✓Mengkhitbah Zara✓

13.2K 856 6
                                    

Seminggu setelah pernyataan Adam kepada Zara, kini rumah Adam begitu sibuk dengan persiapan putra mereka yang akan melamar Zara secara resmi. Setelah mengatakan perihal rencana Adam pada kedua orang tuanya. Keinginan Adam disambut bahagia oleh mereka, keinginan Ardina untuk memiliki menantu Zara pun akhirnya terwujud.

Adam menopang tubuhnya dengan kedua lutut, menyetarakan tingginya dengan Anissa yang kini sudah berpakaian gaun putih dengan motif bunga dan rambut yang dicepol. Anissa duduk disofa kamarnya.

Adam menyentuh belakang kepala putrinya,"Anissa"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Adam menyentuh belakang kepala putrinya,"Anissa". Panggilnya Pelan, membuat Anissa menatap ke mata sang Ayah.

Adam merasakan nerveous luar biasa, ingin mengatakan perihal menjadikan Zara sebagai istri sekaligus bunda untuk Anissa. Dia takut jika Anissa menolak kehadiran Zara, meskipun mereka selama ini dekat. Adam takut jika Anissa hanya mau menganggap Zara hanya sebagai seorang tante yang menemani kegiatan sehari-hari nya.

Adam mengerjapkan mata,"Anissa mau jika tante Zara menjadi bundanya Anissa?" Tanya Adam pelan.

Anissa masih mencerna kata-kata Adam, sepersekian detik matanya berbinar "Benarkah Ayah?" tanyanya meyakinkan.

Adam mengangguk.

Anissa berdiri diatas sofa, diikuti Adam "Jadi aku boleh panggil tante Zara dengan panggilan bunda?" Adam tersenyum, Anissa bersemangat kini dia meloncat-loncat diatas sofa dengan bahagia.

Adam memberhentikan kegiatan Anissa dengan memeluknya, dilepaskan pelukan sayang darinya kini dia menatap mata cantik putri kesayangannya itu.

"Tapi panggil bundanya nanti saat Ayah dan tante Zara sudah menikah,Oke." Adam memberikan jempolnya.

"Oke!" Teriak semangat Anissa meskipun dirinya belum mengerti apa itu pernikahan.

***

Berbeda dengan Rumah keluarga Darmawan yang sibuk di hari minggu. Rumah keluarga Haydar masih seperti biasanya.

Zara mulai ragu untuk menerima lamaran dari Adam, karena setelah hari dimana dia menyetujui perkataan Adam dan untuk segera bertemu dengan kedua orangtuanya selama itulah Zara tidak menghubungi Adam begitupun sebaliknya.

Zara menyibukkan dirinya dengan menggambar mode-mode pakaian untuk koleksi butiknya. Hingga pintu kamar yang terbuka mendadak membuat Zara terkaget.

Zara menengok ke arah pintu dilihatnya sang kakak berdiri dengan bersedekap menatap remeh kepada Zara, Al-Fath berjalan mendekat ke arah Zara yang masih terheran-heran akan sikap kakaknya.

"Kenapa?"

Al-Fath duduk disamping Zara. "Kamu bisa nggak sih, bilang sama sahabat kamu Deira itu untuk berhenti mengejar-ngejar abang terus," ucapnya kesal.

Zara tersenyum geli melihat abangnya yang raut wajahnya terlihat kesal. "Memang kenapa sih?, dia cantik, baik, rajin ibadah, pinter, abang kan juga udah lama kenal dia," Tukas Zara.

Alfath mendengus kesal,"Tapi abang nggak bisa."

Zara meletakkan pensil
menggambarnya,"Apa karena kak Imel?"

Al-Fath terdiam, sudah empat tahun ini dia menutup hatinya untuk siapapun. Hanya seorang Imel Larasati lah yang akan tetap bertahta dihatinya, wanita yang sudah meninggalkan dirinya untuk selama-lamanya karena kecelakaan. Tragedi itu terjadi ketika kurang dari dua bulan Alfath akan menjadikannya sebagai istri.

Zara mengusap punggung tangan abang kesayangannya, meskipun sampai saat ini mereka masih sering bertengkar karena hal yang sepele. Dia tau betul bagaimana kakaknya mengalami trauma bahkan hingga depresi karena berita kematian calon istrinya itu.

"Don't be sad my brother, im always here and always with you."
Alfath tersenyum lalu memeluk adik kesayangannya.

"Thank you so much sister."

Al-Fath berdiri dari duduknya lalu melangkahkan kaki menuju pintu keluar, namun perkataan Zara membuatnya berhenti melangkahkan kaki.

"Berilah kesempatan pada hatimu terbuka untuk hati yang lain, jika memang tidak bisa menerima katakan yang sebenarnya. Supaya ia bisa berhenti berharap kepadamu, karena dia juga berhak bahagia."

Al-Fath menengok kearah Zara, ia tersenyum lalu melanjutkan lagi langkahnya.

Zara kembali melanjutkan desain-desain bajunya hingga tak sadar ia sendiri membuat sebuah gambar gaun yang sangat sederhana namun elegan. Zara jatuh cinta pada gaun rancangannya sendiri. Dia sudah memantapkan hati, nanti saat dia menikah ia akan mengenakan gaun karyanya sendiri.

***

Tok Tok Tok

Suara pintu kembali diketuk, kini Nuril ibunda Zara datang dengan senyum sumringah tak lepas dari bibirnya datang mendekati Zara.

"Bunda ada apa?" Tanya Zara, saat ibu nya semakin mendekat.

Nuril memegang lengan Zara memberikan tatapan yang menyiratkan rasa bahagia dan terharu. Sedangkan Zara hanya terlihat bingung dengan ekspresi wajah ibunya.

"Ayo kita turun, ada tamu buat kamu." Nuril Menggandeng tangan Zara, ia kembali pasrah mengikuti kemauan ibunya dan tentu saja tak tau siapa tamu untuk dirinya yang dimaksud.

Diruang tamu sudah duduk Adam beserta keluarga tak terkecuali Anissa. Tuan rumah Ahmad Haydar dan juga Al-Fath, sudah duduk di sofa ruang tamu.

Zara masih bingung mengikuti langkah kaki ibunya menuruni anak tangga, hingga suara memekik riang anak kecil menggema di seluruh ruangan membuat jantungnya berdebar keras.

"Tante Zara!" Pekik Anissa dan ia pun berlari ke arah Zara yang kini sudah berada di lantai dasar.

Zara merentangkan tangan dan mensejajarkan tingginya dengan Anissa, memeluk sayang malaikat kecil yang selama seminggu ini ia rindukan.

"Aku kangen," bisik Anissa.

Zara mencium kedua pipi gembul Anissa, membuat Anissa terkekeh dengan perlakuan Zara.


Vote dan Komen

D. Salsabila

Bunda Untuk Anissa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang