***
"Kalian penasaran kenapa aku dan Kwon Jiyong menyebalkan itu tidak membatalkan perjodohan kami?" tanya Lisa, masih kepada orang-orang yang sama– Son Danbi, Kim Heechul, Lee Donghae dan Lee Eunhyuk. "Kami sudah mencoba membatalkan perjodohan itu, tapi alih-alih berhasil, kami justru harus bertunangan," lanjut Lisa usai ia melihat Danbi mengangguk dan ketiga pria disana mengatakan 'tidak' untuk pertanyaannya.
"Saat aku bilang kalau Jiyong tidak menyukaiku, appaku bilang kalau aku harus lebih berusaha lagi agar Jiyong menyukaiku. Lalu saat Jiyong memberitahu orangtuanya kalau dia tidak menyukaiku, orangtuanya bilang kalau ia tidak bisa mendapatkan semua yang ia sukai. Perjodohan kami seperti bisnis dan mau tidak mau kami harus menerimanya. Sampai saat ini orangtua kami tidak peduli apakah aku atau Jiyong mengencani orang lain, tapi nanti saat waktu pernikahan kami semakin dekat kurasa kebebasan kami pasti akan lenyap,"
"Kapan kalian akan dinikahkan?" tanya Danbi, satu-satunya orang yang tertarik pada cerita Lisa, karena pria-pria disana justru terlalu sibuk bermain dengan game mereka.
"Aku belum tahu, kami tidak akan dinikahkan dalam waktu dekat, tapi pernikahan itu pasti akan terjadi. Dan sebelum pernikahan itu aku berharap si menyebalkan Kwon Jiyong itu akan menyesal karena-"
"Heish... Kau mulai lagi," potong Heechul yang akhirnya menolehkan kepalanya untuk menatap Lisa. "Kenapa anak-anak sepertimu harus peduli orang lain akan menyesal atau tidak?"
"Anak-anak? Aku sudah sekolah menengah-"
"Kau masih 16 tahun Lisa," potong Heechul sekali lagi. "Dan kalau usia hidup rata-rata manusia adalah 71 tahun, kau masih punya waktu 55 tahun sebelum mati, belum tentu selama 55 tahun hidupmu itu, kau akan terus bersama tunanganmu,"
"Bagaimana kalau waktuku tidak lama lagi?" balas Lisa, sedang Danbi hanya mendengarkan mereka berdua, Danbi memahami kearah mana ucapan Heechul, namun ia belum berani berkomentar.
"Lalu kau akan menghabiskan sisa waktumu untuk mengharapkan penyesalan orang lain?" ucap Heechul, balas bertanya. "Dengar, kau masih 16 tahun, hiduplah seperti anak 16 tahun. Berkencanlah dengan pria yang menyukaimu, jangan menghabiskan terlalu banyak waktu untuk memikirkan tunangan dan perjodohanmu. Akan ada waktu dimana kau akan menikah, akan ada waktu dimana kau akan bahagia, nikmati saja alurnya, saat usiamu 16 tahun, apa yang kau pikirkan?" ucap Heechul, yang sebelumnya bicara pada Lisa kemudian menatap Danbi, bertanya pada Danbi.
"Saat usiaku 16 tahun? Uhm... Bagaimana caranya mendekati anak tingkat tiga disekolahku? Saat itu aku sama sekali tidak berfikir untuk menikah, aku hanya... Aku hanya ingin berkencan dengan semua pria tampan yang ku temui!"
"Kau bersenang-senang, berkencan dengan seorang pria, kemudian putus dan terluka. Selingkuh dan menyelingkuhi, bukan begitu? Atau setidaknya kau melabeli setengah murid di sekolahmu sebagai sahabatmu, bermain dengan mereka seolah teman-temanmu adalah hidupmu, iya 'kan?" tanya Heechul sekali lagi dan Danbi menganggukan kepalanya.
"Kalau ku pikir-pikir, hidupku di usia 16 tahun benar-benar tidak masuk akal. Aku berteman dengan para gadis seolah mereka adalah satu-satunya orang yang bisa ku percaya, lalu aku menangis karena dikhianati. Kau sahabatku, bagaimana bisa kau melakukan itu padaku? Aku sering sekali mengatakan itu dulu... Akan sedikit aneh kan kalau aku mengatakan itu sekarang?" cerita Danbi namun Lisa masih tidak bisa memahami apa yang sebenarnya ingin Heechul katakan.
Melihat Lisa masih bingung dengan maksud ucapannya, Heechul lantas bertanya pada Eunhyuk dengan pertanyaan yang sama– apa saja yang Eunhyuk lakukan di usia 16 tahun– dan Eunhyuk bilang, "saat usiaku masih 16 tahun? Aku bermain dengan teman-temanku, berolahraga, berkencan dengan teman sekelasku, putus lalu memulai perang dingin seolah kami dua jenderal yang memecah seisi kelas. Ada sebuah hal lucu saat itu, setelah aku dan gadis itu putus, ada dua kubu di kelasku, kubu pria dan kubu wanita, kami bersaing sepanjang tahun, saling mengejek dan menjahili sampai lulus," cerita Eunhyuk mengundang kekehan kecil dari Danbi.
"Bagaimana denganmu? Apa yang kau lakukan saat usiamu masih 16 tahun, Donghae-ya?" tanya Danbi kepada Donghae usai ia terkekeh mendengar cerita Eunhyuk.
"Saat usiaku 16 tahun aku hanya punya teman-teman pria. Aku baru berkencan saat usiaku 18 tahun. Seumuran tunangan Lisa sekarang, kan?" balas Donghae, mata dan jari-jarinya masih fokus pada game yang ia mainkan dengan Eunhyuk, namun pria itu tidak keberatan untuk menceritakan kisah masa kecilnya. "Saat itu aku baru saja naik ke tingkat tiga. Saat itu aku berfikir kalau sebentar lagi aku lulus, jadi setidaknya aku harus berkencan satu kali saja sebelum lulus jadi aku mengencani seorang adik tingkatku. Aku tahu kalau dia sangat menyukaiku, dia memberiku beberapa hadiah sebelumya, dia juga menyatakan perasannya lebih dulu kepadaku, jadi kami berkencan. Tapi hubungan kami hanya bertahan selama satu minggu, kami putus dan dia bilang hubungan kami berantakan karena aku terlalu dingin."
"Kau memang dingin, lalu apa yang terjadi selanjutnya? Kau putus? Begitu saja?" tanya Heechul dan Donghae menganggukan kepalanya.
"Oppa tidak menyesal karena menyia-nyiakan gadis yang menyukaimu seperti itu?" tanya Lisa dan Donghae menggelengkan kepalanya.
"Tidak," jawab Donghae, tidak menyesal. "Aku menyukai hidupku yang sekarang. Saat aku menyukai seseorang, aku akan menunjukan perasaanku padanya. Kalau dia menolakku, aku akan bersedih, tapi kalau dia menerimaku aku akan sangat senang. Kalau aku sedih, aku akan mencari sesuatu yang dapat menghiburku. Kalau aku senang, aku akan menikmati perasaan itu, sederhana kan? Usia 16 tahunmu sekarang, seharusnya di isi sesuatu yang sederhana seperti itu."
Sedang Lisa tengah mengisi waktu luangnya dengan mendengar cerita teman-teman dewasanya, Jiyong justru harus duduk bersama rekan-rekan kerja ayahnya. Jiyong harus ada disana untuk mempelajari bagaimana cara ayahnya bekerja– kau akan mewarisi semua yang ku miliki, jadi berlatihlah, itu yang selalu ayahnya katakan setiap kali mereka bertemu. Sesekali Jiyong tertekan karena tuntutan sang ayah yang memaksanya harus terus selalu sempurna, namun tidak ada yang bisa ia lakukan untuk membebaskan diri.
Jiyong sudah terbiasa hidup mewah dan ia tahu kemewahan itu bisa hilang dalam sekejap kalau ia tidak mematuhi ucapan sang ayah. Bagi Jiyong kisah anak konglomerat yang rela pergi dari rumah dan melepaskan semua fasilitasnya demi sebuah kebebasan hanyalah sebuah omong kosong. Siapa yang mau menukar sebuah mobil mewah dan uang yang tidak terbatas jumlahnya dengan sebuah cinta sejati yang belum tentu ada? Atau melepaskan kemewahan demi hidup miskin yang dilabeli kebebasan?
Tidak ada yang gratis dalam hidup ini, dan Jiyong perlu membayar seluruh kemewahan dalam hidupnya sekarang dengan menuruti semua keinginan ayahnya. "Saat ada sepotong kentang rebus dan sepotong steak daging sapi di atas meja, mana yang akan kau pilih? Kentang rebus melambangkan kebebasan yang kau dambakan dan steak daging sapi melambangkan kemewahan, mana yang akan kau pilih? Jangan memilih salah satu diantara mereka. Kalau kau punya uang, kau bisa mendapatkan keduanya," ucapan sang ayah setiap kali Jiyong mengatakan kalau ia ingin mendapatkan kebebasannya. Memang terdengar materialis, tapi menurut Jiyong ucapan ayahnya itu terdengar cukup masuk akal.
"Telpon Lisa sekarang, ajak dia untuk makan malam bersama kita hari ini," suruh tuan Kwon pada sore hari ini, beberapa menit sebelum mobil yang ia dan putranya tumpangi tiba di rumah kediaman keluarga Kwon.
"Ya? Tapi, bukankah terlalu mendadak-"
"Lisa tinggal sendirian tanpa orangtuanya sekarang, kasihan kalau dia harus makan sendirian setiap malam. Cepat hubungi dia," titah sang ayah yang membuat Kwon Jiyong tidak dapat berkutik lagi. Tidak ada hal lain yang dapat Jiyong lakukan selain menelpon Lisa dan menyampaikan pesan ayahnya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Klise
FanfictionKisah si pangeran sekolah yang akhirnya jatuh hati pada si upik abu penerima beasiswa, sudah terlalu klise, bukan begitu? note : terinspirasi dari K-Drama Extraordinary You