✓Liburan✓

13.5K 884 6
                                    

Semua orang di keluarga Adam sepakat untuk tidak berbicara tentang ibu kandung Anissa saat Anissa bersama mereka, termasuk juga dengan Zara.

Pertemuannya dengan Anissa dua bulan yang lalu tanpa disengaja, menjadikan Zara orang yang paling dekat dengan dia saat ini. Entah Zara atau Anissa mereka berdua bagaikan hal yang tak terpisahkan. Bukan untuk menarik perhatian Adam, Zara melakukan semua hal berkaitan dengan Anissa karena memang dia tulus menyayanginya. Untuk perasaan pada Adam lambat laun Zara bisa menghilangkannya.

Seperti kesempatan kali ini setelah satu minggu Anissa pulang dari Rumah Sakit, sesuai dengan janji Adam dia akan mengajak putrinya untuk berjalan-jalan di Dufan. Tak terkecuali Zara dia pun ikut andil dalam liburan ala ayah dan anak.  Karena permintaan Anissa yang terus merengek meminta ia untuk ikut serta, akhirnya Zara mengikuti keinginan Anissa.

Anissa  bersemangat mencoba wahana-wahana di dufan, dari biang lala pergi ke istana boneka. Semuanya mereka jelajahi, tertawa bersama dan membuat momen-momen indah bersama.

Zara dan Adam sedang duduk berdua disalah satu bangku mengawasi Anissa yang sedang bermain dengan anak seusianya. Mereka berdua menjaga Anissa dari kejauhan sembari menikmati langit sore yang indah menapakkan senjanya.
Tak ada percakapan diantara mereka berdua hanya hembusan angin dan suara lalu lalang orang-orang asing yang menggelitik di telinga, mereka berdua asyik dalam pemikiran masing-masing. Dan juga beradu argumen dengan benak masing-masing.

Hingga Adam bersuara "Zara kamu nggak punya kekasih?" Arah tatap matanya masih lurus kedepan.

Zara yang mendengar pertanyaan Adam menengok dengan muka tak percaya dengan apa yang dikatakan Adam "Ha?"

Adam menengok kearah Zara, kedua mata mereka bertemu tatapan Adam tak pernah dimengerti oleh Zara selama ia mengenal Adam. Senyuman tulus tercetak di bibir Adam.

Selama beberapa hari Adam terus memikirkan apa yang ia rasakan pada Zara, hingga ia yakin bahwa dia memang mencintai Zara. Dengan tekad yang sudah bulat akhirnya saat ini ia akan mengungkapkan isi hatinya, lagipula ia yakin Anissa juga sangat menyayangi Zara melihat kedekaatan mereka selama ini.

Adam bertanya sekali lagi."Kamu punya kekasih?" Zara menggeleng "Kamu sudah di khitbah orang," Tanya Adam pelan sembari melirik jari manis Zara, Zara menautkan alisnya mencerna pertanyaan Adam lalu dia menggeleng lagi.

"Zara." Panggil Adam lirih membuat Zara kembali tersadar dari pemikirannya ia pun  menatap Adam tak mengerti apa yang sebenarnya ingin Adam sampaikan. "Maukah kamu menjadi bundanya Anissa dan bunda dari anak-anakku nanti?" Ucap Adam mantap.

Jantung Zara memompa dengan kuat seakan-akan meloncat dari ruangnya, Zara bingung lidahnya kelu. Ia tak tau harus mengatakan apa. Pikirannya berputar kemana-mana dia hanya sanggup memandang Adam kosong tak percaya dengan apa yang dia dengar lima detik yang lalu.

Suara Adzan magrib membuat Zara tersadar dari benaknya, dia beranjak berdiri lalu berjalan menghampiri Anissa yang masih saja bermain dengan teman barunya.

Kepergian Zara menghampiri Anissa, membuat hati Adam mencelos. Banyak pertanyaan dalam benaknya, apakah Zara menolak dirinya?, apakah Zara membenci dirinya?, apakah Zara marah pada dirinya?.

Pertanyaan-pertanyaan itu terus saja ada dalam benaknya. Diamnya Zara membuat Adam semakin tak yakin akan keputusan yang ia ambil, bagaimana jika Zara menghindari dia dan Anissa karena hal ini.

Apa yang harus ia katakan pada Anissa, lalu apa yang harus ia lakukan pada hati dan perasaannya jika dia sudah yakin bahwa mencintai Azara Putri Haydar.

