibu. Kematian akibat sebuah racun yang sengaja dimasukan...