Emilie masih berdiri di tempatnya dengan tubuh gelisah dan ngilu luar biasa di kewanitaannya. Matanya menggelap ketika menatap Xavier. Sedangkan Xavier sendiri seolah menikmati ekspresi tersiksa dari Emilie.
Xavier mendudukkan tubuhnya di tepi kasur. Kakinya menyilang, sedangkan tatapannya tak lepas menatap Emilie. "Apa mungkin kau kegerahan karena lelah? Kau bisa menggunakan kamar mandi jika kau ingin menyegarkan tubuhmu." Katanya tenang.
Sungguh, saat ini jantung Emilie berpacu lebih cepat daripada biasanya. Dia menelan ludah, membiarkan pernapasannya memburu kala ia berjalan dengan menahan nyeri menuju pintu satu-satunya yang ada di dalam kamar ini. Dan sial, kenapa tempat ini sangat luas? Emilie jadi lama untuk menuju ke pintu yang ada di sana. Sampai di dalam, Emilie tanpa sengaja membanting pintunya. Emilie segera meremas wastafel yang ada di sana. Bibir bawahnya ia gigit dengan kuat saat merasakan ngilu luar biasa di tubuh bagian bawahnya.
"Ahm..." Desah Emilie tanpa sadar, dan langsung menutup mulutnya dengan sebelah tangan. Napas Emilie makin memburu. Emilie tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya. Emilie tidak tahu bagaimana cara lepas dari rasa sakit ini. Mengapa semuanya sangat tiba-tiba? Apakah Emilie sebenarnya memiliki penyakit yang tidak ia ketahui sebelumnya? "Akh..."
Tok! Tok! Tok!
"Emilie? Ada apa?" Suara Xavier di luar sana entah mengapa membuat Emilie makin panas dingin. Serak, berat, dan seksi. Membuat Emilie semakin..., bergairah.
"Ahng..." Emilie kembali mendesah tanpa sadar. Ia mencengkram pinggiran wastafel dengan makin kuat. Napasnya memburu dengan berat.
"Emilie? Aku boleh membuka pintunya?"
Emilie melotot panik. Matanya menatap pantulan dirinya yang ada di cermin. Sangat kacau dan seolah mendambakan sentuhan Xavier. Tidak mungkin ia harus menampakkan wajah penuh nafsu itu pada Xavier. "Jangan!"
Ceklek!
Terlambat. Xavier sudah membuka pintunya. Dan Emilie tidak tahu bagaimana raut wajahnya sekarang di mata Xavier. Emilie menggigit bibir bawahnya kuat, menahan diri untuk mengeluarkan suara menjijikkan itu lagi. Apalagi tubuh bagian atas Xavier yang tidak tertutup apapun.
Namun wajah tenang Xavier membuat Emilie sedikit tenang. Namun ketenangan Emilie tidak bertahan lama karena Xavier malah melipat tangan di depan dada, memamerkan ototnya yang semakin keras terlihat. "Kau baik-baik saja? Aku mendengarmu merintih, tadi." Katanya santai.
Emilie masih bergerak gelisah di tempatnya. Dia berdeham. "Uh ya, aku baik," jawabnya, namun Xavier sepertinya tidak suka dengan jawabannya karena pria itu malah diam dengan tatapannya yang menuntut kejujuran. Emilie kembali menelan salivanya dengan kuat. "Um..., sebenarnya, aku tidak tahu kenapa. Ta-pi, ada yang tidak beres dengan tubuhku. Aku merasa panas dan..., dan..."
"Bergairah?" Potong Xavier, membuat jantung Emilie loncat di tempatnya.
Emilie kembali menelan ludahnya dengan susah payah. "Ap-apakah terlihat jelas?"
Xavier hanya menatap mata Emilie lurus-lurus. "Kau ingin tahu bagaimana cara mengobatinya?"
Emilie berkedip dengan susah payah. Apakah aku sakit? Adalah pertanyaan yang ingin Emilie tanyakan pada Xavier. Namun Emilie hanya menjilat bibir bawahnya dengan gugup dan balas menatap manik mata indah milik Xavier. "Bagaimana caranya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh My Xavier
RomanceSELURUH KARYA MADE IN EARTH DILINDUNGI OLEH PROFESIONAL HUKUM PURE PUBLISHING!! PLAGIAT AKAN DIKENAKAN DENDA MINIMAL 500 JUTA DAN PENJARA MINIMAL 2 TAHUN [Konten dewasa 21+] Emilie tidak menyangka bahwa kedatangannya ke LA akan membawa malapetaka ba...