Kini Anissa dan Zara sudah mengenakan alat sholat lengkap, menunggu waktu Iqomah duduk bersimpuh menghadapi kiblat. Pikirannya merantau entah kemana berkelana, pertanyaan Adam bagaikan kaset rusak yang terus berputar dikepalanya. Bertahun-tahun Zara mencoba berdamai dengan dirinya sendiri, mengikhlaskan Adam untuk bahagia dengan lain hati. Hingga sekarang saat dia mencoba melupakan Adam, namun Adam mengatakan hal yang sangat ia ingin dengar dari dulu. Jujur saja hati Zara bimbang menerima Adam dan Anissa, atau tetap seperti ini.

Setelah melaksanakan sholat magrib kini mereka bertiga berada di salah satu Resto di dalam area dufan, makan malam hanya ditemani denting sendok dan garpu serta suara lalu lalang pengunjung lain. Terlihat sangat menikmati makan malam namun mereka lagi dan lagi  sibuk dengan pikiran masing-masing.

Makan malam usai menerima permintaan Anissa sebelum pulang mereka bertiga menaiki wahana komidi putar, Anissa sangat bahagia senyummu tercetak jelas di wajah cantiknya. Membuat Adam dan Zara ikut melengkungkan bibir menciptakan senyum bahagia.

***

Mobil Audi hitam Adam terparkir didepan gerbang rumah keluarga  Haydar, setelah hampir lima jam mereka berwisata akhirnya Adam mengantarkan Zara pulang. Tak ada yang membahas tentang apa yang dikatakan Adam tadi, mereka seperti tak pernah mendengar ataupun mengatakan hal itu.

Zara pelan-pelan meletakkan posisi tidur Anissa supaya nyaman, memposisikan Anissa terbaring dan menata bantal agar tidur Anissa tetap nyenyak. Tak lupa ia mengecup kening dan mengelus rambut Anissa sebelum dia beringsut turun dari mobil dan masuk kedalam rumah Zara. Turun dari mobil Audi, Adam menyusul Zara untuk meminta maaf atas apa yang ia katakan tadi.  Suasana menjadi awkward, diantara mereka berdua bingung untuk mengawali perkataan yang masing-masing hanya menggantung di benak.

"Zara."

"Adam."

Lagi-lagi bersamaan mereka saling memanggil, lalu Adam mempersilahkan Zara untuk berbicara dulu. Sungguh hati Adam sangat khawatir tentang apa yang akan dikatakan Zara mengenai acara lamaran dadakannya tadi, apakah Zara menerima atau justru menolak.

Zara memainkan kedua jari tangan menyalurkan kegugupan yang dirasakan hatinya, sehabis sholat magrib tadi dan selama perjalanan dari dufan kerumahnya Zara sudah mantap memikirkan akan hal yang akan ia katakan kepada Adam sebagai jawaban atas niat baik yang Adam sampaikan.

"Emmm Adam tentang yang kamu katakan tadi," Jeda Zara membuat Adam sedikit menegang. Zara memainkan ujung jilbabnya "Lebih baik minta izin sama Ayah dan Bunda terlebih dulu," Ucap Zara lirih.

Adam mengerjapkan mata tak percaya dengan yang dikatakan Zara, ingin sekali dia memeluk Zara tapi dia mengingat Zara akan marah jika dia melakukan itu karena Zara yang sekarang bukanlah Zara yang dulu, Zara yang petakilan dan super bandel. Menjelma menjadi Zara yang hangat, penuh kasih sayang, dan keibuan.

Adam mengangguk "Baiklah, aku akan datang dengan Ibu dan Ayah juga. Masuk lah ke rumah Selamat malam, Assalamualaikum." Akhir perkataan Adam dengan semangat.

Zara tersenyum mendengar perkataan Adam "Wa'alaikum salam."

Adam kembali kedalam mobil, bergerak mobil Adam menjauh dari pandangan Zara. Zara memasuki rumah kedua orang tuanya, setelah sedikit berbincang dengan kedua orang tua dan kakaknya dia langsung menuju kekamar.
Menyentuh dada dengan detak jantung yang tak karuan membuat Zara seakan seperti bermimpi, dia tak percaya tentang apa yang terjadi.

***

Jangan lupa Vote dan Komen

maaf jika typo bertebaran

D. Salsabila

Bunda Untuk Anissa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang