14

1.7K 299 14
                                    

***

Jeju dan matahari adalah perpaduan terbaik diantara yang terbaik. Berjalan di pesisir pantai dengan deru ombak dan sinar matahari sore terasa begitu menyenangkan, bagi Lisa juga bagi teman-teman sekolahnya. Dua hari usai insiden sup di kantin, seluruh sekolah pergi berlibur ke Pulau Jeju. Sebuah pesawat di sewa untuk mengangkut semua orang dan tiga bus menjadi alat transportasi mereka selama di Jeju.

"Tsk... Kenapa gadis itu ikut kesini? Benar-benar merusak suasana," keluh Jennie– mencibir Jisoo yang tengah bicara pada Seunghyun. Jisoo tengah berterimakasih karena di izinkan ikut perjalanan sekolah itu, sedang Lisa dan Jennie berdiri menonton mereka.

"Rosie! Aku ikut!" seru Lisa, mengabaikan keluhan Jennie dan bergegas menarik kopernya mengejar Rose yang tengah berfoto di depan bandara.

Rose dan Jennie memang sering sekali membuat Lisa kesal, tapi di sekolah kedua gadis itu tetaplah teman-teman terdekat Lisa. Setidaknya bergaul dengan Jennie dan Rose masih lebih baik dibanding menjadi karung pasir tiga perundung sejati di sekolah– Taeyeon, Jessica dan Yoona. Kisah ini memang klise, tapi sekolah tidak pernah menjadi neraka untuk Lisa. Bertengkar dan berbaikan sudah menjadi rutinitasnya di sekolah.

"Lisa!" teriak dua orang sekaligus, seolah ia tengah berdiri di antara dua pilihan sulit, kini Lisa sedikit bingung karena dua orang di sisi kanan dan kiri yang memanggilnya– Shin Sekyung di sisi kanan, kan Choi Seunghyun di sisi kiri.

"Ya! Senang bertemu denganmu disini!" seru Shin Sekyung. "Dambi-ya! Kemarilah!" lanjut gadis itu, ia lambaikan tangannya ke segerombolan wanita yang hanya berjarak 10 langkah dari mereka sembari melangkahkan kakinya mendekati Lisa.

"Eonni, apa yang kau lakukan disini?" lanjut Lisa, mengabaikan Seunghyun dan balas menyapa wanita yang mendekatinya itu. "Aku tidak melihatmu di acara Heechul oppa kemarin, Dambi eonni juga tidak ada," lanjut Lisa, memberikan sebuah pelukan hangat kepada dua gadis yang sekarang berdiri di hadapannya– Sekyung dan Dambi.

"Aku kesini, Heechul tidak bilang? Wah... Dia pasti melupakanku, kepalanya harus di pukul," ucap Dambi disusul kekehan kecil dari Lisa dan Sekyung. "Kau datang untuk field trip sekolahmu?"

"Ya, baru saja landing tapi masih harus menunggu bus," jawab Lisa yang lantas menunjuk punggung Jiyong– pria itu tengah berdiri diantara tiga orang gadis, berada sekitar lima belas langkah dari tempat Lisa saat itu. "Itu, tunanganku yang luar biasa menyebalkan itu,"

"Yang di lehernya itu tattoo?" tanya Sekyung dan Lisa menganggukan kepalanya. "Anak sekolah di izinkan mentattoo tubuhnya? Wah... Sekolahmu benar-benar luar biasa,"

"Walaupun hamil 9 bulan, kami tetap bisa datang ke sekolah seperti biasanya. Sekolahku bukan sekolah, tapi tempat penitipan anak,"

"Semua hal diizinkan selama orangtuamu kaya raya," komentar Dambi membuat Sekyung langsung menggelengkan kepalanya– merinding. "Aku tidak ingin menjadi guru di sekolahmu, jiwa iri dan dengki dalam diriku akan memberontak nanti," gumam Sekyung kemudian.

"Haha beritahu aku kalau eonni berubah pikiran, temanku adalah putra pemilik sekolah, dia bisa memberimu pekerjaan di sekolahku kalau eonni lulus semester depan," lanjut Lisa yang sekarang justru menunjuk Seunghyun dengan jemari. "Oh! Astaga! Ya! Kenapa kau melihatku seperti itu?!" pekik Lisa, sedikit terkejut karena Seunghyun ternyata tengah menatapnya dari jarak yang lumayan dekat.

"Hanya ingin?" jawab Seunghyun sembari menaikan bahunya. "Dengan siapa kau bicara? Sepertinya mereka bukan siswa sekolah-"

"Sejak kapan kau hafal siswa sekolah kita? Mereka berdua siswa di kelasku!"

"Sungguh?! Aku tidak tahu di sekolah kita ada gadis seksi-" seru Seunghyun, yang sekarang melangkah mendekati Lisa namun ia harus berhenti karena ditertawakan oleh Lisa dan dia temannya.

"Sudah ku bilang kau seharusnya tidak kalah permainan semalam," ledek Dambi di saat ia menyadari kalau sedari tadi teman Lisa itu sibuk memperhatikan tubuh Sekyung yang terbalut pakaian minim– sebuah sport bra dengan celana hitam dan blazer hitam tanpa kancing.

"Wah... Permainan kalian semakin kejam saja eonni," komentar Lisa yang lantas memperkenalkan Seunghyun kepada dua teman mahasiswanya.

"Ahh... Mereka mahasiswa di Universitas- tunggu... Sungguhan? Ku pikir di kampus itu hanya ada orang-orang kutu buku dengan kacamata dan buku-buku tebal, berjerawat, tidak terawat-"

"Wahh... Tahan dulu tuan muda... Kau pikir gadis pintar tidak boleh cantik? Heish... Kau harus berkunjung ke kampus ku sekali-kali. Lisa-ya... Ajak dia datang bersamamu sekali-kali," potong Sekyung membuat Seunghyun yang sebelumnya terlihat sangat tinggi dan hebat di sekolah, tiba-tiba mengecil. "Apa kau tidak tahu kalau Choi Siwon si tuan kaya raya itu juga kuliah di kampus yang sama denganku?"

Seunghyun akan menjawab ucapan Sekyung yang terkesan merendahkan itu, Lisa juga hendak melerai mereka, namun teman-teman Sekyung sudah lebih dulu menginterupsi– beberapa gadis berteriak memanggil Sekyung dan Dambi karena mereka harus bergegas mengejar pesawat.

"Ya! Kau pindah ke bus tiga, ayo!" titah Seunghyun setelah membiarkan Lisa melambaikan tangan pada dua temannya. Tapi di detik berikutnya, ia menarik Lisa untuk bergegas masuk ke bus tiga, bersama Jiyong serta teman-teman sekelas mereka lainnya.

Lisa menolak, namun pegangan Seunghyun terlalu kuat untuk bisa Lisa lepaskan. Lagi pula, berada di bus manapun bukan masalah untuk Lisa– selama Jiyong tidak tiba-tiba kesal karenanya. "Apa yang kau lakukan disini?" tanya Jiyong, yang sudah lebih dulu duduk di dalam bus tiga ketika Seunghyun memaksa Lisa untuk duduk di sebelahnya– di dalam bus yang hanya berkapasitas 23 orang dengan dua baris kursi di bagian kanan dan satu baris kursi di bagian kiri. Setiap kursi di bus itu hampir semewah kursi-kursi di pesawat kelas bisnis.

Karena kehadiran Lisa, Seunghyun yang seharusnya duduk dengan Jisoo menukar kursinya dengan Seungri. Di dalam bus itu, Seunghyun duduk berdua dengan Lisa kemudian Jiyong duduk di sebelah Lisa, sendirian dengan sebuah jalan yang membatasi mereka. Sedang Jisoo berpindah kursi dan duduk bersama Seungri di belakang Seunghyun dan Lisa.

"Augh... Dia bahkan mengikutinya sampai kesini, ini namanya menguntit, bukan hanya sekedar cinta sepihak," cibir Jessica, yang duduk sendirian di depan Jiyong. Gadis itu ingin duduk bersama Jiyong, namun Jiyong memilih untuk duduk sendirian di kursi single. "Seorang gadis tidak tahu diri yang terus menempel pada majikannya dan seorang lagi gadis gila dengan-"

"Aku tidak menguntitnya! Heish! Aku akan kembali ke busku saja!" protes Lisa namun Seunghyun menahannya.

"Ya! Jessica! Tutup mulutmu, apa kau tidak bisa mengatakan hal lain selain omong kosong?" balas Seunghyun, demi mempertahankan Lisa agar tetap di sisinya.

"Apa yang sebenarnya kau inginkan? Biarkan Lisa kembali ke busnya," susul Jiyong, sebelum ia kena masalah karena Lisa bertengkar dengan Jessica. Dalam kasus Jisoo, Jessica memang sosok perundung yang mengerikan. Tapi bagi Lisa, Jessica adalah musuh yang sepadan. Mereka bisa benar-benar bertengkar sampai salah satu dari mereka kehabisan tenaga dan kalah.

"Ini tidak ada hubungannya denganmu, jangan ikut campur," balas Seunghyun, masih enggan membiarkan Lisa pergi. "Jangan melihat kami, urus saja urusanmu sendiri, kenapa kau penasaran dengan bisnis orang lain?" lanjut Seunghyun, membuat Jiyong dan Jessica mendengus kemudian mengalihkan pandangan mereka. Jiyong tidak penasaran dengan apa yang ingin Seunghyun lakukan dengan Lisa. Jiyong meyakinkan dirinya untuk tidak penasaran, namun ia tidak bisa memaksa dirinya untuk berhenti menguping.

"Kenalkan aku pada gadis tadi," bisik Seunghyun, tepat di telinga Lisa karena ia tahu ada banyak orang yang tengah berusaha menguping pembicaraannya. "Jangan berkomentar, atau kau akan merusak rencana pertama kita,"

"Kita bicara lewat pesan saja," balas Lisa yang masih sedikit terkejut dengan apa yang baru saja ia dengar– ah jadi itu tipe ideal seorang Choi Seunghyun, pikir Lisa sembari mengetik sebuah pesan di handphonenya.

***

KliseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang