Xavier mengerjapkan matanya dengan perlahan. Sebuah tangan yang mengelus dadanya dengan lembut membuat Xavier menundukkan kepalanya dan mendapati tangan putih mulus di atas dadanya. Tangan itu kemudian naik dan mengelus pipi Xavier dengan lembut.
"Kau sudah bangun, Sayang?"
Xavier menutup matanya perlahan, mencoba setenang mungkin seperti kebiasaannya ketika ia mencoba menjadi seseorang yang bisa berbaur dengan orang lain. Dengan gerakan cepat, Xavier menerjang wanita yang berada di atas ranjangnya hingga kini Xavier berada di atas tubuh wanita itu. Bibir pria itu melengkungkan senyuman dan membuat wanita yang berada di bawahnya itu ikut tersenyum senang. Xavier mengelus pipi wanita di bawahnya dengan tenang. "Apa kau tidak tahu siapa aku?" Tanyanya lembut.
Wanita di bawahnya tersenyum lembut. "Pria berkharisma yang mungkin saja bisa membawaku dalam kematian karena ketampanannya?" Gombal wanita jalang di bawahnya.
Xavier menyeringai. "Betul sekali." Katanya sambil menurunkan wajah dan meraih leher wanita itu dengan bibirnya, membuat wanita di bawahnya mendesah mendapat perlakuan seperti itu.
Xavier menjilati leher wanita di bawahnya dengan perlahan, mencari denyutan kencang yang akan terasa di lidahnya. Menemukan denyutan itu, Xavier segera menghisapnya sekuat mungkin, membuat wanita di bawahnya mendesis kesakitan.
Tangan wanita itu mulai mendorong bahu Xavier saat rasa sakit itu makin terasa menyengat di tubuhnya. "Sayang, kurasa—"
Xavier meraih kedua tangan wanita itu, menyatukannya di satu tangannya dan menahan kepala wanita itu agar tidak bergerak. Xavier menarik napasnya kuat-kuat dan menyedot kulit leher wanita itu dengan makin kuat. Wanita di bawahnya mengejang merasakan perih tidak tertahan di lehernya.
"S-sakit! Lepas!!" Keluh wanita itu mencoba melepaskan diri dari Xavier. Namun Xavier tidak mendengarkannya dan makin menghisap kuat leher wanita itu, kemudian menggigitnya kencang hingga kulit manusia yang sangat tebal itu terlepas bersama dengan uratnya.
Napas wanita itu tersendat ketika kulitnya yang seharusnya tebal dan tidak dapat ditebas dengan mudah itu menciptakan darah ke mana-mana, mengotori bantal hingga kasur milik Xavier. Matanya sudah tidak fokus ketika dirinya tersedak dan Xavier menjauhkan wajahnya dari leher wanita itu.
Tangan bergetar milik wanita itu menyentuh lehernya sendiri, mencoba menghentikan pendarahan walaupun percuma. "Ke-kenapa?!" Sendatnya.
Xavier tersenyum miring dan wajahnya berubah dingin seketika. "Berani-beraninya seorang jalang sepertimu mengucapkan kata-kata menjijikkan itu padaku dan berkata informal padaku? Aku hanya mengabulkan apa yang kau katakan. Kematian." Katanya dingin, sarat akan kegelapan.
***
"Tuan! Tapi Anda adalah anak yang tercantum dalam kartu keluarga!" Julian, seorang pengacara keluarganya yang datang dengan sebuah tumpukan dokumen di tangannya.
Xavier yang sedang menikmati kopi di pagi hari itu berdecak kesal dan mendelik. "Sudah kubilang, Paman! Aku tidak bisa berbisnis begitu! Aku ini bodoh soal pekerjaan! Berikan saja pada Felix. Dia juga keluargaku, bukan?"
"Tapi Tuan—"
"Aku akan membuat perusahaan itu hancur jika kau bersikeras memberikan itu padaku."
Julian, pengacara keluarganya yang sudah turun temurun itu tampak frustasi. "Almarhum kakek Anda akan marah di alam baka kalau Felix yang menjadi penerusnya!"
"Tidak peduli. Dia sudah mati ini. Memangnya dia bisa apa di dalam tanah?"
"Tuan!!"
"Paman!" Rengek Xavier sambil menggerakkan bahunya dengan kesal, seolah merengek pada pengacara pribadi keluarganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh My Xavier
عاطفيةSELURUH KARYA MADE IN EARTH DILINDUNGI OLEH PROFESIONAL HUKUM PURE PUBLISHING!! PLAGIAT AKAN DIKENAKAN DENDA MINIMAL 500 JUTA DAN PENJARA MINIMAL 2 TAHUN [Konten dewasa 21+] Emilie tidak menyangka bahwa kedatangannya ke LA akan membawa malapetaka ba...