Oh My Xavier 11 : Xavier Monster

44.7K 2.5K 321
                                    

Warn! Ada kekerasan yang sangat keras di sini.

Xavier terdiam, menatap dokumen yang sudah selesai dibacanya beberapa detik yang lalu. Zander setia berdiri di sampingnya sedangkan Xavier duduk di sofa ruang rawat Emilie. Mata Xavier menatap lurus pada tubuh Emilie yang tertidur di atas kasur ketika Xavier menyuruh perawat memberikan obat penenang pada Emilie yang tidak berhenti menangis histeris.

"Jam berapa waktu kematiannya?" Tanya Xavier, mulai bersuara setelah beberapa lama hanya ada hening.

"Tepat pukul 14.15, dan tidak bangun lagi hingga sekarang."

Xavier mengangguk dan menghela napas panjang. "Anak itu..., dia memiliki kanker parah, menjalani kemoterapi yang hanya dapat sedikit memperpanjang hidupnya. Keluarganya miskin, dan harus banting tulang untuk membiayai pengobatan anaknya. Ken adalah beban. Menurutku, beban sepertinya memang pantas mati. Lebih bagus mati sekarang daripada lebih lama lagi menderita akibat kankernya."

"Anda benar, Tuan."

Xavier terdiam lagi. Dia menyenderkan punggungnya ke kursi, menatap Emilie yang bahkan masih menangis dalam tidurnya. "Tapi..., Wanitaku ini, dia takkan berpikir seperti itu kan?"

"Ya, Tuan."

Raut wajah Xavier berubah dingin, matanya menajam seketika. "Kalau begitu, biar aku yang menghukumnya," ucapnya dingin. "Cari tahu orang yang menabrak Ken. Kau harus membawanya sebelum orang itu dibawa ke pengadilan. Dia harus tahu apa ganjaran yang akan diterimanya jika membuat wanitaku menangis."

"Akan saya lakukan segera, Tuan."

Xavier berdiri dari duduknya. Matanya masih menatap Emilie. "Dan urus kepulangan Emilie segera. Bukan tidak mungkin untuk Emilie bisa bertemu orang baru lagi dan bukan tidak mungkin juga orang yang nanti ditemui Emilie takkan mati dan membuat Emilie menangis lagi nantinya."

"Baik, Tuan."

Xavier berjalan keluar ruangan, diikuti oleh Zander yang berjalan di belakangnya.

***

Mata pria itu mengerjap perlahan, dan yang paling pertama menyerbu penglihatannya adalah cahaya lampu yang menyilaukan. Namun satu yang disadari pria itu. Tubuhnya terikat sempurna dan dari ujung kepala hingga ujung kaki, pria itu tidak dapat menggerakkan tubuhnya.

"Apa aku lumpuh?"

"Cacat, tepatnya. Sebentar lagi."

Suara itu datang bersamaan dengan bayangan yang membelakangi lampu di hadapan pria yang terikat itu. "K-kau siapa?! Kenapa aku bisa ada di sini?! Kenapa aku bisa berada di sini?! Aku di mana?! Kenapa aku tidak bisa bergerak."

Xavier yang merupakan pengeksekusi itu mendengus. "Kau bawel sekali. Aku ingin sekali segera mengambil tenggorokanmu."

"A-apa?!"

Xavier menghela napas panjang, dan menjauh dari pria itu. "Tapi aku tidak akan melakukannya sekarang."

"A-apa maksudmu?!! Kenapa aku tidak bisa bergerak?! Jawab aku!!"

Xavier mengabaikan. Dia mengambil sebuah palu yang disiapkan di atas meja. "Sebenarnya, aku malas mengobrol dengan korbanku. Tapi.., kelakukanmu lebih buruk dengan apa yang dilakukan korbanku sebelumnya."

"Sialan jawab aku!!!" Jerit korbannya.

"Kau tahu anak yang kau tabrak lari itu?" Tanya Xavier, kembali mendekati korbannya.

"A-anak? A-aku tidak tahu apa yang kau katakan."

"Ah, benarkah?" Tanya Xavier, tersenyum mengerikan. "Kalau begitu, biarkan aku yang memberitahumu."

Oh My XavierTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang