17

1.8K 287 22
                                    

***

"Dimana kita?" tanya Jiyong, setelah ia dan Lisa turun dari taksi di depan sebuah gang sempit. Siang ini, Lisa memakai sebuah kaos kuning yang ujungnya sengaja ia masukan kedalam celananya, sedang Jiyong masih memakai kaos hitamnya dengan sebuah kemeja biru yang ia sampirkan di bahunya. Hari terlalu panas untuk memakai dua baju sekaligus. Di atas sepatu kets masing-masing, kedua anak sekolah menengah itu berdiri membelakangi pantai dan menatap lurus ke dalam gang sempit yang tidak terlihat istimewa itu.

"Tidak tahu, supir taxi tadi bilang kalau kita hanya perlu berjalan lurus kesana, lalu berbelok ke kiri,"

"Kanan," ralat Jiyong dan Lisa hanya tersenyum kikuk di tempatnya.

"Itu maksudku, ayo jalan saja... Toh kalau tersesat kita hanya perlu mencari taksi dan kembali ke hotel, tidak ada yang perlu di takutkan," ucap Lisa yang lantas mendahului Jiyong melangkah ke dalam gang sempit itu. "Ah iya! Bukan aku yang memulai pertengkaran tadi, jangan salah paham... Gadis jahat itu yang lebih dulu mendorongku," lapor Lisa, meluruskan sesuatu yang ia anggap sebagai kesalahpahaman.

"Aku tahu-"

"Lalu kenapa kau marah padaku?" tanya Lisa, yang kini berjalan mundur agar dapat menatap Jiyong dan menilai ekspresi pria itu.

"Aku tidak marah, aku tidak mengatakan apapun tadi,"

"Kau menatapku dengan wajah marahmu, kau menarikku menjauh dari gadis jahat itu, kau menyuruhku berhenti,"

"Aku tidak menatapmu tadi, kau saja yang tiba-tiba muncul di depanku saat aku sedang menatap Jessica. Lagi pula, kalau aku tidak menarikmu, lalu bagaimana caranya aku memisahkan kalian? Aku harus menunggu salah satu dari kalian pingsan? Pakai otakmu... Kalau kau menindih Jessica bagaimana aku bisa memisahkan kalian tanpa menarikmu?" balas Jiyong membuat Lisa kembali berbalik, melihat ke depan, memunggungi Jiyong untuk menutupi wajah senangnya dari pria itu. Lisa tidak ingin terlihat bodoh di depan Jiyong– bodoh karena sempat marah lalu tiba-tiba berubah pikiran karena terlampau senang.

Mereka berjalan sekitar 1 menit lamanya, sampai akhirnya mereka menemukan tempat itu. Setelah berjalan memasuki gang sempit itu dan menoleh ke kanan, mereka bertemu dengan sebuah jalan yang entah seberapa panjang dengan penjual makanan di kanan dan kirinya. "Wah... Aku tidak pernah ketempat seperti ini sebelumnya," komentar Lisa yang masih berdiri memperhatikan semua makanan enak yang di jual para pemilik toko itu.

"Kau punya uang tunai?" tanya Jiyong, membuat Lisa mengikuti kemana arah tatapan pria itu. Semua toko makanan disana hanya menerima pembayaran dengan uang tunai.

"Hanya ada seratus ribu, bagaimana denganmu?"

"Mungkin sekitar dua ratus ribu?" jawab Jiyong sembari mengecek uang di dompetnya.

"Lalu bagaimana? Apa yang bisa kita beli hanya dengan uang tiga ratus ribu?"

"Tidak tahu, mungkin hanya dua mangkuk mie? Aku haus. Ayo beli minum lalu mencari ATM," tawar Jiyong dan Lisa bersedia mengikuti rencana Jiyong.

"Heechul oppa bilang di tempat wisata harga-harga dinaikan, dia bilang kita boleh menawar kalau tidak punya uang. Haruskah kita mencobanya?" saran Lisa sebelum kemudian mereka berdiri di depan kedai jus.

"Aku pesan satu jus apel dan satu jus- apa yang kau inginkan?" tanya Jiyong dan Lisa memutuskan untuk hanya memesan air mineral. Gadis itu khawatir uang mereka tidak cukup karena tidak ada daftar harga disana.

"Kenapa oppa tidak bertanya harganya lebih dulu? Bagaimana kalau uang kita kurang? Kita akan dimarahi," protes Lisa yang dengan gugup memainkan tali tas bahunya.

"Haruskah aku bertanya sekarang? Bagaimana cara bertanyanya?" tanya Jiyong yang sama gugupnya namun tetap berusaha terlihat keren. Bagaimana pun harga dirinya adalah yang paling penting. Hingga pada akhirnya pria itu bertanya mengenai harga belanjaan mereka dan keduanya memekik terkejut. "Sungguh?! Harganya tujuh ribu? Untuk jus dan air mineralnya?! Sepertinya anda salah menghitung-"

"Empat ribu untuk jusnya dan tiga ribu untuk air mineralnya, pelajar, kalian punya uang kan?" tanya si penjual, seorang wanita yang sepertinya masih berusia sekitaran 30 tahun.

"Ne, kami punya uang," jawab Lisa, masih bingung namun tetap memberikan uangnya pada si penjual. "Oppa, kenapa sangat murah? Jus stroberiku tadi saja hampir seratus ribu," komentar Lisa yang lantas mengganti pesanan air mineralnya dengan segelas jus melon.

Siang itu, dengan semua uang yang mereka punya, Jiyong dan Lisa berkeliling membeli semua makanan yang mereka inginkan sembari terheran-heran karena harganya yang murah. "Pantas saja Heechul oppa sering membelikanku makanan walaupun dia bilang dia kehabisan uang, ternyata hanya makanan-makanan ini tidak seberapa mahal. Oppa cicipi ini, Heechul oppa sering membelikanku kue ikan ini, isinya kacang merah," oceh Lisa sembari menunjuk-nunjuk sederetan kue ikan yang masih ada di cetakannya. Kedua anak itu bersenang-senang dengan semua jajanan yang belum pernah mereka makan sampai tanpa sadar uang mereka sudah habis bahkan sebelum mereka dapat membeli makarel panggang yang jadi alasan mereka datang kesana.

Selesai berbelanja dan menghabiskan seluruh uang tunai yang mereka punya, Jiyong berjalan ke arah pantai dengan Lisa di sebelahnya. Ditangan masing-masing kedua anak itu, terdapat dua kantong plastik yang penuh dengan makanan, yang rencananya akan mereka makan di pantai.

Ditengah langkah-langkah kecil mereka menuju pantai, Lisa bertemu dengan seekor anak kucing di dekat tempat sampah. Anak kucing itu terlihat begitu kecil dan sangat rapuh hingga Lisa tidak tahan untuk mengabaikannya. Tanpa mengatakan apapun, gadis itu berjongkok di dekat tempat sampah kemudian mencari sesuatu yang dapat ia berikan pada anak kucing itu. Ia punya dua kotak susu, namun tidak memiliki tempat untuk dijadikan wadah minum si kucing kecil.

"Ya! Kenapa kau makan di depan tempat sampah?!" tegur Jiyong, yang sudah beberapa langkah di depan Lisa. Sebelumnya pria itu tengah bicara, tapi karena Lisa tidak menanggapinya, ia menoleh dan justru melihat Lisa tengah menghabiskan semangkuk puding di depan tempat sampah.

"Aku butuh mangkuknya, tapi tidak bisa membuang pudingnya. Tunggu sebentar," ucap Lisa, dengan mulut penuh puding.

"Kenapa kau sangat menjijikan? Jangan makan disana, cepat kesini!"

"Tunggu sebentar! Apa kau tidak mengerti bahasa manusia?" cibir Lisa, yang akhirnya berhasil menghabiskan semangkuk puding itu kemudian memakai mangkuk itu untuk memberi minum si kucing.

"Heish! Apa yang sebenarnya sedang kau- whoa! Lucunya!" seru Jiyong, yang justru ikut berjongkok di sebelah Lisa untuk melihat si kucing kecil itu. "Aku ingin membawanya pulang,"

"Apa katamu?" tanya Lisa. Gadis itu bahkan tidak berani menyentuh si kucing, tapi Jiyong justru sudah mengusap-usap kepala kucing kecil yang tengah minum itu.

"Aku ingin membawanya pulang," ulang Jiyong, masih tersenyum sembari mengusap-usap kepala kucing liar itu. "Kucing manis, kau ingin pulang bersama oppa?"

"Whoa... Apa kau benar-benar Kwon Jiyong? Kau tidak keracunan sesuatu kan? Kau alergi apel? Atau kacang? Ya! Menakutkan!"

***
Abis ini tamat tapi ga ada epilog. Ga boleh minta epilog.

KliseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang