Ringtone dari handphone Awan berdering nyaring menggema di seluruh ruang apartemen. Awan dengan cepat berlari menuju suara yang berasal dekat dengan televisi. Dilihatnya nama yang tertera dilayar handphone sebelum akhirnya dijawab oleh Awan.
"Halo!"
"Mana Iva? aku telpon beberapa kali tapi nggak diangkat!" sahut suara yang merupakan Indra. Awan berjalan menuju kamar Iva dan membuka pintu kamar terdengar suaranya yang sedang bersenandung dari dalam kamar mandi.
"Lagi mandi! Apa apa?" jawab Awan sekenanya, Awan dan Indra tidak bisa akur satu sama lain.
"Oh, aku dapat informasi seseorang yang mungkin bisa kasih tau tentang kondisi keluarga Adiraksa. Dia pernah bekerja selama beberapa bulan dulu saat Ibu kandung Iva masih muda. Namanya Bapak Danang, alamatnya nanti aku kirim via Whatsapp. Oke!" ucap Indra tanpa mau berbasa basi.
"Oke!" sahut Awan singkat.
"Satu hal berhati-hatilah dengan pria yang bernama Bramantyo, jika bertemu dengannya sebaiknya lari dan cari perlindungan!" Kemudian sambungan telpon pun terputus.
Pria yang kini mengenakan kaos polos berwarna hitam seperti kebanyakan warna baju yang dia punya itu duduk dengan nyaman di sofa sambil membaca pesan yang dikirim oleh Indra. Sebuah nama dan alamat serta no telpon pria bernama Danang yang katanya merupakan salah satu pekerja di keluarga Adiraksa 30 tahun yang lalu. Pria yang mungkin saja dapat memberikan informasi lebih mengenai keluarga Iva.
Iva keluar dari kamar dengan rambut yang masih basah, menggunakan kemeja berwarna hijau botol yang sangat longgar dan celana berwarna hitam yang koyak di bagian lututnya.
"Baca apa?" tanya Iva sambil merapikan baju yang dia guanakan. Awan melihat ke arah Iva berdiri.
"Cantik amat?" ucapnya membuat Iva langsung melihat ke arah Awan dengan tatapan melongo yang sempurna kemudian menggelengkan kepala dan pergi menuju dapur dan meminum segelas air.
"Pergi sekarang? Sebelum kamu semakin melontarkan kalimat-kalimat gila lainnya!" ajak Iva, kemudian Pria itu bangkit dari duduknya sembari tersenyum dan mengunci pintu apartemennya saat mereka sudah di luar. Awan menyenggol lengan Iva dengan sengaja membuat gadis itu memukul pundaknya.
Setelah menempuh perjalanan jauh menggunakansepeda motor mereka tiba di sebuah rumah dengan cat berwarna cokelat muda di bagian pagarnya. Besi pada pagarnya berwarna putih. Rumah yang tidak terlalu besar atau kecil itu berdempetan dengan rumah di sebelahnya. Bagian depan ada kanopi yang menjorok menutup sebagian halaman sehingga tedu jauh dari sentuhan matahari.
"Permisi!" teriak Awan mencoba memanggil penghuni rumah tersebut. Keluar seorang wanita yang kira-kira berumur 40 tahunan ke atas.
"Siapa?" tanya wanita tersebut dari balik pintu.
"Cari Pak Danang, Bu. Bapak nya ada?" tanya Awan kembali dari luar pagar. Wanita yang menggunakan daster batik panjang keluar dari rumahnya menghampiri Awan di depan pagar.
"Bapak lagi ke pos yang ada di ujung jalan sini, Mas. Kalau mau samperin aja si bapaknya!" jawab Ibu itu sambil menunjukan arah.
"Dari sini lurus aja ya Bu? Mentok di pojok?" tanya Awan memastikan.
"Iya, Mas"
"Terima Kasih banyak, Bu!" Awan dan Iva pamit dan menaiki sepeda motor mereka dan melaju meninggalkan rumah tersebut.
"Ngomong-ngomong, kenapa hari ini kita pakai sepeda motor?" teriak Iva dari kursi penumpang di belakang.
"Kalau naik motor gini, aku bisa dipeluk seharian sama kamu, Va," jawab Awan di sambut pukulan di pundaknya. Terdengar suara tawanya yang renyah. Dari dalam hatinya Iva merasa lega Awan sudah kembali seperti semula, sebelum sempat menjadi pemurung.
Mereka melaju lurus hingga sampai pada ujung jalan, di mana terdapat sebuah pondok yang disebut pos yang terbuat dari kayu yang di cat berwarna warni oleh penduduk. Sepertinya tempat warga sekitar berkumpul untuk bercengkrama satu dengan lainnya. Seorang pria yang sudah tidak muda lagi duduk sambil menghisap tembakau di tangan kanannya. Pria tua itu menatap langit sampai akhirnya mengalihkan pandangan kepada Iva dan Awan yang menghentikan sepeda motor mereka di depan pos tersebut. Awan membuka helm dan menghampiri sang Bapak.
"Pak Danang?" tanyanya ramah.
"Iya, anak ini siapa?" jawabnya.
"Perkenalkan pak saya Awan dan wanita ini Iva. Tadi saya mampir ke rumah bapak tapi Ibu bilang bapak ada di sini, jadi saya langsung samperin Bapak ke sini," ucap Awan yang duduk di samping si Bapak diikuti Iva yang duduk di sebelahnya.
"Lalu ada keperluan apa, Nak?" tanya Bapak dengan ramah.
"Begini Pak, kami ingin bertanya tentang ... hmm keluarga Adiraksa," ucap Awan sedikit gugup dan ragu. Pria itu melihat Awan dengan tatapan penuh tanya.
"Adiraksa? Mungkin sekarang sudah 30 tahun berlalu sejak hari saya meninggalkan kediaman keluarga itu. Setelah Nona Mala meninggal dalam kecelakaan pesawat.
"Kecelakaan pesawat?" Iva terlihat terkejut mendengar pernyataan bapak tua itu.
"Saya dengar Ibu Keumala pindah ke Selandia Baru demi pengobatannya, benar Pak? Tanya Awan sambil menenangkan Iva yang duduk di sampingnya.
"Ya, benar setelah Bayinya dibawa pergi dan suaminya meninggal. Tuan Sanjaya memutuskan untuk mengirim Nona Mala ke luar negeri, tapi sayang pesawat yang dia tumpangi itu mengalami kecelakaan dan seluruh penumpang dinyatakan meninggal dan tidak ada satu pun yang selamat termasuk Nona Mala. Hal itu merupakan pukulan berat bagi Tuan dan merupakan titik perubahan sikapnya yang membuat beberapa karyawannya memutuskan untuk pergi meninggalkan keluarga itu," ucap si Bapak sambil menghisap kembali tembakaunya dan membuangnya ke tanah.
"Perubahan sikap?" tanya Awan lagi.
"Ya, Tuan menjadi lebih tertutup dan dingin. Saya dulu bekerja di sana diajak oleh Mbak Asih tapi sejak Mbak Asih mengilang bersama setelah kecelakaan itu terjadi, saya pun memutuskan untuk berhenti bekerja di sana."
"Ada desas desus yang beredar tidak lama setelah kematian Nona Mala yaitu, suami Nona Mala ternayata masih hidup. Pria yang terbakar bersama kendaraannya malam itu ternyata bukanlah dia. Isu lain yang beredar adalah Eman sendiri yang membawa putrinya kabur malam itu saat tau Tuan Sanjaya akan datang menemui mereka. Selentingan kabar mengatakan dia menginginkan uang Tuan Sanjaya. Tapi bagi kami yang mengenalnya, Eman bukan pria seperti itu, dia hanya pria kaku yang jatuh cinta pada Nona Mala. Tidak ada yang tau kenyataannya,"ucap Danang sambil memperhatikan Awan dan Iva.
"Kalian ini siapa? Bapak hanya tau sedikit karena hanya bekerja sebentar di sana. Dan lagi Mbak ini mirip sekali dengan Nona Mala," perkataan sang Bapak membuat Awan dan Iva terkesiap saling berpandangan.
"Satu lagi pak, apakah Bapak kenal dengan pria bernama Bramantyo?" tanya Awan kemudian.
"Bramantyo? Sepertinya saya tidak kenal Mas," jawabnya. Awan dan Iva lantas pamit dan berterima kasih kepada si Bapak.
Dalam perjalanan pulang keduanya diam seribu bahasa dengan pikirannya masing-masing. Terngiang ucapan pak Danang tadi soal kematian Ibu kandungnya. Semua yang dia dapat pada akhirnya kembali menjadi potongan misteri lainnya.
"Kita mampir makan dulu sebelum pulang ya," teriak Awan tiba-tiba.
"Nggak, aku malas makan!" balas Iva.
"Seberat apapun masalah kamu, makan itu penting, Va!" ucap Awan lagi. Kembali dia merasakan cubitan di pinggang sebelah kiri yang membuatnya berteriak kesakitan dan mereka berdua tertawa.
Mereka berdua mampir di sebuah pasar malam. Awan memarkir motornya dan berjalan bersama Iva masuk ke dalam pasar yang cukup ramai dikunjungi warga setempat atau wisatawan. Tempat berbelanja atau makan yang menjadi salah satu pilihan warga sekitar dan wisatawan yang datang ke kota itu. Mereka memutuskan untuk makan di salah satu tempat makan seafood di sana.
Inilah yang mungkin Iva syukuri dari segala kejadian yang menimpanya, kehadiran pria itu di sisinya hingga saat ini benar-benar obat yang mampu mengusir gundah dan rasa takut yang selalu hadir di kehidupannya kini.
![](https://img.wattpad.com/cover/201882707-288-k338300.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Scouring The Past (TAMAT - REVISI)
Mystery / ThrillerAdalah Iva Rahma seorang wanita karir yang selalu menghadapi teror aneh di sepanjang hidupnya. Terlebih setelah perceraian orangtuanya terjadi. Teror yang tidak dia sangka adalah kematian sang ibu. Kematian akibat sebuah racun yang sengaja dimasukan...