Sebenarnya Jungkook tidak percaya dengan yang namanya kebetulan. Tapi hari itu ia terpaksa percaya. Sayangnya, bukan kebetulan yang menyenangkan, melainkan kebetulan yang berupa bencana di sekolah.
Jungkook hampir tidak bisa mempercayai pendengarannya ketika Han ssaem membacakan nama anggota kelompoknya untuk tugas karya tulis yang berpengaruh besar dalam nilai akhir tahun. Saking tidak percayanya, ia sampai melirik Bambam untuk mengonfirmasi apa yang barusan didengarnya. Tapi ekspresi Bambam menunjukkan bahwa apa yang didengar Jungkook memang benar.
“bagaimana bisa hal ini terjadi. Aku dan Taehyung satu kelompok? Yang benar saja.. astagaa!!” bisik Jungkook geram.
Bambam mengangkat bahu sambil meringis. Dia tahu besar kebencian Jungkook pada Taehyung, dan hasil pembagian kelompok barusan sulit membuat Bambam tidak meringis. “Mungkin kau dan Taehyung masih diberi kesempatan oleh Tuhan untuk berbaikan.” Jawab Bambam sambil nyengir lebar.
Jungkook melotot mendengar jawaban sahabtnya. Ia mencuri pandang ke arah Taehyung. Wajah namja itu muram, sepertinya sama tidak sukanya mendengar pembagian kelompok dari Han ssaem. Jungkook membuang napas panjang. Yah, paling tidak bukan hanya dirinya yang menderita hari ini.
“Menurutmu, topik apa yang paling pas buat diangkat sebagai karya tulis ini?” tanya Jungkook.
Bambam mengernyit “Kook, perasaan tugasnya baru dikasih kurang dari sepuluh menit yang lalu. Mana mungkin aku sudah punya ide? Lagian, kalaupun ada, lebih baik aku pakai untuk kelompokku sendiri kan?”
Jungkook setengah mendengarkan omelan Bambam karena sibuk melirik Taehyung lagi. Taehyung tampaknya sedang berpikir keras. Sekalipun tidak tahu pikiran Taehyung, Jungkook yakin namja itu sibuk mencari tema seperti dirinya. Jungkook tahu benar Taehyung tidak mau kalah darinya. Dan sebaliknya, ia pun tidak sudi kalah dari Taehyung.
Aku harus menemukan topik istimewa sebelum berkumpul dengan kelompokku nanti! Batin Jungkook penuh tekad.
Bambam kemvali melirik sahabatnya. Ketika menyadari sahabatnya sedang berpikir dan jelas-jelas tidak ingin diganggu, Bambam mengangkat bahu dan kembali mengalihkan pandagannya pada Han ssaem.
.
.
.
Jungkook memandang kantin dengan sebal. Banyak bangku kosong karena hanya ada segelintir siswa. Dengan tak sabar ia melirik arloji. Pukul dua lewat lima menit. Seharusnya lima menit lalu Taehyung dan lisa sudah berada disana untuk membicarakan karya ilmiah kelompok mereka.
Jungkook mengetukkan jari ke meja kantin dengan bosan. Saat melihat Taehyyng berjalan ke arahnya, ia buru-buru memasang tampang galak. “Lama sekali sih datangnya? Dasar tidak bisa menhargai waktu!” omel Jungkook, bahkan sebelum Taehyung sempat duduk dihadapannya.
Taehyung menoleh ke kanan dan kiri, lalu menatap Jungkook “kau berbicara denganku?” tanyanya santai.
“Kalau bukan denganmu, lalu dengan siapa lagi? Memangnya ada orang lain disini?” balas Jungkook geram.
Taehyung mencibir. “Justru kau yang terlalu tepat waktu. Aku kan bilang, berkumpulnya jam dua, tapi setelah makan siang. Dan ini juga baru lewat lima menit. Lagipula Lisa saja belum datang.”
“Lima menit itu tetap berharga, tahu!”
Taehyung menggeleng pasrah. “Terserahmu saja. Aku lagi malas berdebat, apalagi untuk masalah yang tidak penting seperti ini. Lebih baik cepat kita selesaikan diskusi ini, agar bisa cepat pulang”.
“Aku juga maunya seperti itu. Makanya kalau mau cepat pulang lain kali jangan telat!”
Taehyung baru akan membuka mulut saat suara Lisa yang riang menyapa mereka berdua.
“Hai, udah ada semua. Aku telat ya?” tanya Lisa sambil memamerkan senyum.
Jungkook melihat Lisa dengan kesal. “Duduk, Lis. Kita bahas hal-hal penting supaya bisa cepat pulang.”
Senyum Lisa perlahan memudar., apalagi saat melihat raut wajah Taehyung maupun Jungkook. Tanpa banyak bertanya, ia duduk di sebelah Jungkook. Begitu Lisa duduk, Jungkook mengeluarkan notes dan alat tulis.
“Untuk tugas kali ini aku mau mengambil topik tentang pentingnya menyeimbangkan otak kiri dan otak kanan dalam kehidupan sehari-hari.”
Jungkook baru akan menjelaskan alasan pemilihan topiknya tapi dengusan tak sabar Taehyung membuyarkan niatnya. Dengan sinis Jungkook menatap Taehyung.
“Tidak. Aku tidak setuju. Lebih baik, tentang pengaruh pendidikan informal terhadap seseorang saja.”
“Aku belum selesai bicara, Tae!”
“Tapi aku sudah tidak setuju, jadi untuk apa kau meneruskan bicaramu? Mendingan hemat suara, iya kan?”
Jungkook melotot pada Taehyung.
Taehyung balas melotot tak terima. “Kenapa? Tidak terima? Ini kan kerja kelompok, jadi harus ada diskusinya. Jangan seenaknya saja menentukan topik,” kata Taehyung berang.
Jungkook pura-pura tak mendengar protes Taehyung. Dengan angkuh ia menatap Lisa. “Kau lebih setuju dengan topikku atau topik Taehyung? Atau, kau juga punya topik sendiri?”
Lisa menatap Jungkook dan Taehyung bergantian. Jujur saja, sebenarnya ia belum punya ide sama sekali tentang topik karya tulis mereka. Tugasnya saja baru diberikan lima jam lalu, mana mungkin bisa berpikir secepat itu? Lisa heran, kenapa Jungkook dan Taehyung sudah punya topik.
“Mm.. aku.. aku.. sebenarnya aku belum punya ide. Tugasnya juga baru dikasih tadi siang kan.. jadi..” kilah Lisa takut-takut.
“Oke, kalau kau belum punya ide, tidak masalah. Tapi menurutmu, lebih baik ide ku atau ide Taehyung?” desak Jungkook.
Untuk kedua kalinya Lisaa melirik Jungkook dan Taehyung bergantian. Keduanya menatapnya tak sabar. Mulanya Lisa sangat senang bisa sekelompok dengan dua teman langganan 10 besar ini, rapi dalam beberapa menit ini ia harus melarat perasaannya. Sepertinya bekerja dengan kedua orang ini banyak masalah. Apa yang harus dipilihnya? Baik Jungkook maupun Taehyung tampak tidak begitu bersahabat siang itu.
“Mm.. topik kalian sama-sama bagus. Aku bingung kalau harus disuruh memilih. Begini saja. Kita cari ide lagi mulai hari ini. Lalu kumpul besok buat voting. Kalau hari ini aku belum siap.
“Tidak bisa. Karya tulis ini waktunya cuman dua bulan. Belum lagi tugas-tugas lain. Jadi kita harus kerjakan secepatnya.” Tolak Jungkook tak sabar.
“Ck. Kook, apa salahnya menunda satu-dua hari?” sahut Taehyung.
Jungkook kembali melotot ke Taehyung. “Aku bukan orang yang suka menunda-nunda pekerjaan!”
“Apa gunanya nentuin sekarang tapi hasilnya nanti tidak maksimal? Lebih baik besok saja, saat datanya sudah lebih lengkap, otomatis kita votingnya juga akan lebih mantap.”
Lisa mengangguk setuju.
Jungkook manyun. “Baiklah, besok kalau begitu. Hari ini kita cari ide selengkap-lengkapnya, besok kita voting sekaligus pembagian tugas.” Katanya tanpa mau dibantah.
Lisa menggangguk cepat, sementara Taehyung langsung berdiri dan meninggalkan kedua temannya.
“Kau langsung pulang, kook? Kalau iya, sama-sama ke gerbang ayo!” tawar Lisa
Jungkook melirik Lisa sejenak, lalu mengangguk pelan sambil berdiri menyampirkan tas. “Ayo. Tambah lama disini membuatku muak. Lebih baik cepat pulang saja.”
Sambil berjalan Lisa menatap Jungkook penasaran. “Kook, kenapa kelihatannya kau benci sekali dengan Taehyung? Bukannya Taehyung baik? Lucu juga orangnya.”
Jungkook langsung menatap Lisa dengan sengit. “Baik? Lucu? Amit-amit. Menyebalkan begitu dibilang baik!”
“Memangnya dia pernah melakukan apa padamu, kook? Sampai sebegitu bencinya.”
“Yak! Kau membelanya?”
Lisa tertawa kecil. “Tidak juga, aku hanya heran saja melihat kalian. Seperti anjing dan kucing. Apalagi tadi, aku sampai ingin kabur saja melihat kalian berdua ngotot seperti tadi.”
“Hah sudahlah, tak usah membahasnya”
“Oke. Daripada kena semprot, aku diam saja. Tapi hati-hati lho kook, jangan terlalu benci sama Taehyung. Nanti kena batunya, jadi cinta setengah mati.”
Jungkook bergidik ngeri “Amit-amit!”
“Lho, kenapa? Dia tampan dan kau cantik. Dah, cocok kalian.”
“Aku tampan Lisa”
“Kau tampan sekaligus cantik kook, kau uke tercantik disekolah ini”
“Yak!!” Jungkook cemberut. Tambah kesal dia.
Lisa tertawa melihat sikap Jungkook. “Jemputanku sudah datang. Pulang duluan ya, kook”
Lisa melambai ke Jungkook dan Jungkook membalas sekadarnya. Jungkook menatap sekeliling, mencari Lee ahjussi, sopir yang sudah mengabdi lima tahun di keluarganya. Dari kejauhan ia melihat Lee ahjussi sedang mengawasi bocah 10 tahun yang langsung berlari mendekati Jungkook begitu melihatnya.
Jungkook melambai bersemangat pada Jihoon, adik satu-satunya. Begitu Jihoon tiba di depannya, Jungkook langsung mengacak rambutnya dengan perasaan sayang. “Jihoon, kenapa ikut kesini?” tanya Jungkook lembut.
Jungkook belum sempat mendengar jawaban adiknya saat sura yang paling dibencinya terdengar tepat di belakangnya.
“Heh, gendut!”
Jungkook menoleh kesal, menatap Taehyung segarang yang ia bisa. “Apa!! Kenapa sih, kau selalu menggangguku?”
“Aku juga terpaksa, tahu! Kembalika bukuku!” kata Taehyung sewot.
“Buku apa? Kapan aku meminjam bukumu?”“Di kantin tadi, kau menyambar bukuku saat kau ingin memasukkan bukumu ke dalam tas.”
Jungkook mendengus tidak percaya. Dengan gusar ia membuka tas, mencari buku yang dimaksud Taehyung. Saat menemukan buku asing di tas, ia buru-buru mengeluarkan dan menyerahkannya kasar ke Taehyung.
“Lain kali kalau mau pinjam, bilang saja,” kata Taehyung penuh kemenangan.
“Amit-amit! Nanti justru aku harus buru-buru mencuci tas soalnya kemasukan benda asing yang pemiliknya menyebalkan sepertimu!”
Taehyung menggeleng sambil nyengir. Kadang Jungkook memang berlebihan. Saat hendak melangkah meninggalkan Jungkook, Taehyung baru menyadari keberadaan Jihoon. “Ini adikmu, kook?” tanyanya sambil tersenyum ramah pada Jihoon.
Jungkook agak gelagapan ditanya seperti itu. “Hah? Mm.. bukan. Dia sepupu ku!” kata Jungkook cepat. “Lagipula, kenapa kau masih disini? Pergi sana!”
Tapi Taehyung tidak beranjak. Dia malah setengah membungkuk, mengulurkan tangan pada Jihoon. “Hai, adik kecil. Namaku Taehyung. Namamu siapa?” tanya Taehyung ramah.
Jihoon memperhatikan bibir Taehyung, tapi kemudian tidak langsung menjawab pertanyaannya. Dia menatap kakaknya sejenak, baru perlahan mengulurkan tangan ke Taehyung.
“Namaku... Jihoon...,” jawabnya terputus-putus.
Taehyung tertegun beberapa saat, lalu kembali tersenyum pada Jihoon. “Nama yang bagus. Senang berkenalan denganmu.”
Jihoon mengangguk sambil balas tersenyum.
Taehyung kembali berdiri lalu mengerling ke arah Jungkook. “Dia... tidak bisa mendengar ya?”
Jungkook kaget setengah mati Taehyung bisa langsung tahu kondisi Jihoon. Jihoon memang tunanrungu sejak lahir. Berbagai upaya dilakukan orang tua Jungkook untuk menyembuhkan pendengaran Jihoon, tapi belum berhasil.
Tak ingin membahas kondisi Jihoon dengan orang yang paling dibencinya, Jungkook buru-buru memberi nada dingin.
“Itu bukan urusanmu!” Kata Jungkook sambil menarik tangan Jihoon dan menjauh dari Taehyung yang tidak berhenti memandangnya hingga Jungkook dan Jihoon menghilang ke dalam mobil.
.
.
.
TeBeCe
KAMU SEDANG MEMBACA
Hate You! Love You!
FanfictionSepanjang masa SMA, belum pernah Jungkook membenci seseorang seperti dia membenci Taehyung. Sejak awal pertemuan mereka, Taehyung tak henti-hentinya menganggu hidupnya. karena itu, Jungkook jadi bingung setengah mati saat tiba-tiba Taehyung mengungk...