Oh My Xavier 19 : Pawangnya Xavier

33.6K 2.1K 368
                                    

Malam hari di Islandia, diisi Emilie dengan bergabung dalam upacara api unggun yang dibuat oleh dirinya sendiri. Tentunya, Emilie tadinya hanya mengajak Zander dan Dansel saja. Namun, Matthew tiba-tiba bergabung dan Albert juga ikut bergabung. Xavier sendiri, juga ikut dalam upacara api unggun ini walaupun duduk berjauhan dengan Emilie.

Mata Emilie melirik pada pria berotot yang sedang berdiri dengan bersandar pada pohon yang kebetulan ada di sana. Ya, pohon. Emilie tidak menyangka bahwa rumah Xavier akan sebesar ini. Di halaman belakang rumah, Xavier memiliki tanah yang masih rimbun dengan pohon. Sengaja tidak ditebang karena Xavier sendiri suka berkuda di sana. Dan ya, Xavier memiliki kuda, bahkan banyak sekali dan warna warni. Tentunya, bukan seperti ayam cabe-cabean yang ada di pasar, tapi kuda-kuda yang dimiliki Xavier memiliki banyak warna. Dari hitam, coklat, putih dan abu gelap. Emilie bahkan sempat terpaku melihat kandang kuda itu. Memang orang kaya kalau buang-buang uang itu tidak pernah tanggung-tanggung. Perawatan kuda hingga secantik kuda-kuda Xavier kan pastinya mahal.

Ah ya, ngomong-ngomong tentang apa yang dikatakan Xavier di ruang foto itu, mereka terinterupsi oleh Albert yang mengeluh tidak menemukan pakaiannya yang lain di kamar tamu. Dan Xavier mengatakan bahwa pakaian Albert sudah dibakar. Belum lagi, Matthew datang dan meminta Emilie menamatkan level permainan mobile yang sangat sulit untuknya. Akhirnya, sampai sekarang Emilie tidak menjawab pertanyaan Xavier.

Dan Emilie tidak mau.

Maksudnya, bukannya tidak mau tidur dengan Xavier. Emilie tidak mau menjawab pertanyaan Xavier karena sungguh, haruskah Xavier bertanya begitu? Jika Emilie menjawab ya, Emilie akan terdengar murahan dan pastinya akan memalukan. Jika Emilie menjawab tidak, sayang sekali bukan? Kesempatan bisa jadi tidak datang 2 kali. Padahal, jika Xavier memulainya dengan alami, Emilie pasti tidak akan menolak.

"Hei, kau berpikir mesum, ya? Kenapa senyum-senyum sendiri?"

Tentunya, pertanyaan itu datang dari Albert yang sedang memakan ubi bakar.

Tunggu.

Ubi bakar?! "Itu milikku!!" Pekik Emilie, menatap horor pada ubi bakarnya yang sudah habis setengah oleh Albert.

"Benarkah? Salah sendiri malah melamun," ucap Albert santai sambil memakan ubinya. Dia menyodorkan ubinya pada Emilie. "Nih, masih banyak. Kau makanlah."

Emilie cemberut. Namun dia segera melepaskan kayu yang menjadi tusuk jagung bakarnya.

Albert meniup ubi di tangannya sebelum menyodorkannya ke arah mulut Emilie. "Hati-hati, masih panas." Kata Albert

Emilie meniupi ubi itu sejenak, lalu memakannya dengan hati-hati. "Um, enak."

Albert tertawa pelan dan kembali memakan ubi itu. "Ya, benar. Kau pintar memasak." Katanya, dan kembali menyodorkan ubinya pada Emilie.

Emilie sudah membuka mulutnya dengan lebar dan akan memakan ubi bekas gigitan Albert. Namun sayang wajahnya tertutupi lebih dulu oleh seseorang yang tiba-tiba duduk di antara Albert dan dirinya. Emilie mendongak, dan mendapati Xavier yang berwajah datar. Mengingat kejadian di ruang foto, Emilie menelan ludah susah payah dan mengalihkan pandangannya kembali pada api.

Walaupun begitu, Emilie masih bisa merasakan tatapan tajam dari Xavier yang duduk di sampingnya.

"Nona Em! Nona Em!" Panggilan itu datang dari Zander yang berantusias menghampiri Emilie dengan aluminium foil di tangannya. Alumunium foil yang membungkus ubi bakar. Melihat itu, Emilie tersentak. "Ini untuk Nona Em!" Ucap Zander dengan senyum lebar.

Emilie meraihnya, merasakan panas yang tak tertahankan, Emilie sontak menyimpan ubi itu di ruang kosong di kayu yang didudukinya. "Ya Tuhan ini panas sekali!" Pekiknya, lalu menatap Zander yang terlihat tidak kepanasan. Namun Emilie tetap meraih tangan Zander dan memperhatikan tangan pria itu yang memerah. "Ya Tuhan Zander! Kenapa kau harus membawanya dengan tangan kosong begini?!"

Oh My XavierTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang