5

615 35 0
                                    

Taehyung mendribble bola basket beberapa kali sebelum ring basket di rumahnya bergetar untuk kesekian kalinya. Saat bola oranye itu kembali ke tanah, dengan sigap ia mengejarnya. Bole keburu berpindah ke tangan Jimin. Ia berusaha merebutnya, tapi Jimin langsung melemparkannya ke ring.

“Kau kenapa, Tae? Kau tidak konsen saat bermain. Lihat! Aku bahkan mengalahkanmu dengan mudah.” Kata Jimin sambil kembali memasukkan bola ke ring.

“Siapa bilang aku tak konsen?” balas Taehyung sambil berusaha merebut bola dari tangan Jimin namun lagi-lagi gagal.

“Aku terlalu mengenalmu, Tae,”  jawab Jimin santai.

“Pasti kau sedang memikirkan Jungkook, kan?” tambah Jimin sambil lagi-lagi memasukkan bola ke ring.

Alih-alih menjawab, Taehyung berlari kecil untuk mengecoh Jimin.

Berhasil!! Ia berusaha memasukkan bola ke ring, tapi Jimin yang gesit berhasil merebutnya. Jimin tidak memasukkan bola ke ring, tapi membawanya ke teras rumah Taehyung. Ia langsung merebahkan diri di lantai. Taehyung mengikuti sahabatnya.

“Kenapa lagi si Jungkook?” tanya Jimin menatap Taehyung.

“Aku sekelompok dengannya untuk tugas membuat karya tulis. Aku agak takjub juga kenapa bisa satu kelompok dengannya, tapi itulah yang terjadi. Han ssaem membaginya sesuai nomor absen. Entah bagaimana ceritanya, aku dan Jungkook jadi sekelompok karena pembagian itu.”

Jimin bersiul menggoda  “Sepertinya pada tahun ini, kau mendapat banyak kesempatan untuk mendekatinya. Sekelas, ketua dan wakil, ekskul yang sama, dan sekarang sekelompok.”

Taehyung menggaruk kepalanya yang tak gatal.

“Sepertinya sih memang begitu, tapi kenyataannya tidak semulus itu. Kau tidak tahu bagaimana murkanya Jungkook waktu dia tahu harus sekelompok denganku. Aku sempat melirik wajahnya waktu Han ssaem membacakan nama-nama anggota kelompok, dan begitu mendengar namaku, mukanya langsung kaget. Tak lama kemudian berubah jadi marah. Aku bingung harus melakukan apa untuknya. Sepertinya dia anti sekali padaku.”

Jimin tertawa keras “ya jelaslah dia anti denganmu. Kau sendiri yang selalu mencari masalah dengannya. Kan dari awal sudah ku katakan, strategimu mendekati Jungkook salah total. Sekarang coba kau pikir, mana mungkin sih dia bisa menyukaimu yang jelas-jelas menyebalkan dan selalu mencari masalah dengannya? Seperti yang pernah ku bilang, benci jadi cinta itu bullshit, Tae!”

Taehyung terdiam, tampak berpikir keras.

“Kalau mendekati seseorang, pakai cara biasa saja. Deketin dengan mempromosikan semua kebaikanmu. Bukan malah sepertimu. Kayaknya justru semua kejelekanmu yang kau pamerin ke Jungkook.”

Taehyung melirik Jimin dengan jengkel. Padahal sudah berulang kali ia memberitahukan alasannya kenapa ia sampai berbuat seperti itu, tapi sahabatnya yang satu ini tetap tidak mengerti. Taehyung menarik napas panjang, memilih tidak mendebat Jimin.

“Kalau seperti ini terus, aku tak mungkin bisa jadian dengan Jungkook,” gumam Taehyung sebal.

Jimin terkikik. “Dasar cupu! Masa cuman gara-gara Jungkook kau sampai seperti ini?”

Taehyung melirik Jimin dengan sinis. “Dasar playboy! Lihat saja kau kau benar-benar jatuh cinta pada seseorang nanti. Aku orang pertama yang akan menertawakan sikap konyolmu!”

“Sayangnya itu tak mungkin terjadi. Daripada sibuk membayangkan sesuatu yang tak kan pernah terjadi, mending kau bereskan saja urusanmu yang jadi ribet karena ulahmu sendiri.”

“Kau kan sahabatku, bantuin lah!”

“Aku mau membantu bagaimana? Kau sendiri tidak pernah ingin mendengarkan saranku.”

“Memangnya kau punya saran bagus?”

“kapan sih aku tak punya saran bagus?”

“Kenapa kau tidak bilang!”

“Yak!! kau kan tidak bertanya. Kalau tadi aku tidak menebak kalau kau punya masalah, kau juga pasti tidak akan cerita!”

“Yasudah! Apa saranmu?”

Jimin duduk bersila, lalu mengambil bola basket dan memainkannya.

“ Sebenarnya sih gampang, Tae. Apalagi sekarang kau punya banyak kesempatan untuk dekat dengannya. Kau tinggal cari waktu yang tepat untuk bilang ke Jungkook kalau kau sebenarnya suka padanya, dan mengaku bahwa semua hal menyebalkan yang kau lakukan selama ini hanya untuk menarik perhatiannya.”

Taehyung membelalak mendengar saran Jimin. “Aku mengaku ke Jungkook bahwa aku menyukainya? Kau gila!”

Jimin mengernyit heran. “Apa salahnya?”

“Kalau sekarang aku melakukan itu, pasti akan ditolaknya mentah-mentah, bantet! Harus ada taktik dulu sebelum aku menembaknya!”

Jimin mendengus keras. “Tak usah bicara soal taktik! Dah kebukti kalau kau payah dalam hal itu. Dan Yak!! Jangan memanggilku bantet!” keduanya terdiam.

Hate You! Love You!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang