29 | Father

394 36 5
                                    

Sinar matahari pagi masuk menyeruak ke dalam ruang tengah apartemen. Iva duduk sambil memperhatikan handphone di tangan kirinya. Akhirnya dia mengalah dan mencoba menghubungi Awan akan tetapi, nomor telpon pria itu tidak aktif atau tidak dapat dihubungi. Dia semakin khawatir, sejelek-jeleknya hubungan mereka Iva sadar, perasaan Awan padanya sangat tulus terlepas dari status mereka sebagai kakak adik yang baru mereka ketahui itu. Tidak mungkin Awan tidak menghubunginya, dia terlalu keras kepala untuk itu.

"Kita harus pindah apartemen hari ini!" ucap Bayu yang sedari tadi berdiri di dapur sambil mengaduk secangkir kopi.

"Kenapa?" tanya Iva polos.

"Sanjaya itu bukan pria biasa Iva, dia salah satu tersangka dugaan pengedaran obat terlarang dan penjualan manusia. Belum lagi kasus suap yang melibatkan pejabat pemerintah." Jelas Bayu kepada Iva yang memperhatikannya dengan seksama. Iva hanya mengangguk setuju, pikirannya terpecah belah antara kehidupannya dan keadaan Awan.

Terdengar suara pintu di ketuk dari luar, Indra keluar dari kamar mandi dan meraih senjata api  begitu pula dengan Bayu. Indra memberi kode agar Iva berdiri di belakangnya. Gadis itu mengikuti perintah. Mereka bersiaga setelah Iva kabur dari rumah kakeknya itu. Saat pintu dibuka seorang pria berbadan tegap dan besar berdiri di depan pintu bersama dua orang lainnya yang berdiri di belakang pria itu.

"Siapa?" tanya Indra.

"Lemana, Lemana Singgih!" jawabnya tenang. Iva mundur ke belakang ketika nama itu diucapkan. Dia tertegun tidak menyangka pria itu akan datang sendiri kepadanya. Indra dan Bayu yang terlalu waspada tiba-tiba mengarahkan pistol ke arah Lemana yang membuat kedua pria yang ada di belakangnya juga bereaksi sama. Lemana menghela napas dan memberi aba-aba untuk menurunkan senjata mereka.

"Tidak akan ada baku tembak di sini anak-anak. Iva kita perlu bicara!" ucap Lemana seraya menatap mata putrinya yang bergetar. Wajah Iva menegang, tidak seperti saat bertemu sang Kakek, pertemuan dengan Ayah kandungnya ini terasa lebih menegangkan. Ada rasa takut yang menyeruak keluar, bukan takut yang menyeramkan mungkin rasa segan pada pria yang baru pertama kali dia temui itu.

Lemana duduk, sikapnya yang tenang dan bersahaja itu semakin membuat Indra dan Bayu  meningkatkan kewaspadaan mereka.

"Apa Awan ada menghubungimu dua hari terakhir ini?" tanya Lemana santai.

"HAH!" respon Iva.

"Dari reaksimu maka jawabannya tidak ada," Lemana diam sejenak.

"Awan diculik, kurasa." ucapnya masih dengan nada yang biasa.

"DICULIK!" Iva berdiri tiba-tiba membuat Indra dan Bayu terkejut serta dua orang anak buah Lemana ikut terkejut.

"Duduklah!" perintah Lemana dan entah kenapa gadis itu menurutinya.

"Dia kemari untuk memberi penjelasan padamu tapi sepertinya tidak berjalan dengn baik. Setelah itu Awan dan Amandanu tidak memberi kabar. Untuk Awan, hal itu sudah sering dia lakukan. Namun, bagi Amandanu jika tidak ada kabar darinya selama 24 jam sesuatu yang buruk sudah terjadi. Tadi malam, seseorang mengirimkan tubuh Amandanu yang tidak lagi bernyawa," jelas Lemana dan memberikan foto tubuh Amandanu yang sudah tak bernyawa kepada Bayu yang duduk di sebelahnya. Iva terdiam dan kaget, dia menutup mulutnya sendiri. Matanya mulai berkaca-kaca dan menyalahkan diri jika waktu itu dia tidak mengusir Awan mungkin ceritanya akan berbeda.

"Kenapa tidak lapor polisi?" tanya Bayu kemudian.

"Sudah tentu saja. Sedang ditangani. Kau harus memilih pihak berwajib yang bersih, karena kau sedang berhubungan dengan seseorang yang dilindungi oleh hukum," jelas Lemana.

"Maksudmu Kakekku?" tanya Iva, Lemana memandangnya tajam dan tersenyum sinis.

"Kakek? Artinya kau sudah bertemu dengan Sanjaya?" Lemana bertanya balik.

Scouring The Past (TAMAT - REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang