7

1.8K 333 36
                                    

***

Lisa berjalan keluar dari toilet setelah ia mengganti pakaiannya. Pakaiannya tidak ternoda oleh susu coklat itu, namun sisa-sisa aroma manis dari susu coklat tetap saja membuatnya mual. Lisa membenci susu coklat, bukan karena rasanya, melainkan karena aroma manis yang membuatnya mual itu. "Hhhh... Aromanya membuatku mual," keluh Lisa sembari berjalan keluar dengan Jennie serta Rose di kanan dan kirinya. Gadis itu membawa sebuah paper bag berisi pakaian kotornya, hendak menaruh paper bag itu ke lokernya.

"Kalian pergi ke kelas duluan saja, aku akan menaruh ini di loker lebih dulu," ucap Lisa, menyuruh kedua temannya pergi terlebih dahulu karena ia melihat Jisoo yang hendak masuk ke toilet setelah membersihkan lorong– bertanggung jawab atas kecerobohan yang ia lakukan tadi.

"Aku akan meminjamkan pakaian untukmu, ikut aku," pinta Lisa, kepada Jisoo setelah ia memastikan Jennie dan Rose tidak memperhatikannya lagi. Beberapa waktu lalu, Lisa berbohong pada Jennie kalau ia tidak punya stok pakaian ganti di lokernya, sehingga Jennie meminjamkan Lisa pakaiannya sedang Lisa berencana meminjamkan pakaiannya pada Jisoo.

"Tapi-"

"Maaf untuk yang tadi, aku hanya ingin bertanggung jawab karena sudah mengotori pakaianmu-"

"Ya! Lalisa Manoban!" seru Jiyong, tidak seberapa keras namun cukup untuk membuat Lisa dan Jisoo menoleh ke arahnya. "Kau masih tidak berubah rupanya, sampai kapan kau akan melakukan hal tidak masuk akal seperti ini?!" marah Jiyong, sama sekali tidak peduli kalau ada Jisoo disana. "Begini caramu menarik perhatian? Kenapa kau tidak memakai kesibukan orangtuamu sebagai alasan saja? Seperti biasanya?"

"Apa katamu?"

"Kau dan kecerobohanmu itu sudah sangat membuatku muak. Kau pikir dengan menjadi perundung akan membuatmu mendapatkan perhatian yang tidak bisa kau dapatkan dari orangtuamu? Aku muak membereskan semua masalah karena tingkahmu itu!" lanjut Jiyong dan dengan marah dia mengeluarkan sebuah dompet mewah dari saku celananya.

Jiyong mengeluarkan beberapa lembar uang dari sakunya, ia ulurkan uang-uang itu pada Jisoo kemudian berucap, "pakai ini untuk membeli pakaian baru dan lupakan kejadian ini, menjauhlah dari penyihir ini dan teman-temannya."

Lisa tidak percaya dengan apa yang baru saja Jiyong ucapkan. Menjauhlah dari penyihir ini dan teman-temannya– kata-kata itu benar-benar sukses melukai perasaan Lisa sekali lagi. Namun sialnya, di saat seperti itu, seperti gadis-gadis lainnya, Lisa tidak bisa membalas ucapan Jiyong. Ada banyak umpatan yang ingin Lisa lontarkan pada Jiyong, ada banyak kata yang ingin Lisa ungkapkan, namun semua kata dan ungkapan itu tertahan di tenggorokannya. Merasa kalau dirinya baru saja di permalukan untuk yang kesekian kalinya oleh Kwon Jiyong, membuat Lisa lantas melangkah menjauh– pergi meninggalkan Jisoo yang masih ragu untuk menerima uang dari Jiyong.

Lisa naik ke atap sekolahnya. Bukan untuk bunuh diri, tapi untuk menenangkan dirinya sendiri. Gadis itu ingin sekali menangis tanpa dilihat seorang pun. Semua orang tahu bagaimana cerianya seorang Lalisa Manoban, dan ia tidak ingin terlihat lebih menyedihkan lagi. Terkenal karena cinta sepihaknya tidak pernah terbalas sudah cukup memalukan untuk Lisa, ia tidak ingin memperburuk pandangan orang-orang terhadapnya.

"Berengsek! Kwon Jiyong berengsek!" jerit Lisa, begitu pintu atap tertutup di belakang punggungnya. Dengan air mata yang mulai turun, gadis itu merutuki seorang Kwon Jiyong yang di puja 40% gadis di sekolah– 60% gadis lainnya memuja Choi Seunghyun juga Lee Seungri. "Augh! Kenapa tadi aku diam saja seperti orang bodoh?! Ya! Lalisa! Kenapa kau tidak membalas ucapannya tadi?! Kenapa kau- ya! Tidak bisakah kau membiarkan aku sendiri?!"

Lisa ingin sekali meluapkan seluruh emosinya, namun di tengah-tengah omelannya, seseorang baru saja membuka pintu atap dan membuat ujung pintu kaca tersebut menyentuh punggungnya. Lisa menoleh, hendak memarahi seseorang yang mengganggu aktivitasnya namun ternyata orang itu adalah keturunan si pemilik sekolah– Choi Seunghyun.

"Apa yang sedang kau lakukan disini? Kenapa kau berdiri di depan pintu?" tegur Seunghyun, setelah Lisa memberinya jalan agar bisa masuk dan menutup kembali pintu atap itu.

"Apa dia tidak tahu seberapa pentingnya aku untuknya? Apa yang akan ia lakukan kalau semuanya sudah terlambat? Temanmu itu pasti akan sangat menyesal,"

"Siapa? Jiyong? Kenapa? Kau bertengkar dengannya lagi?"

"Iya! Si berengsek Kwon Jiyong itu! Apa dia tahu seberapa pentingnya aku?! Aku Lalisa!" marah Lisa sembari melempar pakaian kotor di dalam paper bagnya ke lantai. Masih di depan pintu atap yang tertutup di belakang punggung Seunghyun, perlahan-lahan Lisa menekuk lututnya, gadis itu duduk di lantai kemudian mulai menangis, "pria jahat," isaknya di tengah-tengah air matanya yang berjatuhan.

"Kenapa kau menangis disini? Maki dia atau pukul dia, kenapa kau justru menangis sendirian disini?" komentar Seunghyun yang sekarang justru berlutut di depan Lisa. Pria itu sudah mengganti pakaiannya yang sempat kotor, namun ia tidak bisa mengganti suasana hatinya yang sudah terlanjur rusak karena kecerobohan Jisoo tadi. "Aku akan membantu Jisoo, aku akan menjaganya dari para perundung seperti yang kau minta kemarin, jadi maki atau pukul Jiyong, jangan menangis sendirian seperti ini," ulang Seunghyun.

"Sungguh?"

"Sungguh," jawab Seunghyun dan Lisa lantas bangkit dari posisinya, "kemana kau akan pergi?" tegur Seunghyun disaat Lisa yang sudah berdiri hendak meraih kembali paper bagnya.

"Menjauhi omong kosongmu,"

"Omong kosong apa yang ku ucapkan? Aku benar-benar serius. Aku akan menjadikan upik abu itu milikku agar kau tidak perlu bingung-bingung menjauhkannya dari Jiyong,"

"Sudahlah. Semuanya sudah terlambat," jawab Lisa, yang sekarang menghapus sisa air matanya dan hendak pergi meninggalkan Seunghyun disana. "Apapun yang ku lakukan, bahkan walaupun aku mencoba menyelamatkan si upik abu, pria jahat itu tetap akan menganggapku sebagai seorang perundung. Dia benar-benar keterlaluan, super jahat,"

"Kau masih menyukainya? Setelah tiga tahun cintamu bertepuk sebelah tangan?"

"Tidak, untuk apa aku menyukai pria jahat seperti itu?"

"Kalau begitu berkencan saja denganku. Aku tahu kalian sudah bertunangan, tapi Jiyong berkencan dengan Kiko, kenapa kau tidak berkencan denganku saja?"

"Tidak mau," tolak Lisa, suaranya masih serak karena menangis, namun kini gadis itu sudah terlihat lebih baik. Kini Lisa hendak kembali ke dalam kelasnya.

"Kenapa?"

"Temanku menyukaimu dan setelah ini akan Jisoo akan terus dirundung karenamu. Semua orang membencinya karena dia berhubungan denganmu, hubungan pemberi dan penerima beasiswa. Menurutmu apa yang akan terjadi padaku kalau aku berkencan denganmu?"

"Aku bisa melindungimu,"

"Aku sudah berkencan dengan pria lain, oppa, pria yang membuatku tidak datang ke sekolah kemarin,"

***

KliseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang