34. Ace's confession

499 46 5
                                    

Sarapan pagi itu akhirnya selesai. Saat ini Alice sedang berada di ruangan Chopper. Setelah Chopper meneteskan obat tetes mata pada Alice, barulah Chopper berbicara.

"Sebelum kau pergi jam setengah tiga nanti, pastikan kau datang lagi menemuiku ya. Aku akan memberikan obat ini lagi supaya matamu tidak perih dan memerah akibat iritasi"

"Hn" sahut Alice dan melangkah keluar ruangan

"Sudah selesai, kan? Nah, ayo kita pergi A... A-A... A-agghhh ..." ucap Ace yang malah kesal dengan perkataannya sendiri

Ace sendari tadi menunggu Alice di luar ruangan Chopper dan pada saat pintu terbuka, segera saja dia menghampiri Alice.

"Ayo ..." ajak Ace yang langsung menyambar tangan Alice dan membawanya ke arah garasi

Dengan mobil sport warna hitam milik Ace, mereka berdua pun pergi ke suatu tempat. Di bawah pohon rindang yang berada di halaman mansion tersebut, dari kejauhan, dua orang pemuda menatap lekat ke arah mobil yang membawa sang pujaan hati.

"Ahh~ aku juga ingin bersamanya. Apa boleh buat, Ace lebih dulu menangkap nya" keluh Sabo

"Kalian bertiga bicara apa saat sarapan tadi? Sepertinya seru"

"Kami hanya membicarakan tentang bagaimana caranya agar bisa tidur nyenyak di malam hari. Katanya, dia tidak bisa tidur semalam. Karena itulah kondisi matanya jadi sedikit memerah dan ada lingkaran hitam di sekitarnya. Tapi Chopper sudah menanganinya jadi tak perlu khawatir ..."

"............"

"... Mungkin karena efek perayaan ulang tahunmu kemarin, makanya dia tidak bisa tidur nyenyak malamnya"

"Hn"

Selagi kedua pemuda itu bercakap-cakap, seorang pria tua yang telah berumur, tengah mengawasi dari ruangannya. Berdiri di dekat jendela dan memantau tindak-tanduk cucu-cucu kesayangannya yang tak terlewat-kan sedetik saja dari matanya itu.

"Mereka bertiga sudah terpikat olehnya. Sudah ku duga, hal ini bisa jadi masalah untukku. Jika aku melarang mereka untuk dekat-dekat dengannya, mereka bertiga pasti malah akan melawanku. Agghhh, ini masalah. Benar-benar masalah. Kau sungguh mengerikan ya, bocah kecebong ..."

***

Angin terus menerpa rambut lurus Alice yang panjang selagi kaca jendela mobil Ace setengah terbuka. Sengaja di biarkannya terbuka seperti itu karena Ace ingin Alice menikmati pemandangan di sepanjang jalan yang di lewati mereka. Perjalanan ini membutuhkan waktu dua setengah jam lebih yang membawa mereka ke daerah pantai. Di perantara daratan dan lautan itu, akhirnya sampailah mereka di sana.

Cuaca tidak begitu panas karena banyak awan-awan yang berkumpul sehingga menutupi cahaya sang raja siang hari. Di tempat itu, terdapat sebuah villa megah, satu-satunya bangunan mewah yang tampak oleh mata. Bangunan tersebut berlokasi di atas bukit, dekat area pantai. Di sanalah Ace dan Alice berada sebelum mereka berdua turun dan menghabiskan waktu mereka di bibir pantai ini.

"Bagaimana? Apa kau suka tempat ini? Meski aku jarang kemari, tapi tempat ini penuh kenangan antara aku, Sabo dan Luffy"

"Hn"

"Hahaha, seperti biasa. Reaksimu selalu datar ya, A... A-A... A-ahh~ ayo segera kita ke sana. Kita lomba siapa yang lebih duluan ke pantai, maka dia yang menjadi pemenangnya sedangkan yang terakhir, dia akan di kubur hidup-hidup di dalam pasir. Hahaha. Kita mulai. Satu... Dua... Tiga ..."

Dan... Yang di kubur dalam pasir adalah... Ace. Inilah akibatnya jika berlomba dengan Alice, apalagi lomba dalam hal kecepatan. Mau tak mau Ace menelan perkataannya sendiri. Dia yang sesumbar dan dia juga yang termakan ucapannya sendiri. Alice sedikit tertawa geli karena hal ini.

Frozen Dream (One Piece X OC)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang