Biasanya Jungkook sangat bersemangat pada Valentine Day. Sekalipun belum pernah berpacaran, Valentine Day-nya tidak pernah sepi dari acara. Kali ini berbeda. Begitu membuka mata, ia merasa lesu.
Semalam tidur Jungkook tak nyenyak. Celakanya begitu terjaga, pikirannya langsung terisi Taehyung. Hari ini rencananya ia mau mengungkapkan isi hatinya pada Taehyung, tapi kini... entahlah. Hanya tersisa resah. Taehyung sepertinya tidak berminat lagi membahas hubungan mereka.
Dan kekhawatiran Jungkook sepertinya tak berlebihan. Hari itu Taehyung cuek padanya, malah menghindarinya. Bahkan menyapa “pendek” pun tidak. Berkali-kali Jungkook melirik ke arah Taehyung, tapi tak sekalipun namja itu melihat ke arahnya.
Jungkook terpaksa menarik napas kecewa. Rupanya Taehyung serius dengan perkataannya tempo hari. Hingga pelajaran terakhir ia tidak menampakkan tanda-tanda akan bicara pada Jungkook. Malah begitu bel berbunyi, namja itu beranjak cepat dari tempat duduk dan meninggalkan kelas.
“Sudah, bilang saja langsung ke Taehyung, kook. Keburu dia pulang nanti. Ayo cepat!” saran Bambam sambil menggeret Jungkook ke luar kelas agar bisa menyusul Taehyung yang berjalan lebih dulu.
“Tidak. Aku tidak mau. Nanti jadi terkesan aku yang mengejar-ngejarnya.”
“Kau mau cinta atau harga diri? Terserah kau sajalah. Tapi kalau nanti Taehyung diambil orang, jangan menyesal. Yang penting aku sudah kasih tahu,” omel Bambam kesal.
Jungkook melihat Taehyung menjauh. Benarkah ia yang harus mengejar Taehyung? Apa yang akan dipikirkan Taehyung tentang dirinya nanti?
“Ayo, Kook!” kata Bambam gemas.
Jungkook masih saja diam. Hatinya ingin mengejar Taehyung, tapi otaknya melarang. Akhirnya ia menuruti otaknya. Dengan gontai ia melangkah ke kelas untuk mengambil tas. Ia tidak peduli pada tatapan kecewa Bambam. Yang ia inginkan hanya pulang!
.
.
.
Hari itu Valentine Day tersepi yang pernah dirasakan Jungkook.
Tahun-tahun sebelumnya ia selalu menyiapkan acara bersama teman-temannya, entah itu berupa makan malam atau sekedar hang out bersama. Tapi karena terlalu sibuk bergumul dengan perasaan, ia kehilangan minat berkumpul bersama teman-temannya. Apalagi Valentine Day kali ini jatuh pada hari selasa, hari sekolah.
Nanar Jungkook menatap langit-langit kamar. Ia menyesal tidak menuruti saran Bambam. Seandainya ia jadi mengejar Taehyung, bukan tidak mungkin sekarang mereka sedang menikmati Valentine Day berdua.
Jungkook memejamkan mata, mencoba mengingat saat Taehyung memberikan surat itu padanya. Sesaat kemudian ia membuka mata. Astaga!
Taman...
Hampir saja Jungkook lupa. Bukankah Taehyung menyuruh Jungkook menjawab suratnya di taman dekat kompleks rumah Jungkook?
Tanpa dikomando Jungkook bangkit dari tempat tidur, membuka lemari, dan menarik baju yang pertama dilihatnya. Setelah merapikan rambut secara kilat menggunakan jemari, ia keluar kamar.
Sambil berjalan cepat menuju taman, Jungkook berharap ada sedikit keajaiban malam itu. Siapa tahu Taehyung menunggunya di taman sekalipun meminta Jungkook mengabaikan suratnya.
Jungkook tiba di taman dengan terengah-engah, namun langsung memeriksa sekelilingnya dengan sapuan mata.Kosong...
tidak ada siapa-siapa disana.
Dengan kecewa ia duduk di satu-satunya bangku taman. Ia menyesali nasibnya. Saat sadar dirinya menyukai Taehyung, justru namja itu tidak ingin bersamanya. Jungkook menyipitkan mata mencoba menahan air mata yang hampir keluar.
“Kau datang?”
Hampir saja Jungkook berteriak minta tolong saat mendengar suara di belakangnya. Begitu berbalik, ia melongo.
Ternyata Taehyung ada disana! Namja itu berdiri tepat di belakang Jungkook, dan sekarang berjalan memutari bangku Jungkook lalu duduk disebelahnya.
“Kenapa kau kesini?” tanya Taehyung heran.
“Kau sendiri?” tanya Jungkook pelan.
Hening. Keduanya diam. Masing-masing terkejut dengan keberadaan lainnya.
“Aku memcoba keberuntunganku.” Jawab Taehyung pelan.
Jungkook mengangguk pelan. “Aku juga,” ucapnya lirih.
Tersentak, Taehyung menatap Jungkook. “Apa itu berarti...”
“Ada yang ingin aku tanyakan dulu sebelum menjawab pertanyaanmu.” Potong Jungkook tegas.
Kernyitan muncul di wajah Taehyung. Namun, ia tetap mengangguk dan menunggu pertanyaan Jungkook.
“Surat itu... apakah serius?”
Taehyung terdiam sejenak, lalu kembali menatap Jungkook, serius saat menjawab. “Kalau tidak serius, aku tidak akan berada di sini sekarang.”
“Lalu kenapa menyuruhku untuk meenganggap surat itu tidak pernah kau berikan?”
“Aku bicara seperti itu juga terpaksa, Kook. Itu semua karena kau berubah. Kau menjauh, dan aku tidak meenyukainya. Aku lebih suka dekat denganmu walaupun kita bertengkar, daripada situasi beberapa hari ini. Maka agar hubungan kita kembali normal, aku bilang saja bahwa suratku cuma main-main. Aku tidak punya pilihan.”
Jadi itu alasan Taehyung? Jadi bukan karena Taehyung tidak serius, tapi lebih karena sikap Jungkook sendiri.
“Aku menyukaimu sejak pertemuan pertama kita. Kau mungkin lupa pertemuan itu, tapi aku tidak. Sejak kita telat bareng di MOS, aku sudah jatuh cinta padamu, Kook.” Aku Taehyung.
Jungkook terkejut campur lega. Ekspresi wajahnya melongo total. Jadi... Taehyung menyukainya sejak pertama kali mereka bertemu? Saat hari pertama mos? Perlahan Jungkook mengumpulkan kembali kepingan-kepingan memori yang sempat dilupakannya. Dan hebatnya kepingan itu langsung menyatu sempurna. Ia bisa mengingat pertemuan pertamanya dengan Taehyung.
“Aku menyukaimu, tapi bersikap menyebalkan padamu. Aku kesal karena bisa-bisanya kau melupakanku saat kita sekelas. Sejak itu aku bertekad untuk membuatmu tidak akan pernah melupakanku lagi. Bahkan di rumah pun kau akan tetap kesal padaku. Dan satu lagi. Sebenarnya aku tidak pernah tertarik dengan ekskul jurnalistik. Satu-satunya yang membuatku bergabung disitu adalah keberadaanmu,” lanjut Taehyung sendu.
Takjub, Jungkook menatap Taehyung sambil mencerna semua perkataannya. Hatinya berbunga-bunga. Pengakuan Taehyung menjadi kado terindah Valentine-nya.
“Aku sudah menjawab semua pertanyaanmu, sekarang giliranmu.”
Perkataan Taehyung membuat Jungkook gelagapan.
“Jungkook, kau mau jadi kekasihku?” tanya Taehyung hati-hati. “Aku tahu selama ini aku bersikap menyebalkan, tapi akan kubuktikan...”
“Aku mau..” potong Jungkook tersipu.
Sejenak Taehyung terdiam tak percaya. Hanya sejenak. Begitu melihat semburat merah di wajah Jungkook, ia yakin pendengarannya tidak salah.
“Be- benarkah, Kook?” tanya Taehyung memastikan.
Jungkook mengangguk pelan. “Aku tidak tahu sejak kapan, tapi aku sadar bahwa aku juga menyukaimu, Tae.” Jelas Jungkook menahan malu.
“Itu sebabnya kau sangat marah saat ku bilang jangan mempedulikan surat dariku?”
Masih malu, Jungkook mengangguk pelan.
Taehyung menepuk dahi sendiri. “Aku benar-benar bodoh. Maafkan aku, Kook. Aku tidak tahu tindakanmu membuatmu sakit hati. Ku pikir dengan begitu hubungan kita bisa lebih baik, ternyata salah.”
“Sudahlah, Tae. Tidak perlu membicarakan yang sudah berlalu. Yang penting kan masa depan.”
Taehyung tersenyum mendengar jawaban Jungkook. “Jadi sejak saat ini kita resmi pacaran?”
Lagi-lagi Jungkook mengangguk malu.
Saking bahagianya melihat anggukan malu‐malu Jungkook, dengan wajah tersenyum lebar spontan Taehyung memeluk namja manis itu lalu melepasnya kembali dengan canggung. “Maaf.. Kook, aku hanya tidak percaya saja kau mau jadi pacarku.”
“Tak apa, Tae. Jangan minta maaf! Dan percayalah aku benar-benar pacarmu sekarang.” Jawab Jungkook sambil merangsek masuk kembali ke pelukan Taehyung malu-malu.
Senyum kembali muncul di wajah Taehyung. Ia mengeluarkan kotak kecil dari saku celana. “Ini untukmu,” kata Taehyung menyodorkan kotak itu pada Jungkook.
“Apa ini?” Tanya Jungkook heran.
“Buka saja.”
Dengan perlahan Jungkook pun membuka kotak itu.
Gelang.
Jungkook menatap gelang tersebut sambil tersenyum. Ia melihat gelang itu dan Taehyung bergantian.
“Hanya itu yang bisa ku berikan, bukan barang mahal. Suatu hari nanti akan ku berikan gelang yang jauh lebih bagus daripada ini,” kata Taehyung salah tingkah.
“Ini bagus, Tae. Aku suka.” Jawab Jungkook, memegang gelang barunya.
Taehyung tersenyum lega.
“Makasih ya, Tae. Ini bagus sekali.” Puji Jungkook sambil meminta Taehyung memakaikan gelang tersebut di tangannya.
Taehyung memasukkan gelang ke pergelangan tangan Jungkook. Agak ragu ia menggenggam tangan Jungkook. Melihat tak ada penolakan dari Jungkook, ia mempererat genggamannya. Ia mengajak Jungkook menyusuri taman, kemudian mengantarnya kembali ke rumah.
Sepanjang jalan menuju rumah yang termasuk dekat, Jungkook tidak bisa berhenti tersenyum. Ia menatap pacar barunya dengan penuh cinta. Mulai saat itu mereka berdua akan menikmati masa-masa terakhir di SMA sebagai sepasang kekasih, bukan musuh.
“Aku sangat menyayangimu, Kook. Saranghae.” Bisik Taehyung sumringah dipenuhi senyum hangat.
Jungkook tersipu. “Aku juga. Walaupun sadarnya tidak secepat dirimu. Nado saranghae, Tae.”
Taehyung tertawa. Dengan sayang ia mengacak rambut Jungkook hingga namja manis itu memprotes kecil.
Berikutnya, entah siapa yang memulai, keduanya kini telah saling bertatapan.
Perlahan wajah Taehyung maju mendekati wajah Jungkook hingga akhirnya kedua belah bibir mereka bertemu untuk pertama kalinya.
First Kiss..
Jantung keduanya berdegup kencang. Dalam hati masing-masing beryukur mendapatkan anugerah cinta seindah itu di hari Valentine Day. Tak perlu diragukan lagi, itu Valentine paling sempurna sepanjang masa remaja Taehyung maupun Jungkook.
Really a perfect Valentine...
.
.
.
ENDMakasih yang udah ngasih vote, comment dan udah read epep ini..😊😊
Purple you readers💜💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Hate You! Love You!
FanfictionSepanjang masa SMA, belum pernah Jungkook membenci seseorang seperti dia membenci Taehyung. Sejak awal pertemuan mereka, Taehyung tak henti-hentinya menganggu hidupnya. karena itu, Jungkook jadi bingung setengah mati saat tiba-tiba Taehyung mengungk...