11

1.8K 316 8
                                    

***

Jam sudah menunjuk pukul 6 ketika Jiyong tiba di alamat yang Lisa katakan. Tempat itu adalah jalanan sepi di depan sebuah gedung kuliah di Universitas Negeri terbaik. Jiyong tidak tahu alasan Lisa berada disana dan ia pun tidak pernah berniat untuk menanyakan alasan itu. Jiyong hanya datang untuk menjemput Lisa dan membawanya untuk makan malam bersama seperti yang ayahnya inginkan. Jiyong enggan keluar dari mobilnya, ia hanya duduk di kursinya- kursi penumpang bagian belakang- namun begitu ia melihat Lisa berjalan sembari berpegangan pada seorang pria, Jiyong langsung keluar dari mobilnya.

Lisa berjalan mendekati mobil keluar Kwon yang sudah tidak asing baginya sembari berpegangan kepada bahu Siwon. Jiyong sedikit membungkukan tubuhnya ketika melihat Siwon, ia menyapa Siwon seolah Siwon berada di posisi yang jauh lebih tinggi darinya. Siwon memang jauh lebih tua dari Jiyong dan hampir semua anak seusia Jiyong menghormati Siwon- si contoh sosok paling sempurna diantara para keturunan konglomerat. Tampan, sopan, cerdas dan punya ratusan prestasi serta koneksi. Hampir semua anak konglomerat di paksa orangtua mereka untuk menjadi sosok idaman seperti Choi Siwon.

"Kenapa dia turun? Agar dia terlihat sopan? Augh bedebah," gumam Lisa disaat ia melihat Jiyong yang begitu sopan di depan Siwon. Siwon yang sedang membantu Lisa berjalan mendengar itu, namun pria itu hanya terkekeh karena ucapan Lisa. "Oppa, dia Kwon Jiyong-"

"Aku tahu, kami sudah beberapa kali bertemu, tidak perlu memperkenalkan kami," potong Siwon yang kemudian mengulurkan tangannya untuk menyapa Jiyong. "Bagaimana kabarmu? Maaf, aku tidak tahu kalau Lisa sedang datang bulan dan perutnya sedikit kram sekarang,"

Jiyong hendak menjawab pertanyaan Siwon, dan Siwon juga hendak membantu Lisa untuk masuk ke dalam mobil, tapi sebuah suara yang luar biasa keras menahan ketiga orang itu. Suara itu berasal dari seorang pria yang berlari menghampiri mereka dengan sebuah megaphone ditangannya.

"Ya! Matikan megaphone-nya!" tegur Siwon sedang Lisa hanya menatap kesal pada pria yang baru saja datang dan mencoba mematikan megaphone ditangannya itu. " Augh! Kau tidak bisa mematikannya, hyung?" lanjut Siwon yang kemudian merebut megaphone itu kemudian mematikannya.

"Kau tidak akan bisa mematikannya," jawab si pria yang kemudian melambaikan tangannya pada sekelompok mahasiswa yang lewat kemudian melemparkan megaphone itu kepada salah satu mahasiswa disana. "Megaphone itu rusak! Keluarkan baterainya dan cari megaphone lain di sekretariat!"

"Kenapa kau membawa megaphone rusak, oppa? Itu benar-benar berisik," komentar Lisa yang akhirnya membuka mulutnya.

"Aku ingin menukarnya ke sekretariat, tapi melihat kalian disini. Kau sudah akan pulang? Mana supir- ah kau di jemput temanmu? Hai, aku Kim Heechul, dan aku tahu siapa namamu, Jiyongie? Iya kan? Senang bertemu denganmu," ucap Heechul yang kemudian mengacak rambut Jiyong. Heechul hanya ingin terlihat ramah, walaupun disaat yang sama ia juga terlihat tengah terburu-buru.

Jiyong menepis tangan Heechul tepat setelah tangan itu secara tiba-tiba menyentuh ujung rambutnya. Jiyong terlihat sedikit terkejut, namun Heechul juga menunjukkan reaksi yang sama. "Astaga! Maaf, ku pikir kau salah satu dari adikku," ucap Heechul, yang juga terlihat terkejut atas sikapnya sendiri.

"Heechul oppa memang sangat ramah, jangan terkejut begitu, kenapa kau sangat kasar?" gerutu Lisa, tidak terdengar dengan jelas namun Jiyong tahu kalau Lisa tengah mencibirnya sekarang- Jiyong sangat tahu kalau Lisa selalu menghinanya.

"Ya! Kau-"

"Jangan bertengkar, kenapa kalian bertengkar seperti anak kecil? Ah kalian memang masih kecil. Itu menggemaskan, tapi biarkan orang dewasa bicara sebentar," potong Heechul sebelum Jiyong sempat membalas ucapan Lisa. Sembari melangkah maju, berdiri diantara Lisa dan Jiyong dan membuat keduanya tidak lagi berhadapan, Heechul bicara pada Siwon. "Aku sedikit terburu-buru sekarang, jadi aku akan langsung saja. Pinjami aku uang, aku harus membeli makanan untuk teman-teman lainnya. Aku akan mengganti uangmu besok, tepat setelah pihak kampus memberiku uang,"

KliseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang