***
Hari ini adalah hari pertama sekolah, jam masih menunjuk pukul 8 pagi dan dengan santai Lisa keluar dari mobil mewah bersupir yang setiap saat siap mengantar dan menjemputnya– fasilitas dari orangtuanya yang mulai awal tahun ini kembali menetap di Bangkok. Salah satu alasan Lisa segera bertunangan adalah kembalinya orangtua Lisa ke Bangkok, dengan pertunangan itu mereka berharap Jiyong akan lebih bertanggung jawab dalam menjaga Lisa– walau Jiyong tetap kesal setengah mati karena tanggung jawab itu.
Dari gerbang sekolah tempat Lisa meminta untuk di turunkan, gadis itu sudah bisa melihat teman-temannya. Teman-teman di UEE Senior High School tidak banyak berbeda dari teman-teman di sekolah Lisa sebelumnya– anak konglomerat terbatas dan selalu berkumpul, hingga Lisa bisa mengenali mereka bahkan sebelum mereka berkenalan secara formal di kelas. "Hai, Lisa! Kau sekolah disini juga?" sapa Kim Hanbin, si anak yang sepantaran dengannya, bahkan mungkin akan jadi teman sekelas juga.
"Memang ada sekolah lain selain disini? Kalau ada aku ingin-" gadis itu menjeda ucapannya, karena seperti awalan kisah klise lainnya, ketiga pria paling tampan di sekolah baru saja datang dengan mobil-mobil sport beratap terbuka. "-ingin pindah kesana," lanjut Lisa yang sekarang menggelengkan kepalanya, ia sudah bosan melihat adegan seperti ini selama sekolah menengah pertama.
"Berhenti menatapnya, kau sangat menyukai tunanganmu itu? Tentu saja, dia sangat keren," ucap Hanbin yang hanya Lisa jawab dengan sebuah angkatan bahu– tidak benar-benar peduli. "Tapi Lisa, apa cintamu masih bertepuk sebelah tangan? Dia masih mengabaikanmu? Karena seorang senior dari kelas 2? Siapa namanya? Kau kalah oleh seorang gadis miskin-"
"Hanbin-ah... Kau ingin mulutmu dijahit?"
"Tidak, aku duluan, bye!" seru Hanbin yang kemudian berlari menghampiri teman-teman sekelasnya yang lain, menghampiri segerombolan pria anak pebisnis dan anak pejabat pemerintah lainnya.
Lagi-lagi Lisa menghela nafasnya, gadis itu menoleh menatap ke arah pintu masuk, tempat dimana ketiga pangeran menghentikan mobilnya. Matanya bertemu dengan mata Jiyong, namun pria itu langsung memberinya tatapan super sinis, seolah tengah meminta Lisa untuk segera pergi dari hadapannya. Namun alih-alih menjauh, Lisa justru berlari menghampiri Jiyong, memeluk pria itu dan membuatnya kesal.
"Ya!" bentak Jiyong yang lantas saja mendorong Lisa menjauhi tubuhnya.
"Kenapa? Kau takut pacarmu marah? Memang itu yang ku harapkan," jawab Lisa sebelum kemudian ia melangkah menjauhi Jiyong, gadis itu juga tersenyum pada Seungri dan Seunghyun yang sedang menunggu Jiyong kemudian sedikit terdorong oleh si upik abu Kim Jisoo dan hampir menabrak Seunghyun. "Augh! Kisah upik abunya sudah dimulai sekarang? Kenapa harus selalu ada adegan menabrak seperti ini? Menyebalkan!" keluh Lisa, tidak seberapa keras namun cukup untuk menghentikan langkah Jisoo dan membuat gadis penerima beasiswa itu langsung membungkuk meminta maaf. Semua orang di grup anak-anak konglomerat sudah ramai membicarakan Kim Jisoo sejak semalam, mereka bahkan sudah mengirim foto serta riwayat hidup si Kim Jisoo itu seolah Kim Jisoo adalah mainan kesukaan mereka.
"Maaf! Maafkan aku, apa kau terluka? Maaf-"
"Ya ya ya, pergi saja, lanjutkan larimu, berlarilah yang kencang dan pergi dari neraka ini selagi kau bisa," balas Lisa, ia kibaskan tangannya, memberi isyarat agar Kim Jisoo segera pergi dari hadapannya. "Dia adalah upik abu dari kelas satu, semua orang sudah membicarakannya, kira-kira siapa yang akan jatuh cinta kepadanya? Kau? Atau kau? Atau... Tunanganku yang tampan ini?" oceh Lisa sembari melihat Seunghyun, Seungri dan Jiyong secara berurutan.
Lalisa Manoban sudah pernah berada dalam drama klise antara penguasa sekolah dan si upik abu. Drama seperti itu sudah berulang kali terjadi– setidaknya selama satu tahun penuh setiap tiga tahun sekali. Tapi rasanya orang-orang tidak pernah bosan dengan drama klise itu, Lisa pikir hanya dia yang menyadari reka adegan itu.
"Apa yang sedang kau bicarakan? Berhenti mengatakan omong kosong," tegur Jiyong, dengan ketus seperti biasanya.
"Kau tidak ingat? Kejadian tiga tahun lalu? Saat kau sedang berdiri di depan pintu sekolah, gadis yang disekolahkan appamu berlari mencari ruang guru karena khawatir akan terlambat, dia menabrakmu lalu benih-benih cinta muncul dan disana, aku bersumpah akan menghancurkan hidup gadis itu," ucap Lisa sembari menunjuk tiga gadis cantik yang berdiri tidak jauh dari mereka– Taeyeon, Jessica dan Yoona. Gadis itu lantas tersenyum untuk menyapa tiga bintang sekolahnya kemudian berlalu meninggalkan tiga pangeran tampan itu.
"Kalian baru saja bertengkar?" tanya Seungri, sedikit terkejut karena Lisa dalam ingatannya berbeda dengan Lisa yang barusan mengoceh di hadapannya.
"Kapan kami pernah akur?" balas Jiyong yang kemudian berjalan memasuki gedung sekolah super mewah itu bersama Seunghyun dan Seungri.
Pagi ini, Lisa masih berdiri di depan ruang kelasnya, berbincang dengan teman-teman sekolahnya. Beberapa dari mereka adalah temannya sejak sekolah menengah pertama, namun mereka cukup antusias karena bersekolah disana berarti memberi mereka kesempatan untuk bertemu tiga senior yang luar biasa populer itu. "Ini, berikan ini pada Jiyong oppa, aku juga akan memberikannya pada Seunghyun oppa," ucap Jennie, memberikan sekotak bekal pada Lisa, Jennie adalah seorang teman Lisa yang sejak di sekolah menengah pertama sudah tergila-gila pada Seunghyun.
"Aku sudah berhenti melalukan hal-hal seperti ini," ucap Lisa yang justru membuka kotak bekal itu dan memakan sepotong sandwich di dalamnya.
"Huh? Ada apa denganmu?"
"Dia baru saja di tolak, harga dirinya pasti terluka lagi minggu ini, lalu minggu depan dia akan mulai mengejar Jiyong sunbaenim lagi," celetuk Hanbin, menggambarkan pola yang selalu Lisa lakukan selama ini– selama kisah cinta gadis itu hanya sebatas kisah cinta yang bertepuk sebelah tangan. "Lisa selalu begitu selama tiga tahun, bagaimana bisa kau tidak memahaminya? Hanya libur satu bulan tidak akan merubah pola yang sudah terjadi selama 3 tahun,"
"Siapa yang tahu kalau selama satu bulan liburan aku-" Lisa hendak memberitahu teman-temannya mengenai apa saja yang terjadi saat liburannya namun sebuah kebiasaan lama yang tidak pernah berubah menghentikan ucapannya. "Hhhh... Sekarang? Haruskah ini terjadi sekarang?" keluh Lisa, disaat di depannya berdiri tiga gadis paling cantik yang perlahan berjalan membelah kerumunan siswa baru di sekolah. Ketiganya berjalan dengan sangat anggun, mempesona semua orang seolah ada musik dan angin sepoi-sepoi yang menyambut kedatangan mereka. Taeyeon yang berada di tengah, dengan Jessica dan Yoona di kanan kirinya. "Jeng jeng jeng... formasi segitiga setan betina baru saja datang, semua kurcaci-kurcaci kecil harus memujinya," gumam Lisa, sangat pelan tanpa seorang pun yang memperhatikan.
"Oh? Lalisa? Senang melihatmu disini!" sapa Taeyeon, yang harus menjilat tunangan Kwon Jiyong agar bisa mendekat pada Choi Seunghyun, selalu begitu, selalu ada seorang penjilat bahkan di lingkungan sekolah sekalipun.
"Senang bertemu denganmu juga eonni, boleh aku memanggilmu begitu, 'kan?" balas Lisa, terdengar begitu ramah seolah ia tidak pernah mencibir gadis-gadis itu.
"Tentu saja! Kita berteman, apa rencanamu sepulang sekolah nanti?"
"Berkencan?" jawab Lisa yang lantas mengalihkan pandangannya dari Taeyeon ke ujung lorong dimana formasi segitiga lainnya datang. "Sekarang formasi segitiga setan jantan datang... Kenapa mereka tidak datang bersama saja?" cibir Lisa, yang suaranya kalah kencang dengan seruan gadis-gadis haus di sekitarnya. Bahkan Taeyeon dan kedua sahabatnya juga ikut memuji ketampanan ketiga pria itu.
Awalnya Seunghyun dan Seungri menghentikan langkah mereka di depan Lisa, Jennie, Taeyeon, Yoona dan Jessica. Kedua pria itu merasa perlu menyapa Lisa di depan semua anak yang ada di lorong. Sekedar sopan santun karena bulan lalu Jiyong baru saja bertunangan dengan Lisa. Tapi alih-alih berhenti, Jiyong justru menaikan volume musik yang ia dengar dari earphone kemudian melangkah mendahului Seunghyun dan Seungri yang masih menyapa Lisa. Sikapnya membuat Lisa terlihat seperti gadis payah yang di abaikan, sosok gadis yang pantas di buang.
"Ku pikir hubungan kalian baik," cibir sinis Jessica begitu melihat Jiyong mengabaikan Lisa– membuat Lisa seolah-olah tidak terlihat.
"Kenapa? Eonni kecewa?" balas Lisa, yang sangat ingin menenggelamkan Jiyong saat itu juga.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Klise
FanfictionKisah si pangeran sekolah yang akhirnya jatuh hati pada si upik abu penerima beasiswa, sudah terlalu klise, bukan begitu? note : terinspirasi dari K-Drama Extraordinary You