***
Ini baru hari kedua sekolah dan Lisa sudah menimbulkan masalah bagi Jiyong. Bukan masalah besar, tapi cukup untuk membuat Jiyong kesal. Ceritanya, hari ini Jiyong datang ke sekolah seperti biasanya. Pria itu berjalan dengan kedua temannya, menjadi bintang sekolah kemudian menghampiri kekasihnya di kelas dua. Jiyong berbincang dengan kekasihnya di depan ruang kelas Kiko- kekasihnya. Mereka berbincang dan mengabaikan cibiran orang-orang yang bilang kalau Kiko tidak tahu malu. Jiyong tidak peduli kalau Kiko dianggap tidak tahu malu karena berkencan dengan tunangan wanita lain, Jiyong juga tidak peduli kalau ia dianggap sebagai pria berengsek yang berselingkuh di depan tunangannya sendiri.
Sampai di jam istirahat, tidak ada yang berbeda, semua berjalan seperti bagaimana mestinya- selain cibiran orang-orang yang harus Jiyong abaikan. Toh orang-orang yang mencibir itu tidak pernah berani bicara langsung pada Jiyong, mereka hanya orang-orang bermuka dua yang memuji Jiyong di depan wajah pria itu dan menggunjingkannya di belakang punggungnya. Akan tetapi, di akhir jam istirahat, di saat seorang guru matematika hendak masuk ke kelas Jiyong, guru itu bertanya "Jiyong-ah, dimana Lisa? Dia tidak masuk sekolah hari ini, padahal ini baru hari kedua, apa dia sakit?"
Sebuah pertanyaan singkat itu sukses saja membuat Jiyong kesal sepanjang sisa harinya. Jiyong tidak kesal karena dicibir atau digunjing, namun pria itu langsung kesal karena guru dan pertanyaannya. Jiyong tidak mengerti kenapa ia harus tahu dimana Lisa dan apa yang sedang gadis itu lakukan. Jiyong tidak bisa menerima kenyataan kalau apapun Lisa lakukan, selalu saja dihubungkan dengannya. Sejak mereka kecil ia sudah menjaga Lisa dari segala kecerobohannya, dulu ia menikmati itu, namun setelah mereka resmi di jodohkan, Jiyong membencinya.
"Kenapa anda bertanya padaku guru Lee?" balas Jiyong, membuat Tablo Lee- guru matematikanya- hanya tersenyum dan lagi-lagi membuat Jiyong kesal dengan jawabannya.
"Dia tunananganmu, jadi kau tidak tahu alasan dia tidak sekolah hari ini?" jawab Tablo, tentu sukses membuat Jiyong mengumpat di dalam hatinya selama sisa pelajaran itu.
Keesokan harinya, di Rabu pagi yang sedikit mendung Lisa tiba di sekolah seolah itu adalah hari keduanya sekolah. Gadis itu turun dari mobil mewahnya, dengan kemeja putih dan rok sekolahnya juga sepasang sepatu pantofel putih yang terlihat begitu manis di kakinya. Sebuah ransel berukuran sedang yang hanya berisi satu buku catatan dan kotak pensil tergantung sempurna di kedua bahunya.
Dari gerbang depan sekolah, Lisa turun dari mobilnya kemudian berjalan masuk ke sekolah. Ia menyapa Hanbin dan gerombolannya yang masih duduk-duduk di depan gerbang sekolah- mungkin sedang menyusun rencanakan untuk bolos- kemudian menyapa si ketua OSIS yang baru saja datang dan terakhir ia menyapa tiga bintang sekolah yang sedang menunggu kedatangan pangeran-pangeran di halaman sekolah. "Lisa-ya, kenapa kau tidak datang ke sekolah kemarin?" tanya Taeyeon, usai Lisa tersenyum kepada mereka bertiga yang sedang duduk di halaman sekolah.
"Bagaimana kau tahu kalau aku tidak sekolah kemarin, eonni?" tanya Lisa yang harus menghentikan langkahnya seperti ketika Hanbin mengajukan pertanyaan yang sama tadi.
"Guru Lee membicarakanmu di kelas, dia bertanya pada Jiyong apakah kau sakit atau tidak," jawab Yoona, si publik figur yang sebenarnya jarang datang ke sekolah karena kesibukan syuting dan pemotretannya. Akhir-akhir ini ia sedang tidak punya pekerjaan sehingga Lisa bisa melihatnya berkali-kali di sekolah. "Kenapa kau tidak sekolah?"
"Tidak ada alasan khusus, hanya tidak ingin datang ke sekolah,"
"Ah... Karena Jiyong berkencan dengan Kiko dari kelas dua?" celetuk Jessica membuat Lisa langsung tersadar kalau ia baru saja memberikan jawaban yang salah. Lisa sama sekali tidak tahu mengenai kabar kencan itu dan cara Jessica menatap Lisa sekarang membuat Lisa merasa baru saja di remehkan. Tatapan Jessica seolah mengatakan kalau Lisa hanyalah seorang gadis yang disia-siakan tunangannya.
Lisa sempat terdiam, sempat kesal karena Jessica terlihat meremehkannya. Namun hal selanjutnya yang Lisa lakukan hanya tersenyum dan berpamitan untuk melangkah menjauh. Gadis itu kembali berjalan ke dalam sekolah, hendak masuk ke dalam kelasnya di lantai dua dan di tangga menunggu lantai dua ia berpapasan dengan Jiyong yang akan melangkah turun.
Lisa melihat Jiyong, begitu juga dengan Jiyong, keduanya sempat berbalas tatap namun Lisa memilih untuk mengabaikan Jiyong dan tetap berjalan menuju ke kelasnya. Ego seorang anak sekolah membuat Lisa memilih untuk menghindari pria yang terus saja mempermalukannya. "Kenapa kau tidak menjawab panggilanku kemarin?" tegur Jiyong, ia raih lengan gadis yang mengabaikannya itu kemudian menarik Lisa dan membuat gadis itu membalas tatapannya.
"Oppa menelponku? Kenapa? Ada yang ingin oppa katakan padaku?" tanya Lisa, ia sembunyikan rasa kesal di dadanya sembari berharap Jiyong akan memberitahunya kalau rumor yang baru saja Jessica katakan tidaklah benar. Aku tidak berkencan dengan Kiko, jangan mempercayai rumor yang di katakan orang-orang– Lisa harap itulah yang akan Jiyong katakan padanya. Setidaknya walaupun Jiyong mengatakan itu hanya demi sebuah sopan santun belaka, Lisa akan sangat menghargainya.
"Kemana kau kemarin? Kalau kau tidak ingin datang ke sekolah, hubungi wali kelasmu jangan menggangguku dengan membuat guru-guru menanyakanmu padaku. Kau pikir aku pengasuhmu? Aku muak kalau harus mengurusmu dan kecerobohanmu terus-menerus," lanjut Jiyong yang lantas melepaskan tangan Lisa dari pegangannya. Jiyong terlihat begitu serius sedang Lisa perlahan-lahan mulai menunjukan raut wajah terluka miliknya.
Jiyong melangkah pergi setelahnya, meninggalkan gadis yang terluka akibat kata-katanya. Disaat Jiyong berjalan menjauh itu, Lisa justru masih terdiam di tempatnya. Gadis itu terluka, sangat dalam, namun satu hal yang membuat luka itu terasa semakin mengerikan adalah ia yang tidak bisa mengatakan apapun. Sebesar itukah kebenciannya kepadaku– pikir Lisa sementara beberapa orang asik menontonnya.
"Lisa-ya..." tegur seorang gadis– Kim Jisoo yang hendak melewati deretan anak tangga itu. "Apa kau sakit?" tanya gadis itu karena Lisa yang hanya di tempatnya berdiri. Masih ada banyak celah di tangga sekolah itu, Jisoo masih bisa melewati Lisa tanpa harus menabraknya. Tapi, melihat Lisa yang hanya diam di tangga dengan air mata menggenang di pelupuk mata, Jisoo tidak bisa mengabaikannya begitu saja.
"Ya, aku akan ke kesehatan selama mata pelajaran pertama, tolong beritahu guru nanti," jawab Lisa, ia tidak menatap Jisoo, gadis itu memalingkan wajahnya demi sedikit sisa harga diri yang ia miliki kemudian berlalu, meninggalkan Jisoo dan melarikan diri ke ruang kesehatan.
Di jalan menuju ruang kesehatan, Lisa berpapasan dengan Jennie juga Rose, teman sekelasnya, kedua gadis itu memanggil Lisa, menyapanya, namun gadis itu hanya memberi mereka seulas senyum yang dipaksakan. "Ada apa dengannya?" tanya Rose, ia tengah berdiri di depan kelas ketika Lisa lewat di hadapannya dan melewatinya begitu saja. "Kemarin dia tidak sekolah dan sekarang akan ke ruang kesehatan? Dia sakit sungguhan? Kita harus memberitahu Jiyong oppa, bukan begitu?"
"Ayo cari Seunghyun oppa lebih dulu," balas Jennie membuat Rose menaikan alisnya sedikit bingung. "Tanyakan dimana Jiyong oppa pada Seunghyun oppa, agar aku punya alasan untuk bicara pada Seunghyun oppa," lanjut Jennie setelah melihat wajah bingung Rose yang butuh penjelasan.
"Wah... Bagaimana bisa kau tega memanfaatkan Lisa untuk hubunganmu sendiri? Ayo cari Seungri oppa dulu di ruang musik, aku juga butuh alasan untuk bicara padanya," balas Rose yang justru punya ide sama buruknya dengan Jennie.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Klise
FanfictionKisah si pangeran sekolah yang akhirnya jatuh hati pada si upik abu penerima beasiswa, sudah terlalu klise, bukan begitu? note : terinspirasi dari K-Drama Extraordinary You