3

1.9K 339 18
                                    

***

"Sialan!" bentak Lisa di atap sekolahnya yang tidak seberapa ramai. Lisa tidak melihat ada seorangpun disana saat ia datang. "Kenapa mereka berhenti kalau tidak ingin menyapaku?! Harusnya mereka berjalan saja dan pura-pura tidak melihatku! Berengsek sialan! Mereka bertiga sedang bersekongkol untuk mempermalukanku sekarang?! Augh sialan!" bentak Lisa yang sengaja meluapkan emosinya di atap sepi itu.

Ditengah teriakan-teriakan gadis itu, tentu saja ada seseorang yang terganggu, seorang pria yang tengah berbaring di atas sebuah bangku semen, yang sebenarnya telah Lisa lihat sejak ia melangkah masuk tadi. "Kau sengaja berteriak seperti itu bukan?" tegur seorang yang tengah berbaring itu, ia bangun dari posisinya, mendudukan tubuhnya di atas bangku semen itu kemudian menatap Lisa yang juga tengah menatapnya.

"Ya, aku sengaja. Kau dengar bukan? Jadi jangan bersikap seolah kau mengenalku. Kita tidak sedekat itu,"

"Tapi kau tunangan sahabatku, walaupun kalian tidak mengundangku ke acara pertunangan kalian," jawab Choi Seunghyun, yang tidurnya terganggu karena omelan Lisa yang disengaja tadi.

"Kalau begitu paksa dia untuk menyapaku juga, jangan menyapaku saat kalian sedang berjalan bertiga lalu dia pergi melewatiku begitu saja! Itu namanya mempermalukanku" protes Lisa, tidak peduli apakah ucapannya masuk akal atau tidak. "Lebih baik kalian bertiga mengabaikanku, daripada mengabaikanku seperti itu!"

"Astaga... Kau benar-benar marah? Kenapa? Jiyong menolakmu lagi? Apa yang dia katakan kali ini? Dia menyebutmu bodoh? Aku tidak suka gadis bodoh sepertimu, enyah lah, begitu?" tanya Seunghyun namun Lisa sama sekali tidak menjawabnya. Bagaimana bisa Lisa mengiyakan pertanyaan itu dan mempermalukan dirinya sendiri? Bahkan membantah ucapan Seunghyun itu justru akan membuat penolakan yang ia terima jadi terlihat semakin jelas. "Kapan dia mengatakan itu? Kapan dia mencamapakanmu?" tanya Seunghyun dan Lisa hanya memalingkan wajahnya, berjalan menuju tepian atap untuk melihat orang-orang yang tengah berkeliaran di halaman sekolah, sekedar berbincang maupun berjalan.

"Kenapa kau peduli? Sejak kapan kita dekat?" tanya Lisa, ia arahkan punggungnya ke dinding di tepian atap, bersandar kesana sembari mengecek notifikasi di handphonenya.

"Tentu saja tidak dekat, kau selalu-"

"Dekati upik abu itu, aku akan membantumu mendapatkannya," potong Lisa sembari melirik wajah Seunghyun yang perlahan terlihat kesal. "Kim Jisoo adalah satu-satunya gadis yang berbeda disini, dia miskin. Dia terlihat tidak berarti untuk pria-pria disini, tapi untuk pria paling berpengaruh di sekolah, Kim Jisoo akan terlihat sangat menarik, karena dia berbeda, kalau kau terlambat, Jiyong atau Seungri yang akan mengambil gadis itu,"

"Aku tidak menyukainya," balas Seunghyun, sama sekali tidak mengerti dengan apa yang Lisa ucapkan. "Kenapa aku harus mendapatkannya? Aku punya gadis lain yang ingin ku kencani,"

"Siapa gadis yang ingin kau kencani, oppa?" tanya Lisa, yang buru-buru berjalan mendekati Seunghyun- gosip asrama seperti ini selalu menarik bagi siapapun. Seunghyun akan menjawab pertanyaan Lisa, namun belum sempat pria itu bersuara handphone Lisa sudah lebih dulu menyela. Sebuah panggilan baru saja masuk ke handphone Lisa dan gadis itu tidak bisa menahan diri untuk segera menjawab panggilan tersebut. Senyum Lisa langsung mengembang karena panggilan itu. Mereka bicara di telepon, tidak sampai lima menit, tapi Lisa sudah terlihat luar biasa senang.

"Siapa itu?" tanya Seunghyun, setelah Lisa selesai bicara di telepon dan kembali menyimpan handphonenya di saku roknya.

"Kalau aku memberitahumu, kau akan membantuku?" tanya Lisa dan Seunghyun menganggukan kepalanya. "Kau setuju? Sungguh? Kau akan membantuku?"

"Bantuan apa yang kau inginkan?" tanya Seunghyun dan Lisa memberitahunya kalau ia ingin Seunghyun membantu menjaga harga dirinya. "Gadis miskin itu? Kenapa kau sangat khawatir tentangnya?" tanya Seunghyun sekali lagi dan Lisa segera memberitahu Seunghyun bagaimana penilaiannya.

Lisa berpendapat- kenapa selalu ada kisah tentang para pangeran sekolah yang jatuh hati pada upik abu sekolah? Itu karena upik abu sekolah punya hidup yang menarik untuk para pangeran sekolah.

"Para pangeran sekolah yang kaya raya sepertimu, hidup dalam kemewahan setiap harinya. Kau tidak pernah bekerja, atau hidup susah seperti si upik abu. Karena itu orang-orang sepertimu yang sering kali kesepian di rumah akan menganggap upik abu itu menarik, dia punya kehidupan yang 100% berbeda darimu, dia punya apa yang tidak kau miliki. Kebahagiaan yang bukan berasal dari barang-barang mewah, rasa senang yang bukan berasal dari kekuasaan. Manusia selalu tertarik pada apa yang tidak mereka miliki,"

"Bagaimana kau bisa berfikir seperti itu?"

"Aku mengamati Jiyong," polos Lisa sembari menoleh ke arah pintu, melihat seorang pria yang baru saja membuka pintu atap itu dan menangkap basah Lisa dan Seunghyun yang sedang duduk bersama. "Kwon Jiyong, kau masih berkencan dengan Park Luna? Si upik abu- maksudku gadis yang mendapatkan beasiswa dari keluargamu itu,"

"Mereka sudah lama putus, kau tidak tahu? Begitu Luna lulus tahun lalu, dan melanjutkan sekolahnya ke sekolah biasa, mereka langsung putus," celetuk Seunghyun sementara Jiyong hanya diam, memperhatikan Lisa dan temannya yang terlihat lebih dekat dibanding perkiraannya. Pantas saja Seunghyun menyapa Lisa pagi tadi– pikir Jiyong saat itu.

"Bagaimana kau tahu? Kau tidak sekolah di sekolah menengah pertama yang sama dengan kami? Kau kenal Park Luna?" tanya Lisa pada Seunghyun, gadis itu ingin membuktikan pada Jiyong kalau bukan hanya Jiyong yang bisa mengabaikan orang lain. Lisa ingin mengabaikan Jiyong dengan cara yang lebih menyebalkan dibanding cara Jiyong mengabaikannya. "Ah tentu saja, Paris bukan tempat yang terlalu jauh untuk kita, tapi seharusnya kau tetap di Paris agar tidak perlu memainkan drama klise bersama si upik abu, bukan begitu, oppa?"

"Ketua OSIS mencarimu," ucap Jiyong, bicara pada Seunghyun dan mengabaikan omong kosong Lisa, membuat gadis itu semakin kesal dibuatnya. "Dia ingin mengajukan beberapa tempat untuk field trip bulan depan," lanjut Jiyong yang kemudian melangkah pergi meninggalkan tempat itu, ia datang ke atap untuk menghirup udara segar, namun keberadaan Lisa di sana membuatnya tidak bisa merasakan udara segar itu.

"Ketua OSIS kita itu Song Mino kan? Anak pemilik galeri seni dan budaya Song?" tanya Lisa dan Seunghyun menganggukan kepalanya. "Ajak aku! Aku ingin bertemu dengannya juga!" seru Lisa, sembari menatap punggung Jiyong yang berjalan semakin jauh. Namun pria itu tidak memberikan respon yang Lisa inginkan. Jiyong yang selalu terlihat kesal, sama sekali tidak merubah raut wajahnya. Seolah keberadaan Lisa saja sudah membuatnya kesal, Jiyong tidak bisa di buat semakin kesal lagi. "Dia tidak akan pernah merasa cemburu padaku, iya 'kan?"

"Saat aku bertemu dengannya dua tahun lalu, di kelas satu, ku pikir dia bukan orang yang berperasaan. Dia selalu dingin dan kasar, tapi dia bersikap baik pada gadis-"

"Ya, aku satu-satunya gadis yang ia perlakukan dengan dingin seperti itu, aku sudah tahu kalau hanya soal itu,"

"Apa perjodohan kalian tidak bisa dibatalkan? Kau seharusnya bisa dapat pria yang lebih baik-"

"Kalau perjodohan itu bisa dibatalkan, dia tidak akan bersikap sekasar itu padaku."

***

KliseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang