Rumah Xavier di Islandia yang biasanya sepi, kini dipenuhi oleh suara orang-orang yang dibawanya. Meja makan yang biasanya hanya digunakan oleh Xavier saja, kini terisi oleh banyak pria dan satu wanita di sana. Emilie terlihat bersemangat saat membicarakan pertemuan pertamanya dengan Xavier maupun Matthew. Dia bahkan banyak memperagakan gerakan hingga berdiri dari duduknya, namun sukses membuat orang-orang di sana tertawa dan Albert yang memprotes ketika dianggap meninggalkan Emilie.
"Aku menyangka kau kabur! Dan lagi, kau meninggalkan alat pelacak dan membuatku makin berpikir bahwa kau kabur!"
Emilie memiringkan kepalanya mendengar ucapan Albert. "Siapapun juga tahu, di sana ada gang kecil dekat mobil. Jika kau berniat mencariku, kau pastinya akan masuk ke gang itu dan Xavier tidak perlu menyusulku. Benar, kan, Xavier?" Ocehnya dan menatap Xavier.
Namun Xavier hanya diam dan memutar gelasnya yang berisi wine. Terlihat melamun dan murung di antara banyaknya orang yang sedang bersemangat.
"Xavier?" Panggil Emilie sambil mengguncang lengan Xavier yang duduk di sampingnya. Xavier menoleh pada Emilie, sedangkan Emilie mengernyit heran melihat wajah murung pria itu. "Kau tak apa?"
Xavier mencoba tersenyum dan menggeleng. "Tidak. Aku tak apa."
"Bohong!" Kata Emilie sambil cemberut. "Matamu tidak tersenyum seperti biasanya."
Xavier tidak menjawab. Dia membuang napas, menyimpan gelas, dan berdiri. Tangannya mengelus lembut kepala Emilie. "Kau lanjutkan saja. Aku merasa lelah." Katanya, kemudian berbalik dan pergi. Menciptakan kecanggungan di meja.
Emilie yang merasa ada yang tidak beres dengan Xavier, akhirnya ikut berdiri dan berlari mengikuti langkah panjang Xavier. "Xavier!"
Xavier berhenti dan berbalik, membuat Emilie tersentak dan menabrak Xavier yang berhenti tiba-tiba. Xavier mengalungkan tangannya ketika Emilie jatuh ke pelukannya. "Kau tak apa?"
Emilie menjauhkan tubuhnya dan membiarkan tangan Xavier tetap melingkar di pinggangnya. Perbedaan tinggi yang sangat jauh itu membuat Emilie mendongak menatap Xavier. "Kau kenapa murung sedari tadi?" Tanya Emilie dengan mata membulat penasaran. "Ada masalah?"
Dan sumpah demi apapun, jikalau ada The Devils di hadapannya kini dan melihat wajah Xavier yang cemberut seperti sekarang ini, mereka pasti akan mengejek Xavier mati-matian dan mengatakan bahwa Xavier sangat manja. Namun, ekspresi cemberut itulah yang sekarang dihadapkan pada Emilie. "Aku hanya merasa kesal karena tidak tahu bahwa hari ini ulang tahunmu."
Emilie terkejut mendapat jawaban dari Xavier. Mulutnya bahkan terbuka lebar dan tawa kecilnya keluar. "Karena itu kau murung sedari tadi?"
Xavier mengangguk pelan.
Emilie tertawa. Dia mencubit gemas pipi Xavier. "Ya ampun, tuan pemarah dan dingin yang satu ini sangat manis sekali!!" Serunya dengan antusias dan senyum yang sangat lebar. "Kenapa kau harus merasa kesal? Um? Aku saja tidak tahu kapan ulang tahunmu."
Xavier mencebik yang malah terlihat sangat lucu. Dia melepaskan wajahnya dari genggaman tangan Emilie, dan mendelik. "Ini gara-gara Albert yang mengejekku dan Zander yang mengucapkan selamat ulang tahun pertama."
Emilie terkekeh. "Ya sudah yang penting sekarang kau tahu hari ini ulang tahunku," katanya sambil menengadahkan kedua tangannya. "Mana kadoku?"
Xavier mengangkat sebelah alisnya. Sebelah ujung bibirnya melengkung. "Kau menanyakan kado disaat pria di hadapanmu ini lebih dari sekedar hadiah?"
Emilie melotot. Dia memukul bahu Xavier saat pria itu tertawa. "Kau narsis sekali!"
"Memangnya aku salah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh My Xavier
RomanceSELURUH KARYA MADE IN EARTH DILINDUNGI OLEH PROFESIONAL HUKUM PURE PUBLISHING!! PLAGIAT AKAN DIKENAKAN DENDA MINIMAL 500 JUTA DAN PENJARA MINIMAL 2 TAHUN [Konten dewasa 21+] Emilie tidak menyangka bahwa kedatangannya ke LA akan membawa malapetaka ba...