Brak!
Xavier melempar dokumen di tangannya dengan wajahnya yang tenang dan datar. Matanya menatap orang-orang yang memiliki aura gelap yang sama di ruangan itu. Xavier menatap mereka satu persatu dengan tatapan dingin yang dapat membekukan orang-orang di sana. "Total, 3 orang yang menjadi korban manusia tolol ini. Dan kalian berusaha tidak peduli dengan kasus ini?"
Orang-orang di sana tetap diam saat Xavier mengatakannya dengan tegas dan suara dalam yang mencekam. Sebuah senyum segaris terbit di wajah Xavier. Namun, matanya tidak senyum dan malah memperlihatkan pandangan bengis pada orang-orang di ruangan itu. "Darwin."
"Ya, Tuan." Jawab salah seorang pria di sana.
"Kau pimpinan dari wilayah barat, bukan? Dia adalah anak buahmu yang dulu berusaha membunuhku."
"Ya, benar."
"Kalau begitu, berikan dia padaku. Aku akan mengulitinya sendiri."
"Baik, Tuan."
Xavier menghela napasnya, dan memundurkan tubuhnya agar bersandar di kursi kebesarannya. "Jagalah anggota kalian baik-baik. Jika kalian masih ingin membunuh dan kebal hukum, dan tentunya juga kaya, ikutilah aturanku. Aku, yang membayar kalian. Aku, yang memberikan klien sekaligus korban untuk kepuasan jiwa psikopat kalian. Aku, yang menjadi raja kalian. Aku, Owner kalian. Aku, yang memerintahkan kalian untuk membunuh atau tidaknya. Jika kalian melanggar aturanku, kalian akan aku masukkan penjara. Atau aku bunuh dengan perlahan. Kalian mengerti?"
"Ya, Tuan." Jawab orang-orang di sana dengan serentak.
Xavier tersenyum puas. "Kendalikan anggota kalian. Untuk itulah kalian digaji. Kuingatkan, pintarlah menjadi seorang pembunuh. Bersih, rapi. Kalian tidak bisa dikategorikan menjadi bagianku jika membunuh tidak menggunakan otak. Kalian mengerti?"
"Mengerti, Tuan."
Xavier mendengus tajam. Dia lalu berdiri dari duduknya dan berjalan angkuh keluar dari ruang rapat itu. Dia berjalan dengan diikuti banyak penjaga di belakangnya. Xavier bukannya tidak bisa menjaga dirinya sendiri. Hanya saja, Xavier sangat malas untuk mengotori tangannya untuk hal yang tidak bisa ia nikmati. Xavier lebih suka membunuh perlahan dengan aturannya sendiri. Menikmati saat-saat dia menyiksa korbannya dengan memotong satu persatu anggota tubuh korbannya. Menikmati alunan suara dari teriakan korbannya.
Xavier berhenti di sisi lobi saat melihat jalannya menuju ke mobil terdapat becek di sana. Xavier menatap para penjaganya dengan senyum miring bermain di bibirnya. "Ah, terdapat lumpur di sana. Sepatuku akan terkena kotoran."
Dengan sigap, penjaga itu menjatuhkan tubuhnya di kubangan lumpur itu sesaat setelah Xavier mengucapkan titahnya secara tidak langsung. Ini yang Xavier nikmati juga. Saat orang-orang ketakutan dan mau tidak mau harus bersujud di hadapan Xavier.
Xavier melangkah di atas tubuh penjaga itu untuk menuju mobilnya. Orang-orang di sana menatapnya. Namun Xavier tidak mau peduli. Dia hanya ingin menunjukkan kekuatannya pada dunia. Menunjukkan jika Xavier adalah orang yang paling berkuasa di sini.
Sang Owner.
Owner dari segalanya. Bahkan, Xavier adalah pemilik raja sekalipun. Tanpa Xavier, sang raja takkan menjadi raja.
Begitulah ia disebut Owner.
Duduk di belakang pengemudi, Xavier melihat sebuah kotak kado di sana. Dengan heran, Xavier menatap supir dan juga sekretarisnya yang duduk di bagian depan. "Kado dari siapa ini?" Tanyanya yang membuat dua orang yang duduk di depannya menoleh.
"Saya tidak tahu, Tuan." Ucap sekretarisnya, sementara supirnya gemetar ketakutan.
Xavier menggeram kesal mendengarnya. "Kau tidak mengecek saat membawa mobilku, Dans?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh My Xavier
RomanceSELURUH KARYA MADE IN EARTH DILINDUNGI OLEH PROFESIONAL HUKUM PURE PUBLISHING!! PLAGIAT AKAN DIKENAKAN DENDA MINIMAL 500 JUTA DAN PENJARA MINIMAL 2 TAHUN [Konten dewasa 21+] Emilie tidak menyangka bahwa kedatangannya ke LA akan membawa malapetaka ba